Adakah Puasa Setiap Hari Kelahiran?

Shaum merupakan ibadah mahdhah, artinya pelaksanannya harus merujuk pada contoh Rasulullah saw. karena Rasul adalah teladan kita seperti dijelaskan dalam surat Al Ahzaab: 21.

Apakah shaum yang Anda tanyakan itu sesuai dengan sunah Rasul ? Marilah kita cermati keterangan mengenai shaum-shaum sunah yang dijelaskan dalam keterangan-keterangan yang shahih. Berikut sejumlah keterangan yang menjelaskan tentang jenis-jenis shaum sunah yang dicontohkan Rasulullah saw.,

1. Shaum Senin-Kamis.
“Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah saw., beliau bersabda, “Amal-amal perbuatan itu diajukan (diaudit) pada hari senin dan kamis, oleh karenanya aku ingin amal perbuatanku diajukan (diaudit) pada saat aku sedang shaum.” (H.R. Tirmidzi).

2. Shaum Enam Hari pada Bulan Syawal.
“Diriwayatkan dari Abu Ayyub r.a. Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang shaum pada bulan Ramadan kemudian diikuti dengan shaum (Sunah) enam hari pada bulan Syawal, ia seakan-akan shaum sepanjang tahun.” (H.R.Muslim).
Hadits di atas tidak menjelaskan apakah shaum tersebut dikerjakan berturut-turut atau terpisah-pisah. Ini menunjukkan bahwa kita diberi kebebasan untuk menentukan sendiri, apakah mau berturut-turut atau terpisah-pisah, itu semua tergantung pada situasi dan kondisi per individu, yang penting harus dilakukan pada bulan syawal.

3. Shaum Tasu’a dan A’syura (9-10 Muharram).
“Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw, “Shaum yang paling utama setelah shaum Ramadhan adalah shaum pada bulan Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardu adalah shalat malam.” (H.R.Muslim).
Tanggal berapakah shaum Muharram itu dilaksanakan? Perhatikan keterangan berikut, “Diriwayatkan dari Abu Qatadah r.a. Bahwasanya Rasulullah saw. ditanya tentang shaum hari Asyura (tanggal 10 bulan Muharam), kemudian beliau menjawab, “Shaum itu dapat menebus dosa setahun yang telah lalu.” (H.R.Muslim).
“Dari Ibnu Abbas r.a., berkata: Bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Seandainya saya masih hidup sampai tahun depan, niscaya saya akan shaum pada tanggal sembilan (bulan Muharam).” (H.R. Muslim).
Dari kedua hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa shaum Sunah Muharram dilaksanakan tanggal sembilan dan sepuluh. Shaum tanggal sembilan disunahkan berdasarkan rencana (niat) Nabi saw. untuk melaksanakannya. Jadi, Sekalipun beliau tidak sempat melaksanakannya, kita tetap disunahkan melakukannya.
Sunah semacam ini di kalangan ahli fikih dinamakan Sunah Hamiyyah (cita-cita/rencana) Nabi yang tidak sempat beliau laksanakan.

4. Shaum Daud Shaum Daud adalah shaum yang dilaksanakan selang satu hari. Rasulullah saw. bersabda, “Shaumlah sehari dan berbukalah sehari. Itu adalah shaum Daud a.s. Dan itu shaum yang paling tangguh.” (H.R.Muslim)

5. Shaum pada Bulan Sya’ban Rasulullah saw. suka meningkatkan frekuensi shaum sunah pada bulan Sya’ban. Sya’ban adalah bulan kedelapan pada penanggalan tahun Hijriah, sementara Ramadhan bulan kesembilan. Jadi Sya’ban posisinya sebelum Ramadhan. Aisyah r.a. menjelasakan, “Tidak terlihat oleh saya Rasululllah saw. melakukan shaum dalam waktu sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan tidak satu bulan pun yang sehari-harinya lebih banyak diisi dengan shaum oleh Nabi daripada bulan Sya’ban.” (H.R.Bukhari-Muslim). Maksudnya, Rasulullah saw. shaum secara penuh selama satu bulan hanya pada bulan Ramadhan. Sementara bulan Sya’ban adalah bulan yang paling banyak diisi dengan shaum Sunah oleh Nabi saw.

6. Shaum Tiga Hari Setiap Bulan “Abdullah bin Amr bin ‘Ash r.a. berkata: bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Shaum tiga hari setiap bulan itu seperti shaum sepanjang tahun.” (H.R. Bukhari-Muslim). “Abu Dzar r,a. Berkata: Rasulullah saw. bersabda, “Apabila kamu shaum tiga hari dalam sebulan, shaumlah pada tanggal: 13,14,15.” (H.R.Tirmidzi).

7. Shaum ‘Arafah Shaum ‘Arafah adalah shaum yang dilaksanakan pada tanggal sembilan Dzulhijjah. Disebut shaum A’rafah karena orang-orang yang melaksanakan ibadah haji sedang melaksanakan puncak ibadah haji yaitu wuquf di ‘Arafah. Karena itu shaum ‘Arafah disunahkan untuk orang-orang yang tidak melaksanakan haji, sementara orang yang sedang melaksanakan haji (wuquf di Arafah) dilarang melaksanakan shaum sunah ‘Arafah. Perhatikan keterangan berikut. “Rasulullah saw. ditanya tentang shaum hari ‘Arafah, beliau menjawab, “Dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan yang tersisa.” (H.R. Muslim) “Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. melarang shaum ‘Arafah bagi mereka yang sedang berada di ‘Arafah (sedang haji).” (H.R.Abu Daud dan An-Nasai).

Itulah keterangan-keterangan yang menjelaskan jenis-jenis shaum sunah yang dicontohkan Rasulullah saw. Ternyata, kalau kita cermati tidak ada satu keterangan pun yang menjelaskan pelaksanaan dan keutamaan shaum pada hari kelahiran. Bertolak dari analisis di atas, bisa disimpulkan bahwa shaum pada hari kelahiran tidak dicontohkan Rasulullah saw. Tentu saja penulis berkesimpulan demikian tanpa mengurangi rasa hormat kepada yang suka melakukannya. Namun, ibadah mahdhah itu harus mengikuti sunah Rasulullah saw. karena beliau adalah teladan kita. Wallahu A’lam Bis-Shawab.

Humas PI

Humas PI

PERCIKAN IMAN ONLINE DIGITAL - Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667 | info@percikaniman.org

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Adakah Puasa Setiap Hari Kelahiran?

Alhamdulillah Anda telah dibimbing Allah menemukan jalan kebenaran. Semoga Allah swt. senantiasa melindungi Anda. Sangat wajar Anda punya perasaan seperti itu. Bisa dikatakan, di antara tanda-tanda taubat yang serius ialah adanya perasaan khauf (khawatir). Kita khawatir apakah taubat kita diterima, gelisah apakah kita mendapatkan hidayah, ketakutan apakah Allah mengampuni kita, dan seterusnya.

Untuk lebih menenangkan perasaan atau rasa khauf yang tadi, di sini akan dijelaskan ciri-ciri konkret orang-orang yang mendapatkan hidayah. Dengan memahami hal ini, diharapkan kita bisa mengukur diri, di manakah posisi kita.

Adapun ciri orang yang mendapatkan hidayah atau petunjuk dan bimbingan Allah adalah sebagai berikut.

1. Merasakan kemudahan dalam beramal saleh
Orang yang telah mendapatkan hidayah akan merasa mudah atau ringan dalam melaksanakan amal saleh, rajin dan tekun dalam beribadah, serta sangat takut berbuat kedurhakaan. Sementara orang yang tidak mendapatkan hidayah-Nya akan merasa malas dalam beramal saleh dan tidak merasa bersalah kalau berbuat maksiat. Allah swt. berfirman, “Barangsiapa yang Allah kehendaki untuk mendapat petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (Q.S. Al An’am 6: 125)

Maksud ayat Dia melapangkan dadanya untuk Islam yaitu mereka yang mendapatkan hidayah akan merasa mudah melaksanakan ajaran-ajaran-Nya, dadanya lapang tanpa beban. Sedangkan yang dimaksud niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit yaitu mereka yang tidak mendapatkan hidayah akan merasa malas dalam beramal saleh karena dadanya merasa sesak saat melaksanakan aturan-aturan Allah swt.

2. Merasakan kerinduan kepada Allah
Orang yang mendapatkan hidayah, setiap relung hatinya terisi dengan kerinduan kepada Allah swt. Jika nama Allah swt. disebut, akan bergetar hatinya; kalau dibacakan firman-Nya, akan bertambah imannya; ia bertawakal, mendirikan shalat, dan mengeluarkan zakat sebagai ekspresi syukur atas nikmat yang diterimanya.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal. Orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki yang mulia.” (Q.S. Al Anfal 8: 2-4)

3. Konsisten atau Istiqamah
Orang yang mendapatkan hidayah akan istiqamah atau konsisten dalam menjalankan perintah-perintah-Nya. Ia akan merasa nikmat saat beribadah kepada-Nya. Hal ini dijelaskan dalam ayat berikut, “ … Barangsiapa yang berpegang teguh kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Q.S. Ali Imran 3: 101). Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah suka apabila seorang hamba mengerjakan suatu pekerjaan dan dia konsisten melakukannya.” (H.R. Baihaqi)

Kekokohan mereka dalam memegang ajaran agama diumpamakan dalam ayat berikut. “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (la Ilaha Illallah) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (Q.S. Ibrahim 14: 24-25)

4. Bersemangat dalam mempelajari ajaran agama
Orang yang mendapatkan hidayah akan memiliki semangat untuk selalu menelaah ajaran-ajaran Allah. Islam itu agama yang harus dipahami, bukan sekadar diyakini. Rasulullah saw. bersabda, ”Apabila Allah akan memberikan kebaikan pada seseorang, Dia faqihkan orang tersebut dalam agama.”

Yang dimaksud dengan Dia faqihkan orang tersebut dalam agama yaitu orang tersebut bersemangat untuk menelaah ajaran-ajaran Islam.

5. Sabar menghadapi berbagai ujian
Allah swt. memberikan kehidupan kepada manusia sebagai ujian. Siapakah di antara hamba-Nya yang paling baik amalnya. Kehidupan dunia merupakan ladang amal. “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al Mulk 67 : 2)

Orang-orang yang mendapatkan hidayah akan tahan menghadapi berbagai ujian kehidupan, sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.’ Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. Al Baqarah 2: 155-157)

Pada akhir ayat di atas tertulis dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. Ini merupakan pengunci ayat yang menegaskan bahwa orang-orang yang bersabar adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk atau hidayah-Nya.

Itulah lima ciri penting orang yang mendapatkan hidayah dan bimbingan Allah swt. Semoga Allah swt. memberikan lima hal ini pada kita. Amin. Wallahu A’lam.

Humas PI

Humas PI

PERCIKAN IMAN ONLINE DIGITAL - Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667 | info@percikaniman.org

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *