“Ibu…..Ibu, Indah mau ikut!” “Indah di rumah aja ya sama nenek, Ibu mau ke toko dulu, beli susu buat adik.” Indah terus merengek, tapi hati si ibu tak juga luluh. Si ibu tetap pergi dengan menggendong adik sembari menuntun kakaknya Indah. Dapat dibayangkan, di usianya yang baru tiga tahun, gadis cilik ini harus beradaptasi dengan kehadiran adik bayi usia satu tahun dan seorang kakak yang satu tahun lebih tua dari usianya.
Sepintas tak ada yang istimewa dari kejadian tersebut, tapi bila kita renungkan, betapa besar dampak penolakan si ibu terhadap situasi kejiwaan Indah. Walaupun tidak diekspresikan lewat kata-kata, Indah merasa ibu tidak sayang padanya. Alasan si ibu tidak mengajak Indah demi kepraktisan. Kalau harus pergi membawa dua anak sekaligus, ibu merasa bakal kerepotan, belum lagi sifat Indah yang suka ingin dibelikan mainan, sering berebut mainan, bertengkar dan mengganggu adiknya.
Dari cuplikan peristiwa di atas, kita sebagai orang tua seharusnya menyadari bahwa tindakan sekecil apapun harus benar-benar dipertimbangkan bila berhadapan dengan buah hati kita, baik berupa ucapan ataupun perbuatan.
Sudahkah kita memberikan kasih sayang secara adil terhadap anak-anak kita? Atau malah menciptakan suasana persaingan –kasih sayang atau perhatian– di antara mereka? Atau mungkin juga kita sering memberikan stigma (julukan) yang salah terhadap anak?
Sederet pertanyaan dapat muncul. Kunci jawabannya terletak pada hati nurani kita masing-masing. Memang tidak mudah menjadi orang tua! Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk meyakinkan bahwa sebagai orang tua, kita mencintai mereka sama adilnya.
Beberapa saran di bawah ini dapat membantu.
Berlaku Adil
Langkah pertama, adil dalam pemberian.
Menurut hadits riwayat Imam Muslim,
إِتَّقُوْا اللهَ وَاعْدِلُوْا فِي أَوْلاَدِكُمْ ( رواه مسلم )
“Bertaqwalah kalian kepada Allah dan berlaku adillah kepada anak-anak kalian.”
Tentu saja ini tidak mudah. Tanpa sadar, Anda mungkin lebih menyukai gerak-gerik, prestasi, sifat, penampilan fisik, atau kebiasaan salah seorang anak daripada anak yang lainnya. Akan sulit bagi Anda meyakinkan anak-anak bahwa cinta Anda kepada mereka sama besarnya.
Yang bisa anda lakukan hanyalah berusaha seoptimal mungkin menunjukkan perhatian, kasih sayang, cinta, dan pemberian secara adil kepada setiap anak. Dengan begitu tak kan muncul perasaan saling iri/dengki di antara mereka.
Jangan Menuntut Kakak Selalu Mengalah
Adakalanya kita sebagai orang tua ingin menyelesaikan permasalahan di antara anak-anak dengan cepat, si kakak seringkali disuruh mengalah terhadap adik dengan alasan sudah sewajarnya yang lebih tua mengalah. Tidak selamanya tindakan itu benar. Berilah kesempatan pada keduanya menjelaskan apa yang diharapkan dari saudaranya, ambil jalan tengah yang bisa diterima oleh mereka. Apabila ternyata adik yang salah, selayaknya diberitahu kesalahannya.
Jangan Selalu Melibatkan Diri!
Apabila anak-anak sedang tidak akur, amati dulu apakah posisi kita (orang tua) diperlukan sebagai penengah ataukah sebaiknya tidak ikut campur. Biar mereka menyelesaikannya sendiri, sesungguhnya mereka pun dapat menyelesaikan permasalahan mereka dengan cara mereka sendiri. Tentunya dalam pengawasan orang tua agar tidak terjadi hal-hal yang dapat membahayakan.
Jangan Membanding-Bandingkan Anak!
Setiap orang punya kekhasan, begitu pula anak kita. Sadarilah, tidak ada manusia yang persis sama di muka bumi ini! Seribu satu orang dengan seribu satu sidik jari yang berbeda, Subhanallah! Maha Suci Allah yang telah menciptakan kita dengan segala perbedaan rupa, kepandaian, sifat, semuanya merupakan modal dasar untuk dapat bersaing dan bertahan hidup.
Kalaupun di antara anak-anak kita ada yang lebih menonjol dalam beberapa hal, sadarilah ia pun punya kelemahan, sehingga hati kita tidak akan terlalu cenderung terhadapnya dan memberikan perhatian lebih daripada saudara-saudaranya yang lain. Mereka adalah manusia yang unik dan layak diperhatikan secara individual, kenalilah anak anda, hargai kekhasan dan keistimewaan mereka.
Jangan Memaksakan Kehendak
Biarkan anak menemukan identitas dirinya sendiri tanpa bayang-bayang kesuksesan orang tuanya. Anak bukanlah prototipe orang tua, ia memiliki kemampuan, kecenderungan, dan minat sendiri. Kewajiban Anda hanyalah memberikan saran, arahan, dan do’a. Biarkan dia menjadi dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas pilihannya!
Tumbuhkan Kasih Sayang antar Saudara
Apabila Anda membawa buah tangan, katakan, “Ini untuk kakak dan ini untuk adik,” agar ia tahu bahwa semua anak sama mendapat bagian. Kalau salah seorang memiliki sesuatu, coba ingatkan untuk menawari saudaranya. Ingatkan bahwa memiliki dan menikmati sesuatu bersama-sama akan terasa lebih menyenangkan. Hal ini sebaiknya dipupuk sedari dini. Rasulullah saw. Mengajarkan;
أَدِّبُوْا أَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثِ خِصاَلٍ : … وَحُبِّ آلِ بَيْتِهِ … ( رواه الطبراني )
“Didiklah anak-anakmu tiga perkara,…, dan (diantaranya) cinta kepada sanak keluarganya..” (H.R. Thabrani).
Jangan Menghukum di Depan yang Lain
Panggillah anak yang akan kita beri sanksi secara terpisah. Biarkan ia merenungkan kesalahannya atau beritahukan apa kesalahannya tanpa membuat ia tertekan. Apabila anak sudah menyadari kesalahannya, hendaklah orang tua merangkul, memeluk, atau menciumnya.
Katakan Anda sayang padanya. Ketika menegur anak hendaklah kita mampu menguasai emosi, jangan menjatuhkan hukuman ketika Anda sedang marah. Firman Allah, “…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran :134).
… وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ ( ال عمران : 134 )
Jangan Beritahukan pada Anak yang Lain
Jenis Sanksi yang Akan Anda Kenakan pada Saudaranya
Sanksi akan lebih efektif apabila menjadi rahasia Anda. Kalau Anda memberitahukan hukuman itu pada anak yang lain, tentu akan timbul perasaan bahwa ibu membela dan bersekutu dengan salah satu pihak. Ia akan merasa dianaktirikan dan bisa menyulut persaingan antar saudara lebih jauh lagi.
Jangan Menganalisis Persoalan Sesaat.
“Kenapa kamu buat adikmu menangis?” Pertanyaan yang langsung menuduh salah satu pihak bertanggung jawab terhadap timbulnya persoalan, tidaklah bijaksana. Memaksanya menjawab hanya akan menimbulkan keributan antara orang tua dan anak. Sebaiknya anak dilerai dan ditanya secara terpisah sehingga Anda mendapat gambaran kejadian dari dua belah pihak tanpa memojokkan salah satu pihak.
Luangkan Waktu untuk Anak
Bila anak kita semata wayang, tentu akan mudah meluangkan waktu untuk berduaan dengannya, tetapi bila lebih dari itu, bagaimana caranya? Diperlukan kerja sama dengan pasangan kita dalam membagi waktu untuk mereka. Katakan pada anak-anak, “Ibu dan bapak punya waktu untuk kalian.
Ayo, siapa yang mau belanja sama ibu? Siapa yang ingin jalan-jalan sama ayah?” Dengan upaya ini, anak-anak akan merasa bahwa mereka mendapat perhatian yang khusus dari segi kedekatan emosional secara individual. Perhatikanlah bagaimana tingkat kedekatan Rosulullah saw. terhadap putrinya Fatimah Az Zahra.
Dari Musawwir bin Makhramah, ia berkata: “Aku mendengar Nabi Muhammad saw. bersabda di atas mimbar, Fatimah adalah darah dagingku, gangguan yang menimpanya sama dengan gangguan yang menimpaku, dan apa yang menyusahkannya, berarti menyusahkan aku.” (HR Bukhari-Muslim).
Jangan Segan Meminta Maaf Pada Anak
Setiap orang bisa berbuat salah, tak terkecuali kita sebagai orang tua. Berjiwa besar mengakui kesalahan, tidaklah tabu. Ungkapkan penyesalan dan permintaan maaf Anda pada anak. Hal ini tidak akan menurunkan wibawa orang tua di mata anak, justru sebaliknya anak pun belajar mengakui kesalahan serta belajar mencintai orang tua apa adanya.
Di pundak orang tualah kewajiban menanamkan benih-benih cinta, mengelola arus cinta dengan adil di antara anak-anak. Teguran Rasulullah saw. terhadap perilaku seorang ayah kiranya dapat menjadi bahan renungan kita bersama.
إِنَّ رَجُلاً كَانَ جَالِسًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَ إِبْنٌ لَهُ فَقَبَّلَهُ وَأَجْلَسَهُ فِى حِجْرِهِ ثُمَّ جَاءَتْ إِبْنَتُهُ فَأَخَذَهَا فَأَجْلَسَهَا إِلَى جَنْبِهِ فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : فَمَا عَدَلْتَ بَيْنَهُمَا ( رواه البيهقي )
“Bahwasanya ada seorang lelaki sedang duduk bersama Rasulullah saw., kemudian anak lelaki orang itu datang, ia menciumnya kemudian mendudukannya di pengkuannya. Tak lama kemudian datang pula anak perempuannya, ia hanya menuntunnya saja dan mendudukannya disisinya. Melihat pemandangan seperti itu Rasulullah saw., bersabda: “Engkau tidak adil terhadap keduanya.” (HR. Imam Baihaqi).
Penulis : Teh Sasa Esa A
Dimuat di MAPI 01/2000