Percikan Iman – Ujian itu kasih sayang Allah Swt pada kita, ujian juga merupakan cara Allah Swt. meningkatkan derajat kita di sisi-Nya.. Namun, dalam implementasinya, tak jarang kita tetap merasa berat. Untuk itu, kita mesti punya prinsip yang kita pegang berikut nutrisi yang cukup agar tetap kuat.
Yang pertama, peganglah prinsip bahwa sepahit-pahitnya ujian, pahamilah, dunia ini hanya sementara sedangkan akhirat itu selamanya. Begitu juga kemanisan hidup dunia, semanis-manisnya hidup “perut” terbatas kapasitasnya, juga pada akhirnya akan sirna juga.
Dalam Qur’an, Surat Ghafir ayat 39, Allah Swt. berfirman,
يٰقَوْمِ اِنَّمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ ۖوَّاِنَّ الْاٰخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ
Hai, kaumku! Sesungguhnya, kehidupan dunia ini hanya kesenangan sementara dan akhirat itu negeri kekal.
Bagi mereka yang berhasil melalui ujian-ujian selama hidupnya di dunia, mereka akan menikmati surga dengan segala fasilitasnya. Kesulitan yang mereka rasakan akan menjadi bahan cerita nostalgia saat nongkrong-nongkrong di saung-saung di surga nanti.
Prinsip selanjutnya agar harapan kita tetap menyala ialah hendaknya kita bergantung hanya pada Allah Swt. Berharap pada makhluk, terlalu banyak peluang kecewanya, hanya Allah Swt yang takkan mengecewakan kita, Allah Swt. sebaik-baik-nya tempat bergantung.
مَثَلُ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَوْلِيَاۤءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوْتِۚ اِتَّخَذَتْ بَيْتًاۗ وَاِنَّ اَوْهَنَ الْبُيُوْتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوْتِۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat sarang. Sesungguhnya, sarang yang paling lemah ialah sarang laba-laba, seandainya mereka mengetahui.
Seorang ahli hikmah pernah mengatakan, “Aku sudah mengalami berbagai kepahitan dalam hidup. Dari berbagai kepahitan itu, aku menemukan, tak ada yang lebih pahit daripada berharap pada manusia”. Maka, jangan sekali-kali berharap pada makhluk karena pasti kecewa, dan kekecewaan akan melemahkan jiwa kita.
Begitulah sikap saudara-saudara kita di Palestina, mereka ditinggalkan oleh negara-negara serumpunnya yang juga bertetangga dengan mereka. Namun, mereka tak patah arang karena jalinan relasi mereka terbuat dari bahan baku berupa “harapan pada Allah Swt”. Karena itu, kecewanya mereka pada tetangganya tak membuat mereka berhenti berjuang.
Begitupun ketika Aisyah Ra ulu hatinya didesak dengan fitnah. Kala semua orang se-Madinah berdesas-desus mengenai dirinya, orang terdekat pun tak bisa membenarkannya, lantaran tak ada bukti maupun saksi. Maka, dalam isaknya, Bunda Aisyah Ra. berkata,
“Demi Allah, aku tidak menjumpai pada diriku dan diri kalian suatu perumpamaan selain sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Yusuf ‘alaihis salam,
فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ
“Maka hanya sabar yang baik itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.” (QS. Yusuf: 18)”
Dari Bunda Aisyah, kita belajar bahwa yang menjadi pegangan jiwanya adalah kalimat-kalimat dari Allah Swt. Untuk itu, prinsip berikutnya agar harapan tetap menyala ialah kita terus mengkaji Al-Qur’an.
Dalam Qur’an, Surat Al-Jasiyah ayat 20, Allah Swt. berfirman,
هٰذَا بَصَاۤىِٕرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ
Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.
Karena Hakikat hidup ujian (ibarat permainan game) — Al-qur’an dan sunnah merupakan sebentuk kasih sayang Allah bagi orang yang bertaqwa. Di dalamnya terkandung petunjuk dari-Nya. Semua persoalan yang akan kita hadapi beserta solusinya ada di dalamnya.
Al-Qur’an adalah petunjuk, kabar gembira, peringatan, juga obat bagi jiwa kita. Di dalamnya mengandung janji-janji dan ketentuannya Allah Swt. yang dapat menjadi landasan sekaligus pegangan bagi jiwa kita.
____
Tulisan ini merupakan pengembangan dari materi yang disampaikan oleh guru kita, Ustadz Aam Amiruddin pada Majelis Percikan Iman di Masjid Peradaban Percikan Iman, setiap Ahad sepanjang Bulan Oktober 2023