Percikan Iman – Ketika syaithon gagal mencegah kita dari berbuat baik, waspadalah karena ia sudah memersiapkan jebakan di akhir amal kita di akhir pengorbanan kita dengan merembeskan rasa bangga dan kesombongan atas amal kita.
Solusinya, berkorbanlah sebagai ekspresi syukur. Jadi, kita berkorban itu. Misal, kita bangun sebelu shubuh, itu berkorban. Nawaitu-kan sebagai tanda terima kasih pada Allah S.W.T. karena telah memberikan kesehatan, memberikan kelapangan harta, dll.
Contoh lainnya, ketika kita Allah berika putera, berkorbanlah karena Allah S.W.T. telah memberikan putera, sementara banyak di luar sana, ada yang bertahun-tahun belum memiliki putera.
Ketahuilah, nawaitu syukur tersebut akan menekan kesombongan yang mungkin muncul dalam pengorbanan yang kita lakukan. Itu karena keyakinan segala fasilitas yang kita gunakan untuk berkorban pada dasarnya merupakan pemberian Allah S.W.T. juga.
Mari kita lihat surat Al-Infithor ayat 6-12
يٰٓاَيُّهَا الْاِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيْمِۙ
Hai, manusia! Apa yang telah memperdayakanmu sehingga kamu durhaka terhadap Tuhanmu Yang Mahamulia,
الَّذِيْ خَلَقَكَ فَسَوّٰىكَ فَعَدَلَكَۙ
yang telah menciptakanmu, lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan susunan tubuhmu seimbang,
فِيْٓ اَيِّ صُوْرَةٍ مَّا شَاۤءَ رَكَّبَكَۗ
dalam bentuk apa saja Allah berkehendak menyusun tubuhmu.
كَلَّا بَلْ تُكَذِّبُوْنَ بِالدِّيْنِۙ
Sekali-kali, jangan begitu! Bahkan, kamu mendustakan Hari Pembalasan.
وَاِنَّ عَلَيْكُمْ لَحٰفِظِيْنَۙ
Sungguh di sisimu ada malaikat-malaikat yang mengawasi pekerjaanmu,
كِرَامًا كَاتِبِيْنَۙ
yang mulia di sisi Allah dan yang mencatat amal perbuatanmu,
يَعْلَمُوْنَ مَا تَفْعَلُوْنَ
mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Pada ayat tersebut, Allah S.W.T. mengajak kita merenung betapa Maha Pemurah-nya Allah S.W.T. Namun, manusia malah tidak tahu terima-kasih (durhaka) pada-Nya. Bukan hanya durhaka, bahkan manusia mendustakan hari pembalasan.
Ketika manusia penuh kekurangan, Allah S.W.T. memberikan perangkat agar masnusia dapat mengatasi kekurangan tersebut yang bernama akal.
Jadi, menurut ayat tersebut, kita punya wajah kulit, dan lain sebagainya bukan dengn keinginan kita, melainkan karena kehendak Allah S.W.T. Ini isyarat dalam bentuk apapun pemberian Allah S.W.T. selayaknya kita harus bersykur pada Allah S.W.T.
Karena itu, nikmati setiap pengorbanan kita sebagai bentuk rasa syukur pada Allah S.W.T atas segala pemberian-Nya. Allah S.W.T. sudah memberikan kita berbagai fasilitas; kesehatan, waktu luang, kemampuan, dan masih banyak lagi.
Juga ketahuilah, ketika kita bersyukur, pada dasarnya, kebaikannya akan kembali pada kita juga. Sebagaimana Allah S.W.T sampaikan pada surat Luqman ayat 12
Sungguh, Kami telah memberikan hikmah kepada Lukman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah! Barang siapa bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri dan barang siapa tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.”
Allah S.W.T. menyampaikan pada kita, ketika kita berterima kasih pada Allah S.W.T. kebaikan dari syukur kita tersebut akan kembali pada kita. Poin ini, menguatkan firman Allah S.W.T. dalam surat Al-An’am ayat (10 kebaikan).
Berkorbanlah, tak perlu pikirkan respon dari orang yang kita maksudkan kebaikan kita padanya. Biarlah Allah S.W.T. yang membalas pengorbanan kita dengan kebaikan yang berlipat-lipat. Nikmati proses berkorban tersebut dengan niat syukur atau berterima kasih atas berbagai hal yang Allah S.W.T. berikan.
Ketahuilah, pada akhirnya, orang yang senantiasa bersyukur juga akan diingat kebaikannya oleh manusia. Minimal, ketika kita sudah tiada.
Terakhir, agar pengorbanan kita tidak sia-sia, kita juga perlu sabar.
Ketika kita sudah memiliki putera, tahap demi tahap kehidupannya akan menuntut pengorbanan kita. Di sana-lah sabar menemukan perannya, menyertai setiap pengorbanan kita hingga akhir hayat kita.
Kesabaran itu akan senantiasa kita perlukan di berbagai fase dan tingkatan pada kehidupan kita. Ketika miskin, istri harus lebih sabar. Ketika kaya, suami harus sabar dengan terbukanya berbagai godaan yang mungkin menghampiri.
Ketahuilah kesabaran itu-lah yang akan menghantarkan kita pada keberuntungan. Sebagaimana Allah S.W.T. sampaikan pada surat Ali ‘Imron ayat 200.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اصْبِرُوْا وَصَابِرُوْا وَرَابِطُوْاۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ࣖ
Hai, orang-orang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu. Tetaplah waspada dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
Pada ayat tersebut, Allah S.W.T. sedang menyampaikan pesan, kesabaran juga perlu penguatan. Salah satunya dengan motivasi. Misal, ketika saudara kita ada yang sakit, kuatkan dengan kalimat positif, jaga nyala harapannya agar terjauh dari putus asa.
Tanpa syukur dan sabar, tidak mungkin lahir pengorbanan. Karena itu, pengorbanan itu harus kita landasi dengan syukur dan sabar. Dengan keduanya, pengorbanan kita akan terjaga dari kemungkinan kesia-sia-an, terjaga dari batalnya pahala dan kita memperoleh keberuntungan dari Allah S.W.T.
Tulisan merupakan resume materi yang Ustadz Aam Amirudin sampaikan pada MPI 3 Juli 2022 di Masjid Peradaban Percikan Iman, Arjasari