Agar Puasa Tidak Sia-sia ?

Ibadah puasa bertujuan membentuk manusia beriman agar bertaqwa. Itulah pesan yang terdapat dalam Al Qur ‘an, surat Al Baqarah ayat 183 yang menjadi landasan hukum wajibnya berpuasa bagi umat Islam pada setiap datangnya bulan Ramadhan.

Potensi ibadah puasa untuk mengantarkan kita menjadi manusia-manusia taqwa sangat mungkin dan terbuka luas. Tidak saja diriset dari keagungan bulan Ramadhan yang didalamnya diturunkan Al Qur’an, dilaksanakannya puasa pada siang hari, dan terdapatnya malam “lailatul Qadhar” yaitu malam yang lebih baik dari malam seribu bulan. Akan tetapi lebih dari itu, salah satu sebabnya karena ibadah puasa memiliki amunisi energi positif yang dahsyat menempatkan posisi ibadah puasa sebagai ibadah teknis sosial sangat pribadi atau personal.

Berbeda dengan ibadah-ibadah yang lain, sebut saja contohnya ibadah shalat lima waktu yang mudah tampak oleh setiap mata, puasa tidak demikian. seorang yang melaksanakan shalat atau tidak shalat mudah kita ketahui, tidak membayar zakat dapat kelihatan apalagi ibadah haji lebih mudah untuk rnengetahuinya. Karena ibadah haji adalah ibadah massal yang sangat bersifat demonstrative.

Demikian juga mudah mengukur dari sisi pelaksanaannya, orang akan katakan shalatnya khusyu’ dan bagus karena dilihat dari gaya ia melaksanakan shalat dengan sempurna. Orang akan mengatakan sungguh hebat dan berani, karena ketika membayar zakat dalam jumlah yang terlihat cukup banyak. Orang akan mengatakan hajinya mabrur, karena terlihat saat kembali dari haji perilakunya berubah drastis alias tobat.

Berbeda dengan amalan PUASA/SYIAM. Ini seolah-seolah menjadi rahasia manusia dengan Tuhan-Nya. Dalam sebuah hadits Qudsi dijelaskan: “Setiap amal anak Adam bagi dirinya, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang menanggung pahalanya “(HR.Bukhari)

Maka agar puasa yang kita lakukan tetap bernilai dan jauh dari kesia-siaan. Kita perlu kenali apasaja penyebabnya dan triknya, diantaranya adalah :

1. Tundukkan pandangan.

Dengan menundukkan pandangan, mata akan terjaga dari segala hal yang tidak halal dilihat. Segala yang haram itu berpotensi melalaikan hati dari dzikrullah. Ingat sabda Rasulullah saw, “Pandangan adalah salah satu anak panah beracun di antara anak panah Iblis, semoga Allah melaknatinya. Barang siapa meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah memberinya keimanan yang merupakan kelezatan dalam hatinya.” (HR.Hakim)

2. Jaga lisan dari perkataan yang tidak diridhoi Allah SWT.

Seperti berdusta, ghibah, bergunjing, memaki, bertengkar, banyak bersenda gurau, berdebat, serta segala hal yang mengundang kebencian dan permusuhan. Kendalikan lisan dengan diam dan lebih utama bila lisan disibukkan dengan dzikrullah serta tilawah Qur’an.

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya puasa adalah perisai. Apabila salah seorang di antara kamu berpuasa maka jangan berkata kotor dan jangan bertindak bodoh. Jika ada seseorang menyerang atau mencaci, katakanlah “sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku berpuasa.”

3. Jaga telinga dari perkataan dan pembicaraan yang dibenci Allah.
Setiap yang haram diucapkan, haram pula didengarkan. Bahlan dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa kedudukan orang yang suka mendengarkan berita bohong sama dengan orang yang memakan barang haram. “Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong. Banyak memakan yang haram.” (QS. Al-Maidah: 42)

dalam ayat lain: “Mengapa orang-orang laim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram?” (QS.Al-MAidah:63)

Mendiamkan ghibah juga dilarang. Allah berfirman, “Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian0 tentulah kamu serupa dengan mereka.” (QS. An-Nisa:140)

4. Tahan setiap anggota tubuh dari berbuat dosa.

Hindari tangan, kaki, dan semua panca indera lainnya dari hal-hal yang diharamkan, walaupun telah berbuka. Tak ada artinya sepanjang hari menahan diri dari makanan yang halal, namun setelah berbuka melakukan hal-hal yang dibenci bahkan diharamkan. Orang seperti inilah yang disinggung Rasululkah saw. “Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga.” (HR.Nasai dan Ibnu Majah)

5. Jangan makan berlebih-lebihan ketika berbuka.

Sebab seburuk-buruknya wadah adalah perut yang penuh makanan. Tujuan puasa adalah menundukkan hawa nafsu untuk memperkuat jiwa mencapai taqwa. Bila dari pagi hingga sore perut dikosongkan, tapi kemudian dipenuhi berbagai makanan lezat saat berbuka, maka syahwat akan bangkit. Ia bisa kehilangan esensi dan hikmah puasa. Puasa yang bertujuan melemahkan berbagai kekuatan yang menjadi sarang syetan, jadi sia-sia. Karena syahwat menguat dan setan kembali menghembuskan rayuannya agar berbuat kejahatan.

Salah satu adab puasa yang sering dilupakan adalah mengurangi tidur siang. Padahal dengan tetap aktif di siang hari, kita bisa merasakan lapar, dahaga, dan lemahnya kekuatan. Sehingga hati menjadi jernih, lembut dan timbul empati terdahap penderitaan orang. Dari situ juga seseorang mendapatkan semangat dan kekuatan untuk bangun di malam hari, qiyamul lail dan wirid. Sehingga syetan tidak mampu mengitari hatinya dan ia bisa melihat kegaiban langit, terutama di malam Lilatul Qadar. Malam tersingkapnya sesuatu dari alam ghaib seperti yang dimaksud dalam firman Allah SWT, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam kemuliaan.” (QS. Al-Qadar:1)

Sedangkan orang yang meletakkan keranjang makanan dia antara hati dan dadanya, akan terhalangi dari malam kemuliaan tersebut.

6. Penuhilah hati dengan perasaan ‘tergantung” dan “terguncang” antara cemas dan harap.

Sebab tak ada ang tahu apakah puasa kita diterima dan termasuk golongan muqarrabin, atau ditolak sehingga termasuk orang-orang yang dimurkai?

Ada satu riwayat dari Hasan bin Abul Hasan Bashri. Suatu hari ia melewati suatu kaum yang tengah tertawa. Melihat itu ia berkata, “Sesungguhnya Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai arena perlombaan melakukan ketaatan bagi makhluk-Nya. Kemudian ada orang yang berlomba hingga menang dan ada pula yang tertinggal lalu kecewa. Tetapi yang sangat mengherankan ialah pemain yang tertawa di saat orang-orang berpacu meraih kemenangan.” Nabi saw bersabda, “Puasa adalah amanah maka hendaklah salah seorang di antara kamu menjaga amanahnya.” (HR. Al-Kharaithi dan Sanadnya Hasan ).


Disarikan dari Ihya Ulummudin, Al-Ghazali.
Sumber: Suplemen Renungan Ramadhan ‘ Membina generasi Tangguh’ Majalah Sabili dengan beberapa tambahan.



Humas PI

Humas PI

PERCIKAN IMAN ONLINE DIGITAL - Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667 | info@percikaniman.org

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

slot mahjong
slot mahjong
slot pragmatic
gambolhoki
slot pragmatic