Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat ada yang membunuh orang-orang musyrik dan ia merupakan salah seorang prajurit muslimin yang gagah berani. Namun anehnya beliau malah berujar, “Siapa yang ingin melihat seorang penduduk neraka, silakan lihat orang ini.” Kontan seseorang menguntitnya, dan terus ia kuntit hingga prajurit tadi terluka dan ia sendiri ingin segera mati (tak kuat menahan sakit, pen.). Lalu serta merta, ia ambil ujung pedangnya dan ia letakkan di dadanya, lantas ia hunjamkan hingga menembus di antara kedua lengannya.
Selanjutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga. Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6493)
Dalam riwayat lain disebutkan,
وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar lagi dibenarkan, “Sesungguhnya setiap kamu dihimpunkan kejadiannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, lalu berubah menjadi segumpal darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan kepadanya ruh dan diperintahkan untuk mencatat empat perkara: mencatat rezekinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia. Demi Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, sesungguhnya di antara kamu ada orang yang melakukan perbuatan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, akan tetapi catatan mendahuluinya, akhirnya dia melakukan perbuatan ahli neraka, ia pun masuk ke neraka. Sesungguhnya di antara kamu ada orang yang melakukan perbuatan ahli neraka sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal sehasta, akan tetapi catatan mendahuluinya, akhirnya dia melakukan perbuatan ahli surga, ia pun masuk ke surga” (HR. Bukhari dan Muslim).
Syarh/penjelasan:
Maksud kata-kata, “yang benar lagi dibenarkan” adalah yang benar ucapannya lagi dibenarkan wahyu yang dibawanya.
Maksud kata-kata, “Sesungguhnya setiap kamu dihimpunkan kejadiannya di perut ibunya” menurut sebagian ulama adalah, bahwa mani dalam rahim seorang ibu berhamburan, lalu Allah Subhaanahu wa Ta’aala menghimpunnya di rahim di tempat kelahiran dalam masa tersebut (40 hari).
Hadits di atas juga menunjukkan beberapa hal berikut:
- Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengetahui tentang keadaan makhluknya sebelum mereka diciptakan dan apa yang akan mereka alami nanti, termasuk masalah bahagia dan celaka.
- Tidak mungkin bagi manusia di dunia ini untuk memutuskan bahwa dirinya masuk surga atau neraka, akan tetapi amal perbuatan merupakan sebab untuk memasuki keduanya.
- Amal perbuatan dinilai di akhirnya. Oleh karena itu, hendaklah manusia tidak terpedaya dengan kondisinya saat ini, justru ia harus selalu memohon kepada Allah agar diberikan keteguhan dan akhir hayat yang baik (husnul khatimah).
- Hendaknya seorang tenang dalam masalah rezeki, dan qana’ah (menerima apa adanya) dengan menjalani sebab-sebabnya serta tidak terlalu mengejarnya dan mencurahkan hati kepadanya.
- Kehidupan ada di tangan Allah. Seseorang tidak akan mati kecuali apabila dia telah menyempurnakan umurnya.
- Hadits ini juga menjelaskan bahwa tobat dapat menghapuskan amal yang dikerjakannya di masa lalu.
- Hadits ini menyuruh kita untuk tidak hanya memiliki rasa rajaa’ (berharap) saja, namun hendaknya kita menyertakan rasa khauf (khawatir).
- Sabda Beliau “Sesungguhnya di antara kalian ada orang yang melakukan perbuatan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta akan tetapi catatan itu mendahuluinya, akhirnya dia melakukan perbuatan ahli neraka, ia pun masuk ke neraka”, hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya orang yang mengerjakan amalan ahli surga niatnya baik, karena orang tersebut meskipun tampak di hadapan manusia mengerjakan amalan penduduk surga namun memiliki niat yang buruk, dan niat buruk itu menguasai dirinya sehingga ia mendapatkan suu’ul khaatimah (akhir hayat yang buruk), nas’alullahas salaamah wal ‘aafiyah.
- Perubahan kondisi manusia dari buruk menjadi baik banyak terjadi, tetapi perubahan kondisi manusia dari baik menjadi buruk sangat jarang, wal hamdulillah. Hal ini karena kelembutan Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan rahmat-Nya.
- Sebagian ulama dan orang bijak mengatakan, bahwa dijadikannya pertumbuhan janin manusia dalam kandungan seorang ibu secara berangsur-angsur adalah sebagai rasa kasih sayang kepada ibu. Meskipun sebenarnya Allah mampu menciptakannya langsung sekaligus.
- Janin manusia apabila di bawah usia empat bulan (120 hari), maka dia belum dihukumi sebagai manusia yang hidup. Oleh karena itu, jika keguguran terjadi setelahnya baru berlaku dimandikan, dikafankan dan dishalatkan.
- Dalam hadits ini terdapat dalil terhadap adanya qadar, dimana hal ini merupakan ‘akidah Ahlussunnah wal jamaa’ah, dan bahwa semua yang terjadi adalah dengan taqdir Allah. Dia tidaklah ditanya terhadap apa yang Dia lakukan, sedangkan merekalah yang ditanya, dan Dia tidak boleh diprotes dalam kerajaan-Nya, Dia berbuat dalam kerajaan-Nya apa yang Dia kehendaki, dan perbuatannya di atas hikmah, ihsan dan keadilan-Nya. Dia tidak pernah menzalimi seorang pun meskipun seberat dzarrah. Imam As Sam’aniy berkata, “Untuk mengetahui hal ini jalannya adalah taufiq dari Al Qur’an dan As Sunnah, bukan qiyas semata dan akal semata. Barang siapa yang berpindah dari taufiq, maka ia akan sesat dan kebingungan dan tidak akan sampai kepuasan jiwa serta ketenangan hati, karena qadar itu rahasia di antara rahasia Allah, dimana terhadapnya telah dibuatkkan tirai, sehingga hanya diketahui oleh-Nya Subhaanahu wa Ta’aala, dan Dia menutupnya dari akal makhluk serta pengetahuan mereka. Allah Ta’ala telah menutup pengetahuan qadar dari alam semesta, sehingga ia tidaklah diketahui oleh malaikat maupun nabi yang diutus”.
- Telah disebutkan dalam banyak hadits larangan meninggalkan beramal karena bersandar dengan taqdir, bahkan kita tetap diperintahkan beramal, dan masing-masing akan dimudahkan kepada sesuatu yang untuknya ia diciptakan. Oleh karena itu, siapa yang termasuk orang bahagia, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala akan memudahkan kepadanya untuk mengerjakan amalan orang yang berbahagia, dan siapa yang termasuk orang celaka, maka Allah akan mudahkan untuk mengerjakan amal orang yang celaka. Para ulama berkata, “Kitab Allah Ta’ala, lauh (tempat dituliskan taqdir)-Nya dan pena-Nya, semua itu wajib diimani, adapun bentuk dan sifat-Nya, maka pengetahuan hal itu dikembalikan kepada Allah Ta’ala, manusia tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, kecuali apa yang dikhendaki-Nya.”
“Janganlah kalian terkagum dengan amalan seseorang sampai kalian melihat amalan akhir hayatnya. Karena mungkin saja seseorang beramal pada suatu waktu dengan amalan yang shalih, yang seandainya ia mati, maka ia akan masuk surga. Akan tetapi, ia berubah dan mengamalkan perbuatan jelek. Mungkin saja seseorang beramal pada suatu waktu dengan suatu amalan jelek, yang seandainya ia mati, maka akan masuk neraka. Akan tetapi, ia berubah dan beramal dengan amalan shalih. Oleh karenanya, apabila Allah menginginkan satu kebaikan kepada seorang hamba, Allah akan menunjukinya sebelum ia meninggal.” Para sahabat bertanya,
“Apa maksud menunjuki sebelum meninggal?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Yaitu memberikan ia taufik untuk beramal shalih dan mati dalam keadaan seperti itu.” (HR. Ahmad, 3: 120, 123, 230, 257 dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah 347-353 dari jalur dari Humaid, dari Anas bin Malik. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dalam Tahqiq Musnad Imam Ahmad mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat shahih Bukhari – Muslim. Lihat pula Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1334, hal yang sama dikatakan oleh Syaikh Al-Albani)
Oleh karenanya, penting sekali amalan yang kontinu dan menjadi akhir hidup dengan penutup terbaik yaitu husnul khatimah. Semoga kita termasuk didalamnya.
(Kiriman Jamaah MPI)