Percikan Iman – Genap sebulan para petugas mengebor sumur, Alhamdulillah, kini telah menyemburkan air yang jernih hanya dari kedalaman 38 meter. Setiap tetesnya, Insya Allah akan menjadi manfaat. Sebagian untuk air wudhu, sisanya untuk memenuhi berbagai keperluan di komplek Masjid Peradaban Arjasari.
Pastinya, setiap bulir dosa yang menetes saat wudhu, di saat bersamaan juga akan menghapus dosa-dosa sahabat yang berpartisipasi dalam penggalian sumur ini. Baik partisipasi lewat do’a, apalagi yang disertasi dengan pengorbanan harta.
Perhari Selasa (9/8), para petugas di lapangan memasangkan pompa submersible dengan kapasitas 3 PKA. Dengan power tersebut, pompa dapat mengalirkan air 2,5 liter setiap detiknya. Artinya, hanya dalam waktu enam jam toren 1.000 liter akan penuh.
Pipa mencapai sekitar 60-an meter ke dalam sumur, setengah dari total kedalaman sumur, yakni 120 meter. Sisa-nya disediakan sebagai kantong air. Berfungsi menampung air yang memancar dari mata air di dalam sumur.
Selanjutnya, Insya Allah, kita akan merapikan bak air yang dapat menampung hingga 120.000 liter. Bak tersebut terletak di bagian di Timur Masjid. Dari bak ini, air akan dialirkan ke lokasi-lokasi yang ada di bawahnya; kantin, asrama, loundry, dan lalin sebagainya.
Bila satu orang wudhu dengan satu liter air, artinya, air tersebut dapat memenuhi kebuthhan air wudhu hingga 120.000 orang. Jama’ah rutin MPI rata-rata mencapai 1.600-an hingga saat ini. Jadi, jumlah tersebut, Insya Allah, akan mencukupi semua kebutuhan jama’ah.
Tahukah sahabat jika sedekah air merupakan salah satu sedekah terbaik,
Dari Sa’id bin Al-Musayyib, dari Sa’ad bin ‘Ubadah, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ أَفَأَتَصَدَّقُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قُلْتُ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ سَقْيُ الْمَاءِ
“Wahai Rasulullah, sungguh ibuku telah meninggal dunia, apakah boleh aku bersedekah atas namanya?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Iya, boleh.” Sa’ad bertanya lagi, “Lalu sedekah apa yang paling afdal?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Memberi minum air.” (HR. An-Nasai, no. 3694 dan 3695. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lainnya).
Kemudian, lebih jauh, jika air ini bermanfaat untuk minum orang yang kehausan, maka bagi yang memberi minum tersebut air dari Rahiiqul Makhtuum, yang harumnya bak kesturi di yaumil akhir.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
أَيُّمَا مُسْلِمٍ كَسَا مُسْلِمًا ثَوْبًا عَلَى عُرْىٍ كَسَاهُ اللَّهُ مِنْ خُضْرِ الْجَنَّةِ وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ أَطْعَمَ مُسْلِمًا عَلَى جُوعٍ أَطْعَمَهُ اللَّهُ مِنْ ثِمَارِ الْجَنَّةِ وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ سَقَى مُسْلِمًا عَلَى ظَمَإٍ سَقَاهُ اللَّهُ مِنَ الرَّحِيقِ الْمَخْتُومِ
“Muslim mana saja yang memberi pakaian orang Islam lain yang tidak memiliki pakaian, niscaya Allah akan memberinya pakaian dari hijaunya surga. Muslim mana saja yang memberi makan orang Islam yang kelaparan, niscaya Allah akan memberinya makanan dari buah-buahan di surga. Lalu muslim mana saja yang memberi minum orang yang kehausan, niscaya Allah akan memberinya minuman Ar-Rahiq Al-Makhtum (khamr yang dilak).” (HR. Abu Daud, no. 1682; Tirmidzi, no. 2449. Al-Hafizh Abu Thahir menyatakan bahwa sanad hadits ini dha’if dikarenakan dalam sanadnya terdapat perawi yang dikenal mudallis yaitu Abu Khalid Ad-Daalani. Hadits ini punya penguat yang juga dhaif sekali dalam riwayat Tirmidzi).
Masya Allah, itu artinya selama sumur ini mengalir, manfaatnya dapat terus tercurah. Selama itu pula, ganjaran terus menumpuk pada kita yang berwakaf.
Jazakumullahu khair pada seluruh jama’ah yang sudah berkontribusi dalam Wakaf Sumur Peradaban ini. Semoga dapat menjadi jariah, bekal selama menempuhi perjalanan menuju keabadian.