Percikan Iman – Ramadhan itu ibarat waktunya kita “diasah” oleh Allah S.W.T., hasilnya ialah ke-tawakal-an.
Bagaiamana wujud tawakkal? Yaitu ketika kita memiliki cita-cita yang agung. Cita-cita tersebut terepresentasikan dalam do’a terbaik. Karenanya semua do’a itu baik, tidak ada yang buruk.
Unsur berikutnya ialah berbuat dengan amal terbaik. Amal terbaik itu terkandung di dalamnya:
- Niat yang ikhlas
- Berbasis pemahaman
- Diikuti dengan amal nyata
Selanjutnya agar kita bisa beramal terbaik, kita perlu kebersamaan.
Kenapa satu pekerjaan bisa selesai? Karena adanya kebersamaan. Membangun masjid, sendirian, tentu berat. Karena bersama-sama, akan terasa lebih ringan. “Bahkan bisa selesai dengan telunjuk.”
Segala seuatu yang berat, dengan bersama jadi ringan.
Kebersamaan itu harus ada pengikatnya. Penjudi, pengikatnya kegiatan berjudi. Pencuri, ada kebersamaan dengan pengikatnya berupa kegiatan mencuri.
Kemudian kita, bisa bersama karena kita disatukan oleh “ikatan Allah S.W.T.” Setiap orang, akan Allah beri jalan kebersamaan. Bisa bersama itu, nikmat dari Allah, untuk menjaga kita sebgai jalan pertolongan Allah.
Allah S.W.T. berfirman dalam Ali-Imron: 103
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
Berpegangteguhlah kamu semua pada agama Allah dan janganlah kamu bercerai-berai. Ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu pada masa jahiliah bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. Ketika itu, kamu juga berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkanmu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.
Namun, memang dengan bersama, selalu ada bagian yang kita korbankan. Itu karena dalam kebersamaan itu bukan berarti tidak ada perbedaan. Misal, beda paham. Beda paham itu tidak mengapa, yang tidak boleh itu saling membenci, apalagi dendam. Di sini-lah kita memerlukan toleransi.
Dalam rumah tangga, beda paham, beda pendapat itu hal yang wajar. Beda paham dengan anak, beda paham dengan guru, dengan murid. Yang tidak boleh itu “berpecah belah, bermusuhan”.
Ingatlah, Allah S.W.T. sudah persatukan kita dengan aqidah yang sama. Itulah nikmat Allah sehingga kita dapat bersama. “Allah jadikan dengan nikmat-Nya, kita bersaudara.”
Ketika kita bermusuhan, pasti ada niat menjatuhkan. Ketika “musuh” kita kena musibah, malah disyukuri. Karena itu, orang yang bermusuhan itu ada di “tepi api neraka”. Hati yang bermusuhan itu, selalu terbersit di dalamnya kecelakaan bagi yang dimusuhinya.
Di situ-lah, kebersamaan dengan ikatan aqidah menemui perannya sebagai pengikat yang paling kuat. Tentunya karena pertolongan dari Allah S.W.T.
Kalau ada yang memusuhi kita, jangan musuhi balik. Ketika dalam diri seseorang ada permusuhan, artinya orang tersebut sedang bermasalah. Jangan ikut-ikutan bermasalah.
Mari kita kawal syawwal dengan tawakkal, salah satu perangkatnya dengan kebersamaan. Dengan kita menerima kenyataan, bahwa kita berbeda satu sama lain dan menerima ketidaksempurnaan.
Tawakkal itu berat, namun ketika kita bersama-sama, saling mengingatkan, saling menguatkan, akan terasa lebih ringan.
Kemudian, agar kita dapat beramal yang terbaik, kita harus membingkai perbuatan dengan misi membela agama Allah
Allah S.W.T. berfirman dalam Q.S. Muhammad ayat 7
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ
Hai, orang-orang beriman! Jika kamu menolong agama Allah, pasti Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
Sahabat, hadir ke majelis ilmu, ke MPI, jauh-jauh itu bisa jadi sebentuk membela agama Allah S.W.T. Karena itu, di sini, Allah S.W.T. menyajikan berbagai hidangan berupa berbagai makan-minuman di bazar. Bisa jadi itu sebentuk pertolongan dari-Nya.
Ketika dalam perbuatan kita, kita sisipkan niat membela agama Allah, Allah S.W.T. akan membela kita, Allah akan menolong kita. Kelelahan dalam menjalaninya tak menghentikan kita, menjadikan kita tidak kapok hadir ke majelis ilmu, beruat kebaikan, dan beramal sholeh.
Wujud “Pertolongan Allah” itu macam-macam. Bisa berupa anak kita yang sholeh, lebih pintar dari kita. Bisa berupa kemudahan dalam harta. Bisa berupa kemudahan memperoleh solusi atas permasalahan, bisa juga berupa kesehatan prima.
Ketika kita sulit tahajjud, anak kita bisa jadi rajin tahajudnya. Ketika kita sulit mengakses pendidikan, anak kita dapat sekolah hingga jenjang tertinggi. Itu juga merupakan bentuk pertolongan Allah S.W.T.
Namun, pertolongan Allah S.W.T. yang utama ialah ketika kita berjumpa dengan akhir kehidupan dalam keadaan husnul khotimah.
—
Tulisan merupakan resume ceramah Ustadz Dr. Aam Amirudin M.Si. pada Majelis Percikan Iman (MPI) pada 29 Mei 2022/ 28 Syawwal 1433 H dengan judul “Mengawal Syawwal dengan Tawakkal”