Percikan Iman – Melihat anak kecil terlunta-lunta di jalan atau anak kecil di pengungsian, Anda terenyuh. Lantas, Anda memutuskan untuk merawat dan membesarkannya.
Siap yang menyangka, di bawah naungan Anda anak tersebut tumbuh kuat dan sholeh. Kuat fisiknya, kuat juga finansialnya, berbakti, dan sholeh. Ia tumbuh menjadi manusia yang sukses.
Namun, begitulah sekrenario hidup, hanya Allah S.W.T. yang tahu. Hanya Ia yang tahu jalan hidupnya kan berakhir di mana. Anak itu meninggal pada usia yang masih terbilang muda.
Anda kehilangan dan sedih.
Namun, hidup harus tetap berjalan. Anak angkat Anda tak hanya meninggalkan kehilangan, namun juga ‘permasalahan baru’, yakni harta yang banyak.
Apakah Anda selaku orang tua angkatnya dapat mewarisi hartanya?
“Orang tua angkat dan anak angkat itu tidak saling mewarisi,” tegas guru kita, Ustadz Aam Amirudin dalam sesi “Tanya-Jawab” pada acara MPI 12 Juni lalu.
Meski kita sudah membesarkannya dengan harta kita, dengan air mata dan keringat kita, Allah S.W.T. menetapkan hukum waris-mewarisi hanya berlaku bagi mukmin ketika terhubung dengan darah atau pernikahan.
“Kalaupun ada jalan, namanya ‘hibah’,” terang Ustadz Aam Amirudin. “Itu pun maksimal 1/3.”
Mengacu pada sejarah Islam di era Khulafatu Ar-Rasyidin, kata Ustadz Aam, harta ‘anak angkat’ akan dikelola oleh baitul mal.
“Bila anak angkat meninggal, hartanya, kalau ada baitul maal, diserahkan ke baitul mal. Seandainya, orang tua angkatnya itu orang yang sholeh, mengerti ajaran Islam, dapat memberikannya kepada pengelola wakaf,” terang Ustadz Aam.
Namun, sebagaimana kita ketahui bersama, kini tidak ada baitul mal. Lantas bagaimana solusinya? Silahkan keluarga yang bersangkutan dapat berkonsultasi dengan lembaga yang dipercaya.
Untuk itu, di Percikan Iman, kami menyediakan layanan konsultasi waris dan hibah. Bila Anda bingung, silahkan bertanya pada kami. Anda dapat menghubungi langsung Ustadz Ayat di nomor +62 812-2002-2782.
Mari kita sama-sama jaga harta kita, harta keluarga kita karena harta kita akan menjadi teman dan pembela di yaumil mizan. Namun, jika salah, bisa jadi malah sebaliknya. Naudzubillahi min dzaalik.
Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat menggunakan harta sebagai kendaraan terbaik menuju syurga-Nya.