Apakah Ujian Ada Batas Waktunya?

Percikan Iman – Sejatinya ujian tidak akan tamat sebelum ajal tiba. Sebagaimana termaktub dalam Al-Anbiya ayat 35

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

Setiap makhluk bernyawa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.

Allah S.W.T. menguji Nabi Yunus A.S. dengan penyakit berakhir dengan kembalinya anak beserta istrinya yang meninggal dan meninggalkannya kala sakit. Namun, bukan berarti ujian untuk Nabi Yunus A.S. berakhir ketika sudah sembuh. Tentunya Allah S.W.T. mengujinya dengan bentuk lain. Begitu pun kita, akan Allah S.W.T. dengan satu ujian ke ujian lain hingga maut tiba. 

Bukankah ketika Allah S.W.T. menguji manusia, biasanya, manusia baru ingat padanya. Ketika rizki sedang lapang, ketika kesehatan prima, ketika waktu luang terbentang, manusia cenderung mudah terlalaikan. Namun, ketika kesempitan menimpanya, misal, ketika turbulensi pesawat, yang tidak shalat pun, akan ingat pada Allah S.W.T.

Ujian ketika sebelum menikah, ada. Ketika sudah menikah, bisa jadi bertambah. Sebelum nikah, ujiannya ialah menemukan pasangan yang tepat. Setelah menikah, dari fase-ke fase berikutnya, menjadi ujian. Ketika menjadi suami atau istri yang harus menerima satu sama lain, ketika hamil kemudian melahirkan anak, ketika anak bertumbuh hingga dewasa, ada ujiannya. Namun, yang terberat di antara itu semuanya ialah ketika yang menjadi suami tidak mampu menjadi imam. 

Sahabat, secara umum ujian itu ada dua bentuk. Bisa berupa penderitaan, bisa juga dalam bentuk kebaikan. Waspadalah ketika kita diuji dengan kebaikan, kita harus kian dekat pada Allah S.W.T. Keteka tubuh kita sedang prima, hendaknya kita menggunakannya untuk berbuat berbagai amal sholeh. Kemudian, ketika kita masih berada pada masa muda, alangkah baiknya jika kita menggunakannya untuk mencari ilmu. Juga bagi yang berharta, alangkah baiknya dialirkan pada yang membutuhkan atau untuk dakwah.

Gunakan kelapangan untuk sebanyak-banyaknya beramal sholeh. Kala ada waktu main sama keluarga, mainlah bersama keluarga.Ketika ada waktu untuk anak, bermainlah bersama anak. Gunakan waktu sebaiknya. 

Ketahuilah, ujian itu keniscayaan. Cara menghadapinya, jangan meminta ditiadakan ujian, namun mintalah kekuatan agar mampu menghadapi ujian. 

Kalau untuk kebaikan, jangan lihat jadwal. Jangan dinanti-nanti, manfaatkan setiap momentum karena kita tak tahu kapan Allah S.W.T. mengubah bentuk ujiannya dengan kesempitan.

Kalau bisa dikerjakan pagi hari, kerjakan saat itu juga. Jangan tunggu siang atau sore. Kita tak tahu kondisi seperti apa yang akan kita hadapi. Ketahuilah, “penangguhan’ menjauhkan rizki dan keberkahan dari kita. 

Jangan sampai kita diperbudak kemalasan! sebaliknya sebaiknya kita mampu memperbudak kemalasan. Mumpung masih Allah S.W.T. beri waktu, mari kita gunakan sebaik-baiknya!


Tulisan merupakan resume materi Bedah Masalah dalam Majelis Percikan Iman (MPI) tertanggal 9 Oktober 2022 oleh Guru kita, Ustadz Aam Amirudin

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *