Arti Penting Keteladanan dalam Pendidikan Anak

Sesungguhnya fase kanak-kanak merupakan fase yang paling cocok, paling panjang, dan paling penting bagi seorang pendidik menanamkan prinsip-prinsip yang lurus dan pengarahan yang benar ke dalam jiwa dan perilaku anak-anaknya. Kesempatan untuk itu terbuka lebar. Segala sarana dan prasarana juga mendukung, mengingat pada fase ini anak-anak masih memiliki fitrah yang suci, jiwa yang bersih, bakat yang jernih, dan hati belum terkontaminasi debu dosa dan kemaksiatan.

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang paling penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sesudahnya.



Anak merupakan amanah bagi orang tua. Hatinya yang suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong pada apa saja yang disodorkan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan, dia akan tumbuh dalam kebaikan, dan berbahagialah kedua orangtuanya di dunia dan akhirat, juga pendidik dan gurunya. Tetapi, jika ia dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagaimana binatang ternak, niscaya akan menjadi jahat dan binasa. Dosanya pun ditanggung oleh guru dan walinya.

Mendidik dan mengajar anak termasuk hal-hal yang asasi dan wajib dilaksanakan setiap muslim yang komit kepada agama yang hanif (lurus) ini. Mendidik dan mengajar anak merupakan perintah dari Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Allah swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya (terdiri dari ) manusia dan batu…” (QS. At-Tahrim : 6)

Saat ini anak-anak mengalami krisis keteladanan. Hal ini terjadi karena sedikitnya media masa yang mengangkat tema tokoh-tokoh teladan bagi anak-anak. Tayangan-tayangan televisi misalnya, didominasi acara hiburan dalam berbagai variasinya, acara sinetron atau infotainment tidak diharapkan memberikan contoh kehidupan Islami secara utuh. Sementara itu porsi penanaman akhlak mulia melalui contoh pribadi teladan pada pelajaran-pelajaran keislaman di sekolah juga masih rendah.

Dalam kondisi krisis keteladanan ini, keluarga menjadi basis penting bagi anak untuk menemukan keteladanan. Maka, orang tua sudah selayaknya menjadi figur pertama bagi anak untuk memenuhi kebutuhan ini. Untuk itu ada kiat-kiat yang bisa dilakukan oleh orang tua agar menjadi pribadi teladan dalam proses pembentukan akhlak Islami pada anak.

Pertama, orang tua hendaklah mengenalkan tokoh-tokoh teladan dalam Islam. Yaitu dengan banyak membaca sirah Nabi Muhammad saw. dan juga profil orang-orang shalih. Internalisasi bacaan ini akan membentuk pribadi berakhlak terpuji, sehingga pantas menjadi salah satu panutan bagi anak. Bacaan ini juga sekaligus menjadi pengetahuan untuk diajarkan kepada anak-anak.

Kedua, menghargai nasihat dan kebenaran meskipun dari seorang anak kecil. Pada masa kejayaan peradaban Islam banyak kisah tentang kedudukan anak-anak yang dihormati pemimpin saat itu. Akar dari kondisi ini adalah didikan dari Rasulullah saw. terhadap para sahabat. Ibnu Mas’ud pernah dinasihati beliau dengan kalimat, “Sembahlah Allah dan jangan kau sekutukan dengan yang lain. Berjalanlah kamu bersama Al-Qur’an di mana pun kamu berada. Terimalah kebenaran dari siapapun, baik dari anak kecil ataupun dari orang dewasa, meskipun ia adalah orang jauh yang kamu benci. Dan tolaklah kebatilan dari siapapun, baik dari anak kecil atau orang dewasa, meskipun itu adalah orang dekat yang kamu cintai.” (h.r. Abnu Asaakir dan Ad-Dailami).

Ketiga, mengajak dan mendorong anak untuk membaca kisah-kisah orang teladan. Orang tua berperan memilihkan buku yang menarik dan sesuai dengan perkembangan kejiwaan dan pemikiran anak. Untuk anak yang telah menginjak usia remaja, orang tua dapat berdiskusi dengan mereka dalam memilih buku-buku yang menjadi minat mereka.

Keempat, mengajak anak berkesempatan berdialog dengan orang-orang shalih. Banyak riwayat menceritakan bahwa para sahabat mengajak anak-anak mereka untuk berjumpa dengan Nabi Muhammad saw. hadits yang berbunyi, “Wahai nak, sebutlah nama Allah, lalu makanlah makanan yang dekat denganmu….” (h.r. Bukhari) disampaikan Rasulullah saw. kepada anak seorang sahabatnya yang diajak berkunjung kepada beliau oleh ayahnya.

Kelima, pada fase pembiasaan (terutama untuk anak usia balita), orang tua hendaknya termotivasi untuk senantiasa merujuk kepada perilaku Rasulullah saw. ketika membetulkan sikap atau perilaku yang keliru dari anak.

Keenam, pada fase remaja, orang tua hendaklah mengalokasikan waktu dialog dengan mereka tentang kondisi ideal yang diharapkan ada pada mereka. Suasana dialog juga dipilih agar mereka nyaman dalam mencerna nilai-nilai yang hendak ditanamkan.

Ketujuh, mengirimkan anak-anak ke sekolah-sekolah yang memiliki pendidik berakhlak mulia serta memiliki ilmu yang berkualitas, sehingga kepribadian anak-anak terbina dengan baik.

Kedelapan, selain kepada Nabi Muhammad saw, yang memang menjadi contoh manusia berakhlak paling mulia, pengambilan contoh keteladanan kepada siapapun bukanlah peleburan kepribadian (meniru keseluruhan).
Setiap orang memiliki kekhasan, karenanya seseorang tetaplah mesti menjadi diri sendiri dan menjadi pribadi yang semakin hari semakin baik. Karenanya ketika mengarahkan anak untuk meneladani seseorang, orang tua pun hendaknya tetap mendorong anak untuk tetap menjadi dirinya sendiri.

Semoga Allah mencurahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada Nabi kita Muhammad saw., seorang guru dan pribadi yang amat lemah lembut, yang banyak memberi teladan yang baik kepada umat Islam.

Penulis :
Teh Emilia

Referensi :
Tumbuh di bawah Naungan Ilahi, by Syaikh Jamal Abdul Rahman. Penerbit: Media Hidayah, Tahun 2002.
Arti Penting Keteladanan dalam Pendidikan Anak, by Ustd. Adi Junjunan Mustafa.
Pendidikan Anak dalam Islam, by Yusuf Muhammad Al-Hasan
.


Humas PI

Humas PI

PERCIKAN IMAN ONLINE DIGITAL - Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667 | info@percikaniman.org

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *