Arti Sebuah Kejujuran

Didalam Islam, akhlaq tidak boleh dilepaskan dari aqidah dan Ibadah. Kalau kita ambil contoh buah, tentu buah ada bijinya, dan biji itulah inti, inti itulah yang disebut aqidah, dimana segala asal yang terjadi didalam kehidupan seorang muslim adalah karena aqidah (karena beriman kepada Allah).

Aqidah hanya akan menjadi omong kosong jika tidak diikuti dengan ibadah sehingga jika ada 0rang mengakui iman sementara tidak ibadah, maka iman orang itu akan dikalahkan oleh syetan, karena masalahnya bukan hanya sekedar mengakui adanya Allah, karena syetan pun mengakui adanya Allah.

Syetan mengakuinya bahwa dia diciptakan oleh Allah dari api, itu artinya syetan mengakui bahwa yang menciptakan dia adalah Allah. Maka intinya aqidah diproses oleh ibadah. Jika kita mengakui beriman, cinta kepada Allah, cinta kepada rasul sementara tidak mau beribadah, itu adalah pengakuan yang kosong.

Indikasi benarnya dalam aqidah adalah dilihat dari kulitnya (akhlaqnya) . kulit atau tampilan luar adalah akhlaq. Kalau kulitnya (akhlaqnya) tidak baik maka itu pertanda isinya (aqidahnya) tidak baik. Datang seorang wanita kepada Rasulullah SAW, lalu mengatakan : dia punya teman seorang perempuan yang shalatnya hebat, puasanya kuat, tapi kekurangannya ya Rasulullah, apabila mulutnya terbuka, maka akan lebih ganas dibanding harimau. Ketika mulutnya terbuka selalu ada yang disakiti, menyinggung dan menyakiti perasaan orang. Kesimpulan yang diungkapkan oleh Rasulullah adalah hubungannya antara akhlaq dengan ibadah. Kesimpulan itu adalah “ dia didalam api neraka “. Ini artinya, kalau akhlaqnya tidak benar, maka tidak ada artinya ibadah seorang perempuan tersebut, karena ibadah yang benar akan melahirkan akhlaq yang benar.

Jadi akhlaq bukan masalah boleh-boleh saja, ini masalah serius yang menyangkut ibadah dan aqidah. Rasulullah SAW pernah mengungkapkan tiga kali berturut-turut kata-kata “ Laa yu’min “ (tidak beriman). Para sahabat tercengang dan bertanya kepada Rasulullah : ”siapakah itu ya Rasulullah?” . Rasulullah menjawab “ Barang siapa tetangganya tidak merasa aman dari sikap dan prilakunya “. Pembahasan ini bukan pembahasan yang sederhana tapi menyangkut keimanan dan ibadah.

Kalau membahas masalah akhlaq, maka tidak boleh terlepas hubungannya dengan aqidah dan ibadah. Semua tujuan manusia di dunai selain mencari pahala dari Allah tentunya adalah untuk beribadah dan membentuk Akhlaq. Contohnya adalah shalat. Tujuan shalat adalah untuk mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Kalau orang terus melakukan shalat sementara tidak lepas dari perbuatan keji dan mungkar, sama seperti pedagang yang terus berdagang tetapi tidak mendapatkan keuntungan sesuai tujuan (tidak mencapai tujuan). Begitupun dengan puasa, zakat haji dan ibadah-ibadah yang lainnya. Jadi , semua aktivitas harus bernilai ibadah harus ada unsur akhlaq dari setiap aktivitas ibadah yang dilakukan oleh manusia itu.

Ada satu akhlaq yang sangat mendasar didalam Islam yaitu As Siddqi (jujur), lawannya adalah al kadzibu (dusta atau bohong). Rasulullah bersabda: “ setiap mukmin mungkin saja mempunyai sikap yang jelek,. Tetapi yang tidak boleh adalah al kadzibu (bohong) atau al khianat (khianat). Datang seorang kepada rasulullah dan berkata : “Ya Rasulullah, mungkinkah seorang mukmin itu penakut, mungkinkah seorang mukmin itu bakhil ?”. Jawab Rasulullah : “mungkin”. Sahabat kembali bertanya : “Mungkinkah seseorang mukmin al Kadzab (berdusta) ? Rasulullah menjawab : “Tidak mungkin”. Artinya akhlaq dasar yang paling minimal yang kita miliki yang mengatakan aku beriman kepada Allah adalah jujur. Lalu kalau ada orang mukmin tetapi bohongnya melebihi dari orang kafir, maka inilah yang menjadi masalah kita. Kadang kita sering berbohong tetapi tidak merasa iman kita bermasalah. Jadi, sifat dasar yang harus dimiliki seorang mukmin setelah berikrar dua kalimat syahadat adalah jujur.

Jika masyarakat dibangun atas dasar kejujuran, maka akan terasa indah dan semua akan saling percaya. Jika diambil salah satu contoh dalam cerita pada masa Rasulullah, ada sebuah masjid yang pernah memiliki dua kiblat sehingga disebut masjid kiblatain, yaitu kiblat yang menghadap Masjid Al-Aqsa dan kiblat yang menghadap Masjidil Haram. Ketika turun ayat tentang perintah berubahnya kiblat dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram, maka Rasulullah mengutus para sahabatnya ba’da shalat dzuhur untuk menyeru kepada masjid-masjid agar merubah kiblatnya.

Masjid kiblatain dahulunya disebut masjid banu salamah. Ketika utusan Rasulullah tiba di masjid itu, (Masjid Banu Salamah) kaum muslimin ketika itu sedang melaksanakan shalat Ashar, lalu utusan Rasulullah itu meneriakan bahwa kiblat kita sudah berpindah (berubah). Kalau kita bayangkan jika berita itu terjadi pada masa sekarang atau hari ini ? barangkali ada dua kemungkinan, yakni cuek atau mungkin shalatnya akan bubar. Tapi waktu itu karena setiap mukmin itu jujur dan tidak pernah berbohong, maka makmum beserta imam serentak pindah arah kiblatnya karena yang memerintah orang mukmin dan yang mendengarpun orang mukmin. Tapi kalau sekarang, akan terasa repot kalau tidak melakukan cek dan ricek. Karena yang mendengarkan sering bohong dan yang menyampaikannya pun sering bohong yang akhirnya sama-sama saling suudzan (berburuk sangka). Hari ini gosip adalah berita yang saling menarik, dan gosip adalah duit dan kita sendiripun paling senang dengan berita gosip.

Mengapa kita tidak jujur ? mengapa kita sering berdusta ?

Kita sering kali sulit untuk menerima berita, karena kebanyakan berita yang beredar ditengah-tengah kita bukan kebenaran. Pada masa sekarang orang lebih banyak “ berprasangka “ kepada orang lain. Pada zaman Rasulullah pun pernah terjadi prasangka, ada seorang yang berjalan dengan seorang perempuan di tempat yang remang-remang. Lalu orang tersebut itu mengklarifikasi kepada Rasulullah: “ Ya Rasulullah, yang berjalan itu adalah aku dan isrteriku. Rasulullah berkata : ”Jangan letakan dirimu pada tempat dimana orang akan berburuk sangka terhadap dirimu”. Jadi harus timbal balik, yakni kita tidak boleh berburuk sangka kepada orang lain dan juga tidak boleh membuat orang berburuk sangka kepada diri kita. Artinya kalau orang lain tidak berburuk sangka kepada kita, maka kita jangan memposisikan diri kita pada tempat dimana orang lain akan berburuk sangka kepada kita. Karena sering adanya prasangka-prasangka seperti ini, maka kebanyakan kita adalah berprasangka bukan kebenaran. Maka salah satu yang dilarang oleh Rasulullah adalah “ qola waqila “ (katanya, katanya). Akibat terlalu banyak katanya-katanya Akhirnya benarnya tidak dibahas, bahkan berita yang benar A tetapi yang datang kepada orang Z.

Sifat yang tidak disukai oleh Allah adalah bohong, dan sifat yang dicintai oleh Allah adalah jujur.

Rasulullah saw bersabda yang diriwayatkan oleh Aisyah dikatakan bahwa: “ Sifat yang dibenci oleh Rasulullah adalah bohong”. Kalau ada orang yang berbohong sekali, maka tidak akan hilang dalam ingatan Rasulullah sampai orang itu bertaubat. Mengapa bohong itu sangat serius ? dan jujur sangat penting ?. Jujur adalah pintu kebaikan. Bohong adalah pintu kejahatan. Artinya, kalau yang kita buka adalah pintu kejujuran, maka yang akan masuk adalah semua kebaikan. Seballiknya bohong adalah pintu kejahatan, kalau yang dibuka pintu kebohongan maka yang akan masuk adalah seluruh kejahatan.

Rasulullah saw bersabda :

“Wajib bagi kamu berlaku jujur, sesungguhnya kejujuran akan membawa kamu kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa ke syurga”.

Ketika seseorang selalu jujur dan selalu berusaha untuk jujur, maka akan menjadikan dia selalu jujur. Abu Bakar disebut sebagai “ As Sidiq “ karena Beliau benar-benar orang yang jujur dan selalu yang pertama jujur kepada kebenaran. Ketika rasulullah bercerita tentang Isra dan Mi’raj, Abu Bakar tidak pernah berfikir tentang kejadian itu mungkin atau tidak mungkin walaupun secara logika itu tidak mungkin, karena Rasulullah saw seorang yang jujur maka Beliau mengatakan “ engkau benar ya Rasulullah “.

Kalau kita berusaha jujur dan benar, Allah akan menjadikan kita orang yang benar. Menjadi orang yang benar tidak akan nyaman kalau bohong. Dalam lanjutan hadits di atas

“Jauhilah sifat dusta ( bohong ). Sesungguhnyua sifat dusta akan membawa kamu kepada kejahatan, dan perbuatan jahat akan membawa ke neraka.

Ada seorang yang datang kepada Rasulullah ingin memeluk agama Islam tetapi ia sangat menyukai berbuat zina.. Persoalan tersebut jika dibawa kepada seorang psikiater barangkali resepnya akan banyak, Akan tetapi Rasulullah sangat singkat memberikan resepnya, yaitu tidak boleh berdusta (bohong). Apa hubungan zina dengan bohong ? bohong adalah pintunya, jika pintunya dibuka, maka segala dosa itu akan masuk, tapi jika kebohongan itu ditutup maka segala dosa tidak akan masuk. Artinya dari seluruh kejahatan yang kita kerjakan itu akibat kita sering berani berbohong dan berdusta.

Oleh : Marhadi Muhayar, Lc., M.A.
Humas PI

Humas PI

PERCIKAN IMAN ONLINE DIGITAL - Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667 | info@percikaniman.org

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *