Pengertian dakwah bagi kalangan awam disalahartikan dengan pengertian yang sempit terbatas pada ceramah, khutbah atau kajian saja. Pengertian dakwah bisa kita lihat dari segi bahasa dan istilah. Berikut akan kita bahas pengertian dakwah secara etimologis dan pengertian dakwah secara terminologis.
Kata dakwah adalah derivasi dari bahasa Arab “Da’wah”. Kata kerjanya da’aa yang berarti memanggil, mengundang atau mengajak. Ism fa’ilnya (red. pelaku) adalah da’i yang berarti pendakwah.
Kata da’a mempunyai beberapa makna antara lain memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi dan meratapi.
Dalam Al-Quran kata dakwah ditemukan tidak kurang dari 198 kali dengan makna yang berbeda-beda setidaknya ada 10 macam yaitu: Mengajak dan menyeru, Berdo’a, Mendakwa (red. Menuduh), Mengadu, Memanggil, Meminta, Mengundang, Malaikat Israfil, Gelar, Anak angkat. (Merujuk pada Ahmad Warson Munawir dalam Ilmu Dakwah karangan Moh. Ali Aziz (2009:6)
Kemudian secara terminologis.
- Dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik (Aboebakar Atjeh, 1971:6)
- Dakwah adalah menyeru manusia kepada kebajikan dan petunjuk serta menyuruh kepada kebajikan dan melarang kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat (Syekh Muhammad Al-Khadir Husain).
- Dakwah adalah menyampaikan dan mengajarkan agama Islam kepada seluruh manusia dan mempraktikkannya dalam kehidupan nyata (M. Abul Fath al-Bayanuni).
- Dakwah adalah suatu aktifitas yang mendorong manusia memeluk agama Islam melalui cara yang bijaksana, dengan materi ajaran Islam, agar mereka mendapatkan kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan nanti (akhirat) (A. Masykur Amin)
Sahabat Percikan Iman, Islam tak akan mungkin berkembang dan maju tanpa adanya dakwah. Seringkali ketika melakukan amar ma’ruf nahi mungkar begitu sangat bersemangat sehingga mampu memberikan semangat yang tinggi kepada orang-orang lain disekitarnya.
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (QS.Al Kahfi : 28)
Tetapi sahabatku, kadang-kadang terjadi adalah “semangat” tersebut tiba-tiba menjadi turun drastis bahkan menghilang sama sekali tentuya dengan berbagai alasan dan penyebab.
Dakwah menjadi sebuah perjalanan panjang yang takkan pernah sepi dari rintangan dan cobaan. Semua kendala di jalan dakwah adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Ia pasti akan menghampiri para pendakwah.
Kesabaran dalam dakwah merupakan bagian dari manajemen stamina dalam dakwah. Dan kita diwanti-wanti untuk tidak kecewa atau terlalu bahagia karena ingatlah bahwa yang menunjuki hati dengan hidayah hanyalah Allah Swt. Kita hanya perantara saja.
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ٨:٥٦
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. [QS.Al Qashash : 56]
Sahabatku inilah beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam aktivitas dakwah. Agar lebih konsisten, stabil dan tidak mudah patah semangat.
1. Ikhlas
Meskipun kita tidak bisa menilai keikhlasan hati, tetapi syarat mutlak agar kita bisa konsisten adalah ikhlas. Tanpa keikhlasan, kita akan merasa berat dan selalu mencari-cari alasan untuk meninggalkan suatu amal. Dengan keikhlasan, kita akan MENCINTAI suatu amal sehingga tetap melaksanakannya dalam kondisi apa pun. Tanpa bosan, tanpa pernah puas dan tanpa rasa malas atau enggan.
2. Prioritas
Ikhlas saja tak cukup, penting sekali untuk membuat skala prioritas. Orang yang memiliki skala prioritas akan sukses dalam jangka panjang, jangka menengah maupun jangka pendek. Skala prioritas itu seperti menjadi penuntun baginya untuk mengiyakan atau menolak sebuah kegiatan. Tanpa skala prioritas, orang akan terombang-ambing dalam banyak kesibukan yang TIDAK EFEKTIF. Ia menyanggupi banyak hal, tidak berani menolak banyak hal, atau mengiyakan hal-hal yang remeh sementara menolak hal-hal yang justru strategis. Hal ini akan membuatnya gagal dalam jangka panjang, jangka menengah, bahkan mungkin juga gagal dalam jangka pendeknya.
3. Waktu
Manajemen waktu. Salah satu candaan yang sering kita dengar adalah, “Jangan lakukan sekarang apa yang bisa ditunda besok”. Pada kenyataannya, kebiasaan menunda memberi banyak efek negatif. Menunda membuat kita terbebani dua kali karena pada saat menunda, pikiran kita tetap dihantui oleh pekerjaan tersebut meskipun kita sedang melakukan kegiatan yang lain. Tidak jarang juga menunda berarti menghilangkan kesempatan kita untuk mengerjakannya sama sekali, karena ketika kita menunda sangat mungkin pekerjaan tersebut akan diselesaikan oleh orang lain.
4. Realistis
Kita harus terbiasa memberikan hasil TERBAIK secara realistis, sesuai dengan deadline yang ditetapkan. Memberi makan orang kelaparan tidak boleh menunggu sampai kita berhasil menyajikan makanan yang lezat, dan menyebarkan dakwah tidak boleh ditunda sampai orang tidak mempunyai celah untuk mengkritik ucapan kita. Dalam perumpamaan lain, kita harus mengumpulkan tugas kesenian meski kita belum sekelas maestro dan kita boleh bernasyid ria meski kita bukan diva. Ketika mengemban sebuah amanah, kita harus mengerjakannya sebaik mungkin, lalu menyerahkan hasil terbaik itu tanpa perlu menjadikan hasil tersebut sebagai yang paling sempurna.
5. Berjamaah
Melibatkan teman apalagi banyak orang dalam sebuah aktifitas membuat kita lebih bersemangat dan lebih konsisten dalam menjaga suatu amal. Setiap manusia mengalami masa naik turunnya keimanan. Agar tetap terjaga, Islam menganjurkan kita terikat dalam jamaah sehingga saudara yang imannya sedang naik bisa mengingatkan saudaranya yang imannya sedang turun, lalu bergantian pada kesempatan yang lain ketika kondisinya berkebalikan dan seterusnya. Itulah kenapa lingkungan shalih wajib dipilih bagi yang ingin shalih.
Itulah lima hal yang perlu diperhatikan para aktivis dakwah. Perhatikan juga hal-hal yang (mungkin) kecil. Tapi ini menjadi momok bahkan jika disepelekan akan menjadi sebab utama menurunnya semangat dakwah, yakni : (1) Bisikan Menunda (2) Berpikir Sempurna (3) Kesibukan yang tiba-tiba
Semoga do’a dibawah ini bisa kita amalkan. Semoga yang singkat ini bermanfaat.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
“Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah Swt akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya.” Setelah itu, Rasulullah SAW berdoa; “Allahumma mushorrifal quluub shorrif quluubanaa ‘ala tho’atik”
[Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu!]
(HR. Muslim no. 2654)