Ketika sebuah pesawat jet reguler mendarat di bulan
Seorang pemuda sedang duduk di puncak salah satu bukit di sana
Memandangi pergantian siang dan malam di bumi
Menghitung pergantian waktu
Ia berkata, Hai waktu,
Selama ini aku selalu bersamamu
Meski tak pernah menyapamu
Sekarang, ajarilah aku sesuatu
Lalu sang waktu pun berkata,
Kemarin bukanlah kemarin tanpa hari ini
Hari ini adalah besoknya kemarin dan kemarinnya besok
Besok selalu setelah hari ini
Adalah sulit mengatakan ‘sekarang’
Dengan mengatakannya, maka ‘sekarang’ itu menjadi masa lalu
Namun masa lalumu selalu menjadi apa adanya kamu sekarang
Dan apa adanya kamu sekarang akan menjadi masa depanmu
Jangan kau katakan hari esok takkan datang
Karena ketahuilah bahwa ia kan menghampirimu
Tahukah kamu bagaimana keadaanmu di hari esok?
Pasti tidak, kecuali Sang Pengatur Waktu
Untungnya, kamu telah tahu,
Bagaiman keadaanmu di hari esok
Berawal dari bagaimana usahamu di hari ini