Percikan Iman – Kematian memang misteri. Entah kapan dia mendatangi kita, entah di mana. Bisa kapanpun dan di manapun. Bila tiba masanya, tak ada siapapun yang dapat melobi Malaikat Izrail untuk memundurkan waktunya barang sedetik, tak peduli kita sedang di dalam masjid atau di tempat maksiat.
Untuk itu, penting bagi kita berupaya agar kita senantiasa mengisi setiap detik yang kita lalui dengan berdzikir pada Allah S.W.T. Untuk menghidupkannya, kita dapat senantiasa menyalakan alarm kematian kita. Salah satu caranya, dengan kita mendatangi majelis ilmu atau kita dapat membaca kisah.
Dengan kita senantiasa mengingat Allah S.W.T. siapa tahu, kita dijemput oleh Malaikat Izrail ketika sedang melafalkan dzikir pada-Nya. Kita tentu tidak berkenan, kita menutup akhir hidup kita tanpa mengucapkan kalimat tauhid, lailaaha illallah, malah sedang menggumamkan kalimat atau nyanyian tanpa makna.
Sebagaimana dirangkum dalam buku, “Kisah Seputar Suul Khatimah; N’udzubillahi min Dzaalik” karya Manshur bin Nashir Al-’Awaji, terdapat penuturan dari salah satu pengawas jalan tol. Ia menemukan dua persitiwa yang menggambarkan situasi yang berselang tak begitu lama antar keduanya. Yang satu peristiwa kecelakaan yang berakhir dengan lantunan lagu, yang satu lagi berakhir dengan lafal lailaaha illallaah.
Sang pegawai jalan tol tersebut satu ketika mendenganr suara tubrukan yang amat keras. Ternyata itu kecelakaan yang melibatkan dua kendaraan. Ia bersama rekannya lantas berupaya mengeluarkan kedua korban yang ternyata dalam kondisi kritis. Rekannya lantas men-talqin-kan syahadat.
Ia terkejut lantara dari kedunya bukan lafadz tauhid yang keluar malah lantunan nyanyian. Berulang-ulang ia melakukannya, namun tak kunjung merespon, malah keduanya meneruskan lantuannya. Perlahan suara mereka berdua semakin melemah dan hilang. Keduanya meninggal.
Tak lama kemudian, terjadi persitiwa berikutnya. Kali ini melibatkan seseorang yang berkendara dengan kecepatan baisa. Tak dinyana, kendaraanya mogok di terowongan antar kota. Naas, saat ia sedang keluar dari kendaraanya, kendaraan lain menabraknya dari belakang.
Serta merta, sang petugas segera menghampiri lokasi, lagi-lagi bersama rekan kerjanya. Setibanya di lokasi, mereka segera membawa korban yang merupakan seorang pemuda itu ke rumah sakit. Di tengah perjalanan, dalam kondisi terbaring, sang korban menggumamkan sesuatu. Ternyata ia sedang melantunkan ayat suci Al-Qur’an.
Hingga suara itu berhenti, sang petugas melihat ke bagian belakang mobil dan melihat korban sedang mengacungkan telunjuknya seraya bersyahadat. Sang petugas seketika tertegun dan tak terasa air mata menetes di pipinya. Saking harunya, ia sampai-sampai mengabarkan pada semua orang yang ia temui di rumah sakit.
Demi mendengar kisah tersebut, semua pun terbawa arus haru. Sampai-sampai salah seorang dari mereka langsung menghampiri jasad korban tadi dan mencium keningnya. Hingga semua ikut men-shalatinya.
Setibanya keluarga pemuda ke rumah sakit, terungkaplah kebiasaan baik sang pemuda itu. Ia, di setiap hari Senin, senantiasa menjenguk nenek-nya yang ada di desa. Ia juga kerap membantu para janjda, anak yatim dan orang-orang miskin. Pantaslah di kendaraannya penuh dengan beras, gula, hingga permen untuk anak-anak.
Jarak jauh yang ia tempuh, ia isi dengan menghafal Al-Qur’an dan memuroja’ah hafalannya. Kadang ia juga mendengarkan kaset yang bermanfaat. Tak lupa, ia senantiasa mengharap ridho Allah S.W.T. di setiap langkahnya.
Mendapati dua peristiwa tersebut, sang petugas kemudian memulai hari-harinya dalam pertaubatan pada Allah S.W.T.
Sahabat, mari kita jaga perbuatan baik agar tetap menjadi karib kita hingga kita meraih Husnul Khatimah. Cukup misteri tibanya kematian menjadi pengingat kita. Semoga Allah S.W.T. memperkenankan kita berkawan karib dengan amal sholeh di alam barzakh hingga menjadi pembela di yaumil mizan.