Percikan Iman – Alhamdulillaah, Allah berkenan menyampaikan kita pada bulan Sya’ban. Tandanya, sebentar lagi bulan Ramadhan akan menyambangi kita.
Sahabat senang kan?
Tahukah sahabat, jika bulan Sya’ban memiliki kemuliannya tersendiri?
Benar, bulan Sya’ban bukan termasuk salah satu bulan haram, namun kemuliaan sya’ban ternisbatkan karena menjadi pengiring bulan penuh ampunan dan rahmat, Ramadhan.
Pada salah satu keterangan, Rasulullaah Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam (S.A.W.). Juga mengabarkan pada kita, jika pada bulan ini, Malaikat akan menghadap Allah dan melaporkan semua catatan amal-perbuatan kita.
Hmm.. Selaku orang ber-iman, kita tentu harap-harap cemas yak an? Semua dan setiap amal, baik atau buruk, sekecil butiran debu atau sebesar apapun akan disetorkan pada Allah, Pemilik dan Pemelihara kita semua.
Kita tidak tahu, amal sholeh mana yang diterima. Kita juga tidak tahu, apakah amal sholeh kita lebih sedikit atau lebih banyak dari amal salah kita.
Di tengah kondisi harap-harap cemas ini, Rasulullaah yang senantiasa memikirkan kita, memberikan kita contoh untuk menyikapinya. Yakni, dengan shaum.
Pada bulan ini, Bunda Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa (R.A.) mengabarkan pada kita jika Rasulullaah S.A.W. biasa shaum. Bahkan, kata Bunda Aisyah, ia tidak sama sekali melihat Rasulullaah S.A.W. shau lebih banyak daripada shaum-nya di bulan Sya’ban.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban” kata Bunda Aisyah R.A. sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
Ummu Salamah juga mengabarkan informasi senada pada kita semua. Beliau mengatakan tidak pernah melihat Rasulullaah S.A.W. berpuasa sekian banyaknya hari, melainkan di bulan sy’aban.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setahun tidak berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Sya’ban, lalu dilanjutkan dengan berpuasa di bulan Ramadhan.” Kata Ummu Salamah sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dan An Nasa’I dan Syaikh Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
Dari teks-teks di atas sebagian dari kita ada yang menangkap kesan jika Rasulullaah shaum satu bulan penuh di bulan Sy’aban, persis di bulan Ramadhan. Namun, benarkah seperti itu?
Untuk memahaminya, mari kita bertanya pada para ulama rujukan terdahulu.
Ketentuan Shaum di Bulan Sya’ban
Yang pertama, kita bisa mendengarkan pendapat dari Imam Nawawi. Menurut beliau, sebagaimana tertulis dalam kitab syarah Muslim-nya, Rasulullaah S.A.W. tidaklah shaum sebulan penuh di bulan Sya’ban. Dengan begitu, kita tercegah dari berprasangka jika shaum di bulan Sya’ban wajib. Beliau menegaskan jika Rasulullaah S.A.W. shaum sebulan penuh hanya di bulan Ramadhan.
Kemudian, kita juga dapat mendengarkan pendapat Imam asy-Syaukani, sebagaimana tertulis dalam kitab Nailul Authar. Beliau mengatakan jika maksud “kulluhu” (keseluruhan) dalam hadits di atas bermakna “kebanyakan” atau “sering”.
Pendapat tersebut didukung oleh Imam Tirmidzi jika dalam Bahasa Arab, untuk menunjukkan “sering” memang biasa menggunakan diksi “kulluhu” yang jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi “keseluruhan”.
Itu artinya, shaum di bulan Sya’ban itu bukan sebulan penuh ya sahabat. Shaum sebulan penuh (berturut-turut) itu hanya di bulan Ramadhan yang ketentuannya ditetapkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an.
Sedangkan di bulan Sya’ban sifatnya mempersering dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Soal harinya, diserahkan pada masing-masing. Mau dengan kombinasi Senin-Kamis dan shaum daud? Boleeh. Mau kombinasi shaum Daud dan tengah bulan, bisaaa.
Prinsipnya, tidak setiap hari dan tidak memberatkan
Jadi begitu ya sahabat, semangat beribadah tentu harus, namun tetap harus dipandu dengan ilmu. Jangan sampai kita mendholimi diri kita sendiri.
Penulis:
Ustadz Dadang Khaeruddin, S.Pd.I.
(Dewan Syari’ah Percikan Iman).