Kegagalan adalah sesuatu yang bisa kita hindari dengan tidak mengatakan apa-apa, tidak melakukan apa-apa dan tidak menjadi apa-apa. (Denis Waitly)
Jika kamu mau berusaha mungkin kamu akan gagal, tapi jika kamu tidak mau berusaha sudah pasti kamu akan gagal. Lebih rendah dan nol besar karena melangkahpun tidak mau atau tidak berani. Penakut menghadapi bayangan kekalahan atau halangan hasil ilustrasi otaknya sendiri.
Apa bedanya orang gagal dan orang malas?Orang gagal adalah mereka yang belum menyelesaikan sebuah pekerjaan, sementara pemalas adalah mereka yang tidak mengerjakan apa-apa.
Mereka yang gagal lebih layak dihargai, sementara pemalas harus ditinggalkan. Meski sama-sama belum menghasilkan apapun, tapi mereka yang gagal sudah berusaha. Para pemalas, mereka tidak mengerjakan apapun! Nol besar
Lalu mengapa ada orang yang tidak mau mengerjakan apapun?
Apakah karena tidak mampu?Bukan
Apakah karena tidak sempat?Bukan
Tapi karena mereka memang TIDAK MAU
Di dunia para pemalas, kemauan adalah barang mahal. Ketika mereka merasa diri mereka tidak mampu, biasanya sih mereka otomatis tidak mau melakukan apapun. PR terbengkalai, belajarpun lesu, shalat lalai, puasa menjadi tak bersemangat bahkan ngaji pun tidak mau. Cukup banyak orang-orang yang berfikiran seperti ini. Macam-macam alasan yang muncul di benak mereka; takut gagal, takut malu, takut merusak, dll. Bahkan ada berdalil, imanku sedang turun kog.
DUA TIPE MANUSIA
Sahabat, di dunia ini ada dua tipe orang.
Pertama, mereka yang tidak mau mencoba apapun dan akhirnya mereka memang tidak bisa mengerjakan apapun.
Kedua, mereka yang punya kemauan terkadang tanpa kemampuan. Mereka berusaha dan akhirnya berhasil.
Sobat percayalah, kemauan jauh lebih berharga ketimbang kemampuan. Karena, tidak ada orang yang mendadak pintar kecuali diawali dengan kemauan berusaha. Banyak orang yang semula tidak mampu namun menjadi seorang jawara, karena kuatnya kemauan. Sebaliknya banyak juga orang yang sebenarnya punya talenta bagus, kemampuan hebat, tapi tidak berdaya karena lemahnya kemauan.
Seorang bijak pernah berkata “Siapa yang berusaha, ia akan mendapatkannya”
Where is the will, there is the way…
Dimana ada kemauan disana ada jalan…
Percayalah, sebenarnya sejak lahir Allah SWT sudah mengaruniakan kemauan kuat yang alamaiah. Ia disebut gharizatul baqa’ , naluri mempertahankan diri. Seorang bayi yang akan lahir meronta-ronta dalam rahim ibunya.
Ia punya keinginan untuk keluar dan hidup, karena bila tidak keluar ia akan mati. Begitu kuatnya perjuangan sang bayi sampai membuat ibunya mengalami kontraksi yang hebat, dan subhanallah.. persalinan pun berjalan sempurna. Berkat kemauan alamiahnya untuk hidup sang bayi bisa merasakan dunia luar, berkumpul bersama kedua orangtua.
Ketika sudah berada diluar, ia pun terus berusaha dengan kuat dan bertahan hidup. Ia belajar mencari dan menghisap ASI, mengunyah dan menelan makanan. Bayi juga belajar merangkak, berjalan sampai akhirnya mampu berlari. Semuanya berawal dari kemauan alamiah untuk bertahan hidup.
Tanpa kemauan yang kuat, pasukan Islam tidak akan mampu mengalahkan Persia yang enam kali lebih banyak dalam perang Qadasiyah. Hanya orang munafik yang kemudian gentar dan ‘menggembosi’ saudara-saudaranya yang sedang berjuang. Dan hidup di dasar neraka adalah akhir hidup mereka.
Tanpa kemauan yang kuat panglima Islam Thariq bin Ziyad tidak akan mampu menaklukan spanyol. Walau secara teori matematis, tidak masuk akal. Subhanallah Allah Maha Penolong kepada hamba yang ikhlas dan berkemauan kuat.
Nah, jika bayi yang lemah saja memiliki kemauan yang kuat bagaimana dengan kita?
Allah sudah memberimu akal dan raga yang sempurna. Kamu seharusnya lebih hebat dari seorang bayi. Karena masa bayi sudah lewat dan sekarang sudah lebih dari seorang bayi. Maka, peluangmu untuk menjadi orang yang lebih baik juga lebih besar.
Menjadi lebih baik; Soal Kemauan
Untuk menjadi manusia yang lebih baik membutuhkan kemauan untuk berbagi, mau bersabar, mau belajar dari kesusahan, mau menerima takdir Allah apa adanya, mau bersyukur, dan mau meniti langkah untuk mencapainya. Dan itu membutuhkan kemauan selain juga usaha.
Saat kita merasa pernah mengerjakan sesuatu yang keliru, kita harus mau mengambil kesempatan untuk mengubahnya. Bertobat dan memperbaiki kesalahan-kesalahan kita. Kita pun musti percaya bahwa Allah Maha Pengampun. Dan itulah pelajaran emas yang harus diingat dan tidak terulang kembali.
Maka, jangan matikan semua kebaikanmu, talentamu dan masa depanmu dengan memadamkan kemauanmu, menjadi seorang pemalas. Kebaikan dan kebahagiaan bukanlah milik seorang pemalas. Bahkan, sedemikian malasnya seorang pemalas sampai-sampai merasa malas meski hanya untuk memiliki sebuah kemauan. Na’udzubillah
Barangsiapa menyenangi amalan kebaikannya dan menyedihkan (bersedih dengan) keburukannya maka dia adalah seorang mukmin. (HR. Al Hakim)
Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang mukmin yang lemah dalam segala kebaikan. Peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu dan mohonlah pertolongan Allah, dan jangan lemah semangat (patah hati). Jika ditimpa suatu musibah janganlah berkata, “Oh andaikata aku tadinya melakukan itu tentu berakibat begini dan begitu”, tetapi katakanlah, “Ini takdir Allah dan apa yang dikehendaki Allah pasti dikerjakan-Nya.” Ketahuilah, sesungguhnya ucapan: “andaikata” dan “jikalau” membuka peluang bagi (masuknya) karya (kerjaan) setan.” (HR. Muslim)
Aku mengagumi seorang mukmin. Bila memperoleh kebaikan dia memuji Allah dan bersyukur. Bila ditimpa musibah dia memuji Allah dan bersabar. Seorang mukmin diberi pahala dalam segala hal walaupun dalam sesuap makanan yang diangkatnya ke mulut isterinya. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Amin.
Oleh : Teh Irma HomePi