Bersuci dan Rahasia-rahasianya

Bersuci itu mempunyai empat tingkatan: menyucikan yang lahir dari hadas, najis, dan kotoran; menyucikan tubuh dari dosa dan kesalahan; menyucikan hati dari akhlak-akhlak tercela dan kehinaan-kehinaan yang dibenci; dan menyucikan apa yang tersembunyi dari hal-hal selain Allah, yang sekaligus merupakan tujuan yang terakhir.

Siapa yang bagus dan kuat pandangannya tentu bisa meraih apa yang dicarinya. Siapa yang buta tentu tidak bisa memahami tingkatan-tingkatan bersuci ini, kecuali tingkatan yang pertama, sehingga engkau melihatnya hanya menghabiskan waktu untuk melakukan istinja dan mencuci pakaian, yang dia lakukan secara berlebihan. Dia berbuat seperti itu karena hanya dirasuki rasa was-was dan karena ilmunya yang minim, dengan mengira bahwa bersuci yang dituntut adalah sebatas pada tingkatan pertama ini.

Dia tidak tahu kebiasaan orang-orang terdahulu yang menghabiskan waktunya sekian lama untuk membersihkan hati dan menganggap remeh hal-hal yang tampak, sebagaimana yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab r.a., bahwa dia pernah wudu dari guci yang biasa digunakan oleh orang-orang Nasrani. Hampir-hampir mereka tidak sempat mengusap tangannya dengan minyak wangi; biasa salat di atas tanah, berajalan tanpa alas kaki; melakukan istijmar (cebok) dengan batu secukupnya jika tidak ada air.

Kini banyak orang yang disebut dengan istilah kelompok orang-orang sok suci, yang menghabiskan waktunya untuk menghias lahiriahnya, sedangkan batin mereka rusak karena dipenuhi noda-noda sombong, riya, ujub, munafik, dan bodoh. Jika mereka melihat orang lain yang melakukan istijmar (cebok) dengan kerikil, berjalan tanpa alas kaki, wudu dari teko milik orang tua renta, tentu mereka akan mengingkarinya dengan pengingkaran yang keras, dan menjulukinya sebagai orang yang jorok, serta tidak mau makan bersamanya.

Perhatikan bagaimana menjadikan cara bersuci yang termasuk bagian dari iman sebagai hal yang kotor dan sikap yang jijik sebagai kebersihan; menjadikan kemungkaran sebagai kemakrufan, dan kemakrufan sebagai kemungkaran, tetapi itu merupakan perbuatan baik. Untuk mengetahui macam-macam najis dan hadas, hendaklah kita kembali kepada kitab-kitab fikih, karena sasaran dari kitab ini adalah adab.

Membersihkan kotorana ada dua macam: pertama, kotoran yang bisa dihilangkan, seperti kotoran dan kaki yang menempel di kepala. Kotoran-kotoran ini harus dibersihkan dengan cara mencucinya, menggosok, memoleskan minyak, begitu pula kotoran yang ada di telinga dan hidung yang harus dibersihkan.

Dianjurkan bersiwak dan berkumur untuk menghilangkan kerak yang menempel di gigi dan lendir di lidah, begitu pula daki yang menempel di badan karena keringat dan debu-debu jalanan, yang bisa dilakukan dengan cara mandi.

Ada baiknya masuk kamar mandi karena lebih mudah bagi seseorang untuk membersihkan segala macam kotoran dari badan selagi berada di kamar mandi. Begitulah yang dilakukan oleh para sahabat. Tetapi, dia harus menjaga auratnya, jangan sampai dilihat orang lain. Saat masuk kamar mandi pun dia harus ingat panasnya api neraka. Sebab, adakalanya pikiran orang mukmin masih berputar-putar memikirkan berbagai macam urusan dunia. Maka, saat mengingat berbagai urusan dunia ini hendaknya ingatanya segera beralih ke urusan akhirat. Sebab, yang harus diprioritaskan orang mukmin adalah urusan akhirat. Setiap bejana tentu akan menampung apa pun yang dimasukkan ke dalamnya. Perhatikan jika suatu bagnunan istana dimasuki pedagang kain, tukang bangunan, tukang kayu, dan penjahit. Saat itu tentu engkau akan melihat penjual kain yang mengamat-amati alas tempat tidur sambil mereka-reka berapa harganya. Sedangkan tukang bangunan akan melihat ke dindingnya; tukang kayu akan melihat atapnya; penjahit akan melihat mutu jahitannya. Begitu pula orang mukmin, jika dia berada di suatu ruangan yang gelap seperti kamar mandi, ingatan dan perhatiannya harus tertuju ke kegelapan kubur; saat mendengan suara yang keras dia teringat tiupan sangkakala; ketika melihat kenikmatan dia teringat kenikmatan surga; dan saat melihat suatu azab dia teringat azab neraka.

Kedua, cara menghilangkan kotoran ini ada yang cukup dengan menghapus atau menguranginya, seperti mencukur kumis, mencabuti bulu ketiak, mencukur rambut kemaluan dan memotong kuku. Dimakruhkan mencabuti rambut uban, namun dianjurkan mengecatnya.

Tingkatan-tingkatan bersuci lainnya akan dijelaskan dalam bab perusak dan penyelamat, insya Allah.

Sumber: Mukhtashar Minhaajil Qaashidiin, Al-Imam asy-Syekh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisy

Humas PI

Humas PI

PERCIKAN IMAN ONLINE DIGITAL - Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667 | info@percikaniman.org

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *