Percikan Iman – Cerah warnanya, membuat kita berpaling melihatnya. Itulah bunga matahari yang kini memenuhi sebagian wilayah taman pendidikan Firdaus Percikan Iman. Berpadu serasi dan sinergi membentuk satu ekosistem dengan lebah trigona dengan dengungnya menambah suasana. Namun, ada yang harap yang lebih berbinar dari bunga berwarna kuning cerah tersebut.
Tahukah sahabat, bunga matahari atau Helianthus Annuus merupakan ribuan bunga kecil yang mekar bersamaan, membuat bunga matahari tunggal dengan kelopak besar. Berbagai budaya memiliki pemaknaan tersendiri pada bunga yang senantiasa menghadap matahari ini.
Budaya Yunani kuno menyebutkan jika bunga matahari ialah simbol kesetiaan. Sedangkan budaya tiongkok memaknai bunga matahari sebagai umur panjang dan keberuntunga. Terakhir, di Eropa, bunga matahari dipandang sebagai simbol keindahan dan rizki.
Terlepas dari semua pemaknaan berbagai budaya, penulis memilih pemaknaan pada bunga matahari sebagai harapan. Sesuai dengan nama yang ternisbat padanya, matahari. Matahari muncul di pagi hari sebagai penerang gulita malam. Ia membangunkan para pemburu rizki nan halal, para pencari ilmu nan berguna, dan tentunya membangunkan dari mimpi untuk mewujudkannya.
Apalagi, bunga matahari ketika mekarnya, tegap mengahadap matahari. Menguatkan makna kerja keras demi mewujudkan mimpi.
Kini, dalam rangka meningkatkan nilai tanah wakaf, sahabat dapat menemui sekelompok bunga matahari itu sudah berkemakaran. Agar lebih cepat berkembang, kami berkolaborasi dengan pihak ketiga yang memang berpengalaman mengembangkan nilai ekonomi dari bunga matahari dan ekosistemnya.
Hasilnya, dapat menjadi minyak bunga matahari, makanan ringan, dan tentunya madu trigona denga aroma bunga matahari.
Namun, ada yang mengalahkan semburat bunga matahari tersebut, yakni binar harapan dari anak-anak Fifa Batch 4. Sama-sama sebagai simbol harapan karena mereka generasi penerus kita di masa depan. Berasal dari sekitaran taman pendidikan Firdaus Percikan Iman, mereka mendapatkan akses pendidikan Al-Qur’an dan fasilitas lainnya.
Mereka belajar berinteraksi dengan Al-Qur’an dengan berbagai jalannya. Mereka menghafal dengan metode Meaningfull Learning. Dengan metode tersebut, memungkinkan anak-anak “melihat wujud Al-Qur’an” pada diri dan lingkungan sekitarnya, termasuk bunga matahari dan lebah.
Hari itu (22/10), Muhammad dan 29 teman-temannya berkesempatan, bukan sekadar menghafal Al-Qur’an surat Al-Ghasiyah ayat 20, namun juga mentadabburinya. Soal berbagai ciptaan Allah S.W.T. di muka bumi, termasuk salah satunya, bunga matahari dan koloni lebah. Agenda kali ini dipandu langsung oleh Pak Dandi Budiman selaku pihak pengelola ekosistem bunga matahari.
Dengan begitu, kami berharap anak-anak dapat menemukan makna yang lebih sejati dari bunga matahari, yakni sebagai salah satu bukti keagungan Allah S.W.T. Ketika keagungan Allah S.W.T. masuk ke dalam jiwa, kita layak berharap, mereka menjadi hamba-hamba Allah S.W.T. yang takut dan senantiasa berharap pada-Nya.
Ketikah sumber ketakutan dan harap hanya Allah S.W.T. tak ada apapun yang mereka takutkan lagi. Ketika harapan tertaut hanya pada-Nya, tak ada yang dapat menghalanginya untuk sampai. Hingga mereka dapat menjadi manusia yang bermanfaat bagi diri, keluarga, dan bangsa.