Percikan Iman – Mengusung tema Born to Be Leader, Percikan Iman kembali mengadakan Pesantren Kilat Kreatif (Sanlatif). Acara yang diadakan setiap momen liburan ini diadakan dalam rangka melengkapi kebutuhan pendidikan anak, yakni pendidikan agama. Pendidikan agama adalah bekal, baik bagi orang tuanya, maupun anak-anak-nya ketika dewasa nantinya.
“Saya melihat, ada sebagian orang tua yang terlihat begitu kecewa, bahkan sampai memarahi anaknya lantaran karena prestasi akademik sekolahnya menurun, namun nampak biasa saja menyikapi anaknya yang melanggar perintah Allah,” terang Maman Chatamallah selaku ketua Yayasan percikan Iman pada sesi sambutan di depan para orang tua peserta Sanlatif, yang bertempat di Aula Grand Panorama Hotel, Lembang, Senin (1/7/2024).
Melalui acara ini, besar harapan, seluruh peserta yang berjumlah 59 orang ini dapat menemukan kembali fitrahnya sebagai pemimpin. Sebagaimana Islam mengajarkan bahwa misi manusia diturunkan ke bumi ialah untuk beribadah pada Allah Swt. dan juga sebagai khalifah atau pemakmur bumi. Untuk itu, selama empat hari (1-4 Juli 2024), seluruh peserta mendapatkan ragam materi dan kegiatan.
Di hari pertama, peserta diajak untuk “masuk” ke dalam dirinya, untuk melihat dirinya. Melalui pendekatan retrospeksi, peserta yang terdiri dari usia kelas 4 SD hingga SMA ini, diajak “berpetualang” ke masa lalunya sebagai manusia sejati. Dengan begitu, anak-anak dapat mengenal asal mereka, yakni dari Allah Swt. Poin ini kami sampaikan agar anak-anak sadar bahwa suatu saat mereka akan kembali pada sisi-Nya.
Di hari kedua, peserta diajak berkenalan dengan “superhero” yang tercatat dalam realita sejarah. Mereka adalah Shalahuddin Al-Ayyubi dan Muhammad Al-Fatih. Dengan mengetahui kiprah mereka berdua, anak-anak diharapkan dapat menemukan peran mereka di muka bumi, yakni bukan sekadar untuk menikmatinya sendiri, melainkan juga untuk membaginya dengan sesama.
Sedangkan di hari ketiga, anak-anak diajak untuk menyingkap keberanian dan jiwa kompetisi juga kerjasama melalui kegiatan jurit malam dan outbond. Kami meyakini, anak-anak memerlukan semua softskill tersebut agar bisa mengaktualisasikan dirinya ketika ada di tengah masyarakat nantinya.
Terakhir, di hari keempat, anak-anak diajak untuk memulai aksi berdasarkan pembelajaran yang dilakukan selama tiga hari sebelumnya. Kami mengajak anak-anak untuk mengekspresikan keberpihakan dan kepeduliannya pada masyarakat Palestina. Kami menyampaikan, bahwa sebagai sesama manusia sudah semestinya kita peduli pada mereka. Inilah salah satu bentuk aktualisasi misi di muka bumi, yakni menjadi wakil Allah di muka bumi, yaitu saling tolong menolong dengan sesama.