Negeri pertiwi kembali mengalami musibah, diujung papua wasior terjadi banjir bandang, di mentawai terjadi tsunami, di pulau jawa terjadi gunung meletus dan beberapa bencana lain.
Banyak pihak yang mengklaim bahwa musibah ini terjadi karena adanya ini dan itu. Datang orang lain lagi yang mengklaim karena ini dan itu, begitu seterusnya. Namun bagaimanakah Islam memandang musibah, apa penyebabnya dan apa obatnya serta apa hikmahnya. Pada tulisan ini mari kita menganalisis secara syar’i tentang datangnya musibah yang bertubi.
Semoga dengan berpikir positif kepada Allah SWT akan memberikan energy positip bagi yang sedang ditimpa dan memberikan semangat kepedulian yang tinggi bagi yang bukan mengalami.
Sebab Turunnya Musibah
Musibah adalah suatu perkara yang menghinggapi manusia dan mereka membencinya. Sudah menjadi sunnatullah di muka bumi Allah ini adanya hukum sebab akibat. Sudah barang tentu musibah yang banyak kita alami pada tahun-tahun terakhir ini pasti ada sebabnya.
Salah satu sebab datangnya musibah adalah karena buah perilaku yang diperbuat oleh manusia.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Rum : 41)
Ibnul Qoyyim mengatakan, “Yang menjadi sebab Allah menampakkan sebagian kerusakan di muka bumi adalah karena berbagai dosa yang dilakukan manusia”. Sedangkan lanjutan ayat (yang artinya) “supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka”, yang dimaksud di sini adalah sebahagian akibat dari dosa-dosa yang mereka kerjakan.
Dengan demikian sebab kerusakan-kerusakan yang tampak di muka bumi berupa berbagai kekurangan, bahaya, kesedihan, penyakit dan lainnya yang Allah tampakkan adalah karena perbuatan yang dilakukan oleh hamba-hambaNya. Akibat setiap hambaNya melakukan kemaksiatan, Allah swt akan timpakan kepada mereka bencana sebagai hukuman atas perbuatan mereka.
Dari penjelasan di atas, jelaslah bagi kita bahwa salah satu sebab bencana dan musibah yang kita alami adalah karena perbuatan maksiat yang dilakukan oleh manusia.
Dan Ingat! Bukan berarti korban adalah selalu pelaku maksiat tersebut. Seseorang yang beriman dan bertaqwa kemudian menjadi bagian dari korban musibah bencana sudah diperhitungkan dan diberikan balasan terbaik oleh Allah swt.
Sebab Kesyirikan
Sesungguhnya karena perbuatan syirik yang dilakukan manusia, Allah menimpakan musibah kepada mereka. Karena kesyirikan adalah kezholiman yang terbesar yang berakibat datangnya bencana. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya kesyirikan itu adalah benar-benar kedholiman (kemaksiatan) yang besar” (QS. Luqman: 13)
Bahkan syirik adalah dosa yang tidak Allah ampuni jika seseorang tidak bertaubat darinya sebelum ia mati. Kesyirikan juga adalah bentuk pelanggaran terbesar terhadap hak Allah SWT.
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nissa : 116)
Itulah mengapa musibah sering menimpa suatu negeri. Kalau kita tilik, ternyata akibat kesyirikan yang merajalela di tengah-tengah mereka. Maka sudah sepatutnya setiap muslim merenungkan hal ini. Sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim untuk mentauhidkan Allah semata dan tidak menyekutukannya dengan selain-Nya.
Sebab Kejahilan/Kebodohan
Seperti yang telah ditulis diatas. Hukum sebab akibat berlaku sebagai sunnatullah. Kita manusia rakus, tidak peduli kepada orang lain dan ketika manusia menjadi gelap mata karena kesialuan dunia.
Maka dia akan mengeruk, menyikat habis tanpa perduli efek dari perbuatan mereka. Pelaku berpendapat bahwa semuanya bisa diselesaikan dengan uang. Sehingga pada suatu waktu atas ijin Allah SWT, efek perbuatan mereka akan mengenai diri mereka sendiri.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Rum : 41)
Keseimbangan alam sebenarnya jika dijaga akan memberikan perlindungan dan kenyamanan bagai setiap manusia yang tinggal didalamnya.
Tragisnya, sebagian manusia tersebut bukanlah orang bodoh tetapi pandai dan pintar.
Dan akhirnya mereka pada dasarnya tetap bodoh (jahil), karena ilmu dan kepandaian mereka telah tertutupi gelimang cinta dunia. Menjadikan sifat tamak, individualis, materialis jauh dari nilai-nilai syariat.
فَإِذَا مَسَّ الْإِنسَانَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَاهُ نِعْمَةً مِّنَّا قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ بَلْ هِيَ فِتْنَةٌ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya ni’mat dari Kami ia berkata: “Sesungguhnya aku diberi ni’mat itu hanyalah karena kepintaranku”. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (QS.Az Zumar : 49)
Segera Bertaubat
Didalam ayat tersebut, juga memberikan banyak hikmah yang Allah berikan kepada hambanya yakni sebagai peringatan agar mereka kembali/bertaubat kepadaNya.
Semua manusia tidak terkecuali mempunyai kesalahan dan dosa. Dan orang yang terbaik adalah orang yang bersegera sadar, bertaubat dan memperbaiki diri. Orang yang dilaknat adalah sebaliknya yang sadar berbuat salah tetapi tidak mau bertaubat sampai ajal menjemput.
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An Nissa : 17)
Ingatlah selalu Allah Maha Pemaaf, sebanyak apapun dosa bahkan dosa setinggi langitpun Allah siap memberikan ampunan. Subhanalllah !
Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya kamu sekalian berbuat DOSA hingga MEMENUHI LANGIT, kemudian kalian BERTAUBAT kepada Allah, pasti Allah akan MENERIMA taubat kalian”. (HR. Ibnu Majah)
Musibah Sebagai Penghapus Dosa
Hikmah dari musibah yang tak kalah agungnya dibanding hal di atas adalah sabar. Jika Allah timpakan kepada seorang hamba musibah apabila ia bersabar maka musibah tersebut merupakan penghapus dosa baginya
Dari Abu Hurairah ia berkata; “Ketika turun Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. QS An-Nisa`: 123, kaum muslimin merasa keberatan mengenai hal itu, lalu mereka mengadukannya kepada Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam, beliau bersabda: “Berlaku adil dan berlaku luruslah, karena setiap (musibah) yang menimpa seorang mukmin, akan menjadi penebus (atas dosanya), bahkan tertusuk duri atau musibah yang menimpanya sekalipun.” (HR. Tirmidzi)
Musibah Merupakan Nikmat
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Musibah merupakan nikmat karena ia merupakan penghapus dosa, juga merupakan suatu hal yang mendorong diri untuk sabar sehingga mendapatkan pahala sabar, merupakan suatu hal yang mendorong diri untuk kembali kepada Allah dengan keta’atan/inabah, merendahkan diri dihadapanNya dan menghindar dari pandangan manusia (sehingga jauh dari riya’)”. Akan tetapi beliau mengaitkan hal ini dengan sabar dan tidak berlaku apabila seorang hamba ditimpa musibah kemudian ia meninggalkan hal-hal yang wajib atau melakukan sebagian maksiat.
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS.Az Zumar : 10)
Mana yang Beriman dengan sebenar-benarnya?
Setiap muslim boleh saja mengaku beriman dan bertaqwa, tetapi Allah akan menyiapkan testing dan ujian sehingga akan terlihat mana yang imannya semu dana mana yang beriman dengan sebenarnya.
Contoh beriman yang semua adalah ketika sengsara akan mendekat kepada Allah tetapi ketika sengsara telah menjadi bahagia dia akan lupa kepada Allah. Bahkan merasa bahwa semua ini adalah karena kepandaiannya sendiri.
Contoh iman yang sebenarnya adalah tetap bersyukur, berpikir positif dan pasrah kepada Allah. Hati yang iman yang sebenarnya, akan mudah terketuk untuk saling membantu sebagai bentuk kasih sayang sesama muslim yang membutuhkan. Karena cinta dan peduli kepada sesama adalah pembuktian dari kekhusyu’an ibadahnya selama ini kepada Allah swt.
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْاْ مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاء وَالضَّرَّاء وَزُلْزِلُواْ حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللّهِ قَرِيبٌ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al Baqarah : 214)
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran : 142)
Terakhir, mari kita buktikan keimanan kita untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang kekurangan baik di sekitar kita atau yang sedang terlilit bencana. Peduli dengan nyata dan doa. Semoga bermanfaat
