Percikan Iman – Tidak seperti umur, tidak seperti badan, tidak seperti ilmu, di Yaumil Hisab nanti, Allah akan bertanya soal harta itu, “ dari mana (kita memperolehnya) dan di ke mana-kan (kita membelanjakannya)?” Sudah siapkah kita menjawab pertanyaan tersebut? Siapa bilang, uang itu hanya urusan dunia, buat kita, uang itu salah satu kunci keselamatan di akhirat.
Sebagai orang beriman, kita tentu menerima, bahwa semua yang melekat pada kita adalah milik-Nya, termasuk harta. Semampunya kita “mencari” dan “mengumpulkan” harta pun adalah dengan kehendak-Nya. Wong badan, kesehatan, akal, adalah modal yang Allah berikan pada kita. Sepantasnya, kita pun kudu bersiap jika ada waktunya Pemodal Kita akan mengauditnya.
Untuk itu, selain kita memupuk rasa cinta pada Allah Swt. kita pun perlu tahu cara agar kita mampu menjawab pertanyaan soal harta kita nanti. Belajar mengelola keuangan merupakan salah satu sarananya. Dengan belajar mengelola keuangan, kita setidaknya dapat mengidentifikasi uang yang masuk dari mana saja dan keluar untuk apa saja.
Ketika kita dapat mengidentifikasinya, kita dapat mengecek, apakah sumber harta kita semuanya halal? Kemudian, apakah dari harta yang kita peroleh, kita sudah memenuhi hak Allah Swt. lewat zakat, infaq, dan sedekah. Tentunya, kita juga dapat mengetahui apakah kita berlebihan atau tidak dalam berbelanja.
Kita bersyukur pada Allah Swt. karena kita diberikan-Nya kelaluasaan untuk menikmati apapun sajian di dunia ini, kemudian fasilitas yang ada di dalamnya. Sungguh sangat sedikit yang haram, namun begitu banyak yang Allah Swt. halalkan bagi kita. Syaratnya, zakat kita penuhi. Itupun dalam rangka membersihkan harta kita dari kemungkinan kandungan syubhat.
Dengan berzakat, harta kita bersih dan kita boleh membelanjakannya untuk segala yang Allah Swt. telah perbolehkan. Hanya, kita tidak boleh berlebihan. Karena itu, Allah Swt. memberikan kita sarana berupa infaq dan sedekah. Dengannya kita terhindar dari isyraf dan hidup kita lebih sehat dengannya. Sehat secara sosial, sehat jasad, juga jiwa kita.
Sadarkah kita, penyebab berbagai penyakit itu adalah berlebihan? Berlebihan ngemil, berujung pada masalah pada jaringan kardiovaskular. Berlebihan menghibur diri, akibatnya pusing dan mager. Ujung-ujungnya menimbulkan penyakit jasad kita. Belum lagi, ada kemungkinan orang hasad pada kita. Solusinya, infak dan sedekah.
Semua itu, bisa kita cek, salah satunya dengan disiplin mencatat keluar-masuk uang kita. Itulah mengapa, lewat Majelis Percikan Iman, kami menghadirkan bukan hanya ilmu-ilmu yang me-recharge keimanan, namun juga ilmu-ilmu penunjangnya. Salah satunya ilmu mengelola keuangan. Dimulai dari lingkup terkecil, keluarga.
Dengan harta, kita dapat meraih surga layaknya orang-orang utama dari generasi awal umat Nabi Muhammad Saw. Sudah masyhur, bahwa sembilan dari sepuluh orang yang dijanjikan surga adalah hartawan. Namun, mereka begitu apik mengelola hartanya. Dengan konsep zuhud dan wara’ mereka terhindar dari berlebihan dan men-dzolimi diri sendiri. Namun, berkecukupan.
Harta mereka justru menjauhkan mereka dari neraka, serta menjadi persembahan bagi Allah Swt. lewat pemenuhan tanggung jawab mereka selaku hamba. Hartanya menjadi baju mewah untuk shalat, menjadi kendaraan mewah untuk pergi jihad, menjadi makanan terbaik bagi keluarganya sehingga sehat (jauh dari stunting). Harta mereka, menegakkan izzah Islam menjadi mulia di hadapan pembenci-pembencinya.
Mari, kita bijak mengelola harta, mulai dari mencatatnya. Namun, bukan untuk menjadikan kita terlalu perhitungan (beramal sholeh), melainkan agar kita “sadar” dengan keluar-masuk-nya harta dalam keluarga kita. Pada akhirnya, sahabat sekeluarga selamat di Yaumil Hisab dan kembali berkumpul di surga-Nya.