Sahabat Percikan Iman, Riya merupakan salah satu penyakit hati yang sangat tipis atau halus sifatnya karena terkadang ini tipis sekali dengan ikhlas. Namun demikian, sifat riya ini harus dihindari dan berusaha untuk senantiasa ikhlas hanya untuk mengharap ridho Allah Swt.
Allah Swt berfirman tentang keadaan pelaku Riya’,
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (QS. An Nisaa’:142)
Jika seseorang mempunyai bersifat riya maka ia akan cenderung ingin menampakkan kebaikan-kebaikan di depan orang lain dengan maksud ingin mendapat pujian dan sanjungan dari orang lain atau motif duniawi lainnya.
Dengan demikian orang yang memiliki rasa riya saat beribadah, bukan ridho dan berkah Allah yang diharapkan, melainkan pujian dari orang lainlah sajalah yang ingin didapatkan.
Penyakit riya’ dapat menjangkiti siapa saja, bahkan orang alim sekali pun. Termasuk juga para sahabat Nabi. Para sahabat adalah generasi terbaik umat ini. Keteguhan iman mereka sudah teruji, pengorbanan mereka terhadap Islam sudah tidak perlu diragukan lagi. Namun demikian, Nabi SAW masih mengkhawatirkan riya’menimpa mereka. Beliau bersabda,
“Sesuatu yang aku khawatirkan menimpa kalian adalah perbuatan syirik asghar. Ketika beliau ditanya tentang maksudnya, beliau menjawab: ‘(contohnya) adalah riya’ ”[HR.Ahmad]
Bahaya sifat riya memang sangat fatal karena semua ibadah kita akan ditolak oleh Allah Swt dan tidak akan bernilai apa-apa selain yang diharapkan dari manusia. Beberapa bahaya riya antara lain:
(1) Hilangnya pahala. Sifat riya membuat pahala sedekah terkikis dan membuat amalan-amalan baik yang telah kita lakukan tidak bernilai di hadapan Allah atau hanya mendapat pujian manusia saja.
(2) Celaka di akhirat. Sifat riya membuat seseorang merasa telah berbuat kebaikan dan mendapatkan banyak pahala, namun akan mendapat azab yang dahsyat di akhirat kelak.
(3) Termasuk sifat syirik tersembunyi. Sifat riya termasuk perbuatan syirik khafi (tersembunyi) yang bisa merusak ibadah tanpa terasa atau tanpa disadari.
(4) Ditinggalkan Allah. Sifat riya merupakan sifat yang sangat dibenci Allah Swt sehingga barang siapa yang memelihara sifat tersebut akan ditinggalkan oleh Allah dan jauh dari pertolongan-Nya.
Mengingat sifat riya dapat kecelakaan atau kerugiannya dunia hingga akhirat maka itu, selain kita melakukan cara menghilangkan sifat angkuh, kita perlu mengetahui cara menghindari sifat riya’ yang secara tersembunyi dan diam-diam ada di hati kita.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk terhindar dari sifat riya ini:
(1) Meluruskan tauhid dan niat.
Menanamkan pada diri bahwa Allah Maha Besar dan paling berhak untuk memiliki semua sifat baik. Dengan selalu mengingat kebesaran Allah, kita akan merasa kecil dan tidak pantas untuk merasa baik dan ingin dipuji makhluk lain.
(2) Menempatkan diri sebagai hamba Allah yang lemah
Kita juga harus sadar bahwa kita hanyalah seorang hamba yang penuh kekurangan dan lemah serta membutuhkan ridho Allah untuk bisa melakukan apapun. Ibadah dan amal baik kita merupakan salah satu cara kita untuk mendapatkan ridho Allah.
(3) Lebih mengingat kehidupan akhirat ketimbang duniawi
Akhirat merupakan tempat kita hidup yang lebih kekal dibandingkan kehidupan di dunia. Maka, kita semua pasti menginginkan mendapat kelapangan dan ketenangan di akhirat nanti. Oleh karena itu, kita harus selalu beramal baik dan menjaga agar amal itu bernilai pahala di hadapan Allah.
(4) Menyembunyikan amal dan ibadah dari mata orang lain termasuk orang dekat
Cobalah untuk menyembunyikan amal dan ibadah kita dari orang lain. Dengan kita berusaha menyembunyikan amal dan ibadah kita, diharapkan kita tidak mengharapkan pujian dan komentar orang lain untuk apa yang telah kita lakukan.
(5) Selalu berdoa agar terhindar dari godaan riya
Manusia merupakan tempat berbuat khilaf dan salah. Sifat riya’ yang seringkali tidak kita rasakan keberadaannya, merupakan salah satu contoh bentuk kekhilafan kita sebagai manusia. Maka, selalu mohonlah ampun kepada Allah dengan senantiasa beristighfar.
(6) Jangan pedulikan pujian atau celaan orang lain.
Sebaiknya, kita mulai untuk tidak lagi memikirkan apa komentar orang lain. Baik celaan maupun pujian manusia, tidaklah memberi kita manfaat dalam hal amal ibadah yang kita lakukan. Kita cukup menggunakan komentar buruk dari manusia sebagai bahan pembelajaran dan introspeksi diri untuk kita menjadi manusia yang lebih baik sebagai cara mengubah diri menjadi lebih baik.
Meski riya ini penyakit atau amalan hati yang sulit dinilai, namun bisa terindikasi dari lisan maupun tindakan kita. Orang yang beramal ikhlas karena Allah pasti senantiasa berusaha tidak terlihat orang lain. Walau pun sulit namun kita harus berusaha untuk menghilangkan penyakit riya ini dari hati kita. Sehingga amal-amal dan ibadah kita kelak mendapat balasan dari Allah Swt.
Doa Terlepas dari Riya’
Berhubung masalah ini sangat berbahaya seperti yang telah dijelaskan di atas, maka Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita sebuah doa untuk melindungi diri kita dari syirik besar maupun syirik kecil.
Rasululllah SAW mengingatkan kita melalui sabdanya, ‘Wahai sekalian manusia, jauhilah dosa syirik, karena syirik itu lebih samar daripada rayapan seekor semut.’ Lalu ada orang yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana kami dapat menjauhi dosa syirik, sementara ia lebih samar daripada rayapan seekor semut?’ Rasulullah berkata, ‘Ucapkanlah
Allahumma inni a’udzubika an usyrika bika wa ana a’lam wa astaghfiruka lima laa a’lam (‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang aku sadari. Dan aku memohon ampun kepada-Mu atas dosa-dosa yang tidak aku ketahui).”[HR.Ahmad]
Semoga bermanfaat. Sebarkan untuk maka pahala dakwah untukmu 🙂
mohon di koreksi bila saya salah., pada poin 6 ada kalimat, “Orang yang beramal ikhlas karena Allah Swt pasti senantiasa berusaha terlihat orang lain.” , barangkali bisa di ‘luruskan’…, maaf bila saya yang salah memaknai-nya.
Hatur nuhun.