Bila perbuatan baik tempatnya surga, maka perbuatan dosa imbalanya siksa neraka. Manusia tinggal memilih satu di antaranya, lebih suka beramal saleh atau lebih suka melakukan dosa. Berikut ini adalah cuplikan Tanya jawab dengan beliau Prof. Maman Abdurahman, MA (Ketua PP Persis).
Ustadz, jenis dosa besar apa saja yang harus kita waspadai?
Banyak keterangan mengenai dosa besar dalam Al-Quran dan hadits. Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi Saw. bersabda, “Tinggalkan tujuh dosa yang dapat membinasakan.” Sahabat bertanya, “Apakah itu ya Rasulullah?” Jawab Nabi Saw., “Syirik mempersekutukan Allah, berbuat sihir (tenung), membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan haq, makan harta riba, makan harta anak yatim, melarikan diri dari perang jihad pada saat berperang, dan menuduh wanita mukminat yang sopan (berkeluarga) dengan zina.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Masih dari hadits Bukhari dan Muslim, seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw. perihal dosa besar. Jawaban beliau adalah menyekutukan Allah Swt., membunuh anak-anak karena khawatir atas tanggung-jawab memberi makan, dan berzina dengan istri tetangga.
Bagaimana halnya dengan dosa kecil?
Begitu banyak kita mengenal bentuk dosa kecil, misalnya membicarakan orang lain (bergunjing), menghina orang, dan lain sebagainya. Pada prinsipnya, dosa kecil bisa menjadi dosa besar manakala dilakukan terus menerus, dianggap sepele, dan dilakukan dengan bahagia.
Dalam hal ini, Rasulullah Saw. bersabda bahwa tidak ada dosa kecil apabila dilakukan dengan terus menerus dan tidak ada dosa besar apabila disertai dengan istighfar.
Allah Swt. berfirman,
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Q.S Ali-Imran [3]: 135)
Lalu bagaimana jalan untuk menghapus dosa-dosa itu?
Dengan beristighfar dan bertobat yang merupakan ciri dan keistimewaan umat Muhammad Saw. Istighfar dilakukan untuk menghapus dosa-dosa kecil kepada Allah, sedangkan dosa yang berkaitan dengan manusia cara menghapusnya adalah dengan meminta maaf kepada yang bersangkutan.
Dalam sebuah hadits juga disebutkan bahwa manakala seseorang berwudhu dengan membasuh bagian-bagian kepala dan anggota badan lainnya, dosa-dosa yang berhubungan dengan bagian-bagian yang dibasuhnya itu pun hanyut oleh air wudhu bagaikan dedaunan kering di pepohonan yang berguguran diterpa angin.
Bagaimana seharusnya tobat dilakukan?
Hakikat tobat yaitu menyesal, meninggalkan perbuatan dosa, dan berazam untuk tidak mengulanginya lagi. Juga penting dilakukan dalam rangka bertobat adalah menghindar dari lingkungan atau pengaruh yang mendorong untuk melakukan perbuatan dosa. Selanjutnya, membaca Al-Quran dan mentadaburinya serta senantiasa berdoa meminta ampun adalah perbuatan yang mutlah harus dilakukan agar dosa terampuni.
Dosa adalah keburukan, sementara tobat adalah kebaikan. Kebaikan bisa menghapus keburukan sebagaimana air bisa membersihkan kotoran.
Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Mu’adz bin Jabal r.a. bahwasamya Rasulullah Saw. bersabda, “Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. di mana pun kamu berada, iringilah kesalahanmu dengan kebaikan (misalnya, tobat) niscaya ia dapat menghapuskannya dan pergaulilah semua manusia dengan budi pekerti yang baik.” (H.R. Tirmidzi)
Ketika seseorang melakukan perbuatan baik dengan ikhlas (termasuk juga tobat), sebenarnya perbuatan baiknya tersebutlah yang akan menghapuskan dosa-dosanya. Jika seseorang benar-benar hendak menghapus dosa-dosanya setelah memahami dalil tersebut, amalkan rukun Islam dengan sebaik-baiknya.
Amalan apa saja yang perlu kita lakukan dalam rangka bertobat?
Pertama, shalat. Di samping merupakan perkara wajib, shalat juga merupakan aplikasi pelebur dosa yang paling menakjubkan. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa dia mendengar Nabi Saw. bersabda, “Bagaimana pendapatmu seandainya di depan pintu salah seorang di antara kamu ada sungai yang dia mandi lima kali tiap hari di dalamnya, apakah kamu katakan, ‘Kotorannya masih tinggal?'” Mereka menjawab, “Kotorannya sedikit pun tidak bersisa.” Beliau bersabda, “Itulah perumpamaan shalat yang lima waktu. Allah menghapus kesalahan-kesalahan dengannya.” (H.R. Bukhari)
Dalam salah satu ayat Al-Quran, Allah Swt. berfirman,
“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (Q.S. Huud [11]: 114)
“Laksanakanlah shalat dengan sebaik-baiknya dengan cara berjamaah di masjid, khususnya bagi laki-laki. Barangsiapa yang bersuci (berwudu) di rumahnya lalu pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat wajib yang difardukan oleh Allah Swt., maka satu langkah baginya akan menghapuskan kesalahan (dosa) dan langkah berikutnya akan menaikkan derajatnya.” (H.R. Muslim)
Kedua, zakat. “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kaum muslimin untuk mengeluarkan zakat (sedekah) dalam harta benda kaum muslimin, yang diambil dari mereka yang kaya lalu diserahkan kepada fakir miskin dari mereka.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Ketiga, shaum. Perhatikan keterangan berikut, “Barangsiapa shaum Ramadhan karena dorongan iman dan mengharap pahala maka diampuni baginya apa yang telah lalu dari dosanya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
“Puasa Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa-dosa antara keduanya jika seseorang melakukan dosa besar.” (H.R. Muslim)
Keempat, haji. “Barangsiapa yang berhaji karena Allah dengan tidak berkata jelek dan tidak berbuat dosa, dia seperti baru keluar dari perut ibunya (yakni, diampuni dosa-dosanya).” (H.R. Bukhari Muslim). [Ahmad]