Shalat gerhana terbagi menjadi dua yaitu, kusuf dan khusuf. Shalat kusuf dilakukan ketika gerhana matahari, yaitu peristiwa di mana sinar matahari menghilang baik sebagian atau total pada siang hari karena terhalang oleh bulan yang melintas antara bumi dan matahari. Sebaliknya, shalat khusuf adalah shalat yang dilakukan ketika gerhana bulan terjadi.
Perintah shalat gerhana ini terdapat dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Ketika itu Aisyah r.a menuturkan bahwa ketika zaman Nabi Muhammad hidup pernah terjadi gerhana matahari dan Beliau kemudian mengimami shalat.
Shalat gerhana ini dilakukan 2 rakaat, dan dianjurkan untuk memperpanjang sujud dan rukuk.
Ringkasnya, tata cara shalat gerhana sama seperti shalat biasa dan bacaannya pun sama. Berikut urutannya seperti dikutip dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)
.
[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan
[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
[3] Membaca doa Iftitah dan bertaawudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang sambil dikeraskan suaranya.
[4] Kemudian rukuk sambil memanjangkannya.
[5] Kemudian bangkit dari rukuk (iktidal) [6] Setelah iktidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama. Suara tidak dikeraskan.
[7] Kemudian rukuk kembali, yang panjangnya lebih pendek dari rukuk sebelumnya.
[8] Kemudian bangkit dari rukuk (iktidal).
[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana rukuk, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan rakaat kedua sebagaimana rakaat pertama hanya saja bacaannya dianjurkan lebih singkat.
[11] Tasyahud.
[12] Salam