Pagi tadi (4/01/09), korban syahid di Gaza telah mencapai angka 461 orang, sementara 2300 lainnya luka-luka (islammemo.cc). Serangan darat Israel yang dilakukan tadi malam, ditengah gelapnya suasana dan dinginnya cuaca, menjatuhkan banyak korban. Gaza terkepung dari darat dan udara.
Serangan senjata-senjata canggih yang dipegang oleh para penjahat kemanusiaan sedunia merenggut jiwa-jiwa tak berdosa. Setiap warga Gaza tinggal menunggu giliran kapan sampainya peluru dan serpihan bom ke wajahnya, untuk kemudian ia menyusul saudaranya yang telah pulang lebih dulu. Bagi mereka, seperti terekam dalam rekaman kamera TV Al-jazeera (4/1/09), maut tidak lagi menjadi masalah. Sebab itu adalah pasti dan mereka akan mendapatkan kesyahidan. Dan syahid adalah sebuah proses kematian yang terindah.
Masalahnya adalah pada kita. Darah-darah tertumpah oleh peluru-peluru kekejaman. Bangunan yang hancur rata dengan tanah. Siang malam diliputi nestapa yang tak ada ujungnya. Maka atas nama kemanusiaan, semua harus ikut meneriakkan nasib umat manusia yang tertindas oleh demonstrasi serangan paling pengecut yang pernah ada itu (aljazeera, 1/1/09). Apalagi bila mengingat mereka adalah saudara seakidah, maka peduli terhadap warga Gaza menjadi lebih wajib lagi. Rasulullah menegaskan: satu nyawa muslim lebih berharga daripada Ka’bah Baitullah di Mekah. Kini, nyawa yang berharga itu menjadi sasaran tembak oleh senjata-senjata pemusnah liar yang ditembahkan dengan sepenuh hati oleh tentara zion.
Bukan hanya dalam minggu ini Gaza berduka. Perjalanan derita itu telah berlangsung lama sekali. Awalnya adalah ketika Israel mencaplok tanah Palestina tahun 1948. Ketika itu, setelah perang arab, Israel berhasil menduduki 77% tanah Palestina, seluas 20.774 Km. Tidak ada yang tersisa selain kawasan Tepi Barat (5876 Km2) dan Jalur Gaza (363 Km2). Palestina luluh lantak. Tidak kurang dari 378 daerah yang ada di Palestina diporakporandakan oleh kekuatan militer Israel. (Dirasat Manhajiyyah Fil Qadhiyyatil Filishthiniyah; Dr. Muhsin Muhammad Shalih)
Seharusnya, negara Palestina bisa berdiri aman di kawasan Tepi Barat dan Jalur Gaza ini, sesuai dengan kesepakatan Liga Arab dan PBB. Namun pemerintah Yordania menarik Tepi Barat menjadi bagian dari negara tersebut tahun 1950. Sementara Mesir secara tidak resmi mengambil alih pemerintahan Jalur Gaza.
Dalam perang enam hari Juni 1967, kekuatan zionis berhasil menduduki dua kawasan yang tersisa itu. Usaha migrasi warga Yahudi dilakukan besar-besaran. Warga muslim Palestina banyak yang tertindas, hidup dibawah bayang-bayang kekerasan dan popor senapan. Banyak yang dipaksa meninggalkan negerinya dan melakukan pengungisan.
Di kamp- kamp pengungsian Lebanon dan Yordainia itu, warga Palestina berusaha titik cerah hidup yang tak kunjung membaik. Sementara usaha pembuatan perkampungan Israel di Palestina semakin digencarkan. Hingga saat ini ada 5.4 juta warga Israel yang mendiami kawasan Palestina(middle-east-online.com, 23/12/08).
Saat ini Gaza berada di bawah pemerintahan HAMAS. Tekanan dan Blokade Gaza semakin menguat sejak HAMAS memegang tampuk pemerintahan pada 1 Juni 2007. Bulan November kemarin, jumlah warga Gaza yang hidup dalam pengepungan Israel mencapai 150.00 keluarga. Delapan puluh persen diantara mereka dalam tekanan kemiskinan. Lima puluh persen menghadapi masalah pengangguran (El-Osboa, 29/08(
Gaza terhitung menjadi salah satu kota terpadat di dunia. Setiap 1 Km ditempati oleh 26.400 jiwa. Di tempat pengungsian bahkan mencapai 55.500 jiwa/km. Di Gaza ini terdapat 44 perkampungan penduduk, yang paling utama Gaza, Refah, Yunis, Jabaliya dan Dir Balh. Mereka pada umumnya hidup di bawah garis kemiskinan dan menghadapi masalah pengangguran.
Itu sebelum terjadinya penyerangan yang membabi buta dalam minggu ini.
Kini, warga Palestina masih menanti uluran tangan saudara-saudaranya yang ada di seluruh dunia yang mereka harapkan ikut peduli kepadanya. Semoga pengharapannya itu tak seperti air yang jatuh di Pasir, hilang tak membekas. Mereka menanti perhatian hati-hati yang di dalamnya masih ada cinta. Juga menanti kapan malaikat Izrail membawa ruh mereka mengangkasa sebagai syahid, menghadap ke hadirat Tuhan mereka yang amat sayang.
Serangan senjata-senjata canggih yang dipegang oleh para penjahat kemanusiaan sedunia merenggut jiwa-jiwa tak berdosa. Setiap warga Gaza tinggal menunggu giliran kapan sampainya peluru dan serpihan bom ke wajahnya, untuk kemudian ia menyusul saudaranya yang telah pulang lebih dulu. Bagi mereka, seperti terekam dalam rekaman kamera TV Al-jazeera (4/1/09), maut tidak lagi menjadi masalah. Sebab itu adalah pasti dan mereka akan mendapatkan kesyahidan. Dan syahid adalah sebuah proses kematian yang terindah.
Masalahnya adalah pada kita. Darah-darah tertumpah oleh peluru-peluru kekejaman. Bangunan yang hancur rata dengan tanah. Siang malam diliputi nestapa yang tak ada ujungnya. Maka atas nama kemanusiaan, semua harus ikut meneriakkan nasib umat manusia yang tertindas oleh demonstrasi serangan paling pengecut yang pernah ada itu (aljazeera, 1/1/09). Apalagi bila mengingat mereka adalah saudara seakidah, maka peduli terhadap warga Gaza menjadi lebih wajib lagi. Rasulullah menegaskan: satu nyawa muslim lebih berharga daripada Ka’bah Baitullah di Mekah. Kini, nyawa yang berharga itu menjadi sasaran tembak oleh senjata-senjata pemusnah liar yang ditembahkan dengan sepenuh hati oleh tentara zion.
Bukan hanya dalam minggu ini Gaza berduka. Perjalanan derita itu telah berlangsung lama sekali. Awalnya adalah ketika Israel mencaplok tanah Palestina tahun 1948. Ketika itu, setelah perang arab, Israel berhasil menduduki 77% tanah Palestina, seluas 20.774 Km. Tidak ada yang tersisa selain kawasan Tepi Barat (5876 Km2) dan Jalur Gaza (363 Km2). Palestina luluh lantak. Tidak kurang dari 378 daerah yang ada di Palestina diporakporandakan oleh kekuatan militer Israel. (Dirasat Manhajiyyah Fil Qadhiyyatil Filishthiniyah; Dr. Muhsin Muhammad Shalih)
Seharusnya, negara Palestina bisa berdiri aman di kawasan Tepi Barat dan Jalur Gaza ini, sesuai dengan kesepakatan Liga Arab dan PBB. Namun pemerintah Yordania menarik Tepi Barat menjadi bagian dari negara tersebut tahun 1950. Sementara Mesir secara tidak resmi mengambil alih pemerintahan Jalur Gaza.
Dalam perang enam hari Juni 1967, kekuatan zionis berhasil menduduki dua kawasan yang tersisa itu. Usaha migrasi warga Yahudi dilakukan besar-besaran. Warga muslim Palestina banyak yang tertindas, hidup dibawah bayang-bayang kekerasan dan popor senapan. Banyak yang dipaksa meninggalkan negerinya dan melakukan pengungisan.
Di kamp- kamp pengungsian Lebanon dan Yordainia itu, warga Palestina berusaha titik cerah hidup yang tak kunjung membaik. Sementara usaha pembuatan perkampungan Israel di Palestina semakin digencarkan. Hingga saat ini ada 5.4 juta warga Israel yang mendiami kawasan Palestina(middle-east-online.com, 23/12/08).
Saat ini Gaza berada di bawah pemerintahan HAMAS. Tekanan dan Blokade Gaza semakin menguat sejak HAMAS memegang tampuk pemerintahan pada 1 Juni 2007. Bulan November kemarin, jumlah warga Gaza yang hidup dalam pengepungan Israel mencapai 150.00 keluarga. Delapan puluh persen diantara mereka dalam tekanan kemiskinan. Lima puluh persen menghadapi masalah pengangguran (El-Osboa, 29/08(
Gaza terhitung menjadi salah satu kota terpadat di dunia. Setiap 1 Km ditempati oleh 26.400 jiwa. Di tempat pengungsian bahkan mencapai 55.500 jiwa/km. Di Gaza ini terdapat 44 perkampungan penduduk, yang paling utama Gaza, Refah, Yunis, Jabaliya dan Dir Balh. Mereka pada umumnya hidup di bawah garis kemiskinan dan menghadapi masalah pengangguran.
Itu sebelum terjadinya penyerangan yang membabi buta dalam minggu ini.
Kini, warga Palestina masih menanti uluran tangan saudara-saudaranya yang ada di seluruh dunia yang mereka harapkan ikut peduli kepadanya. Semoga pengharapannya itu tak seperti air yang jatuh di Pasir, hilang tak membekas. Mereka menanti perhatian hati-hati yang di dalamnya masih ada cinta. Juga menanti kapan malaikat Izrail membawa ruh mereka mengangkasa sebagai syahid, menghadap ke hadirat Tuhan mereka yang amat sayang.
Penulis : Umarul Faruq Abubakar