Glowing Up dengan Lisan yang Jujur

Percikan Iman – Karena berkata kasar pada ibu mertuanya, seorang istri di salah satu kota besar Indonesia, dibunuh oleh suaminya. Sang suami tak terima lantaran istrinya menghina ibunya. Sesungguhnya Allah Swt. Maha Adil dan Bijaksana. Namun, selaku muslim, kita tentu dapat belajar, bahwa lisan yang tidak terkendali dapat berdampak buruk pada pemiliknya. 

Sebagaimana kita bahas sebelumnya, tidak sempurna rupawannnya seseorang tanpa akhlak yang baik. Salah satu bentuk akhlak yang baik adalah “menjaga lisan”. Islam merupakan petunjuk gaya hidup yang lengkap dan akan senantiasa relevan hingga akhir zaman. Salah satu ajaran yang terkandung di dalamnya adalah prinsip-prinsip menjaga lisan. Dampak lisan ini tidak main-main karena dampaknya bukan saja akan dirasakan seseorang selama di dunia, namun juga menentukan nasibnya di akhirat nanti.

Panjang lidah tidak lebih dari 8,5 centimeter, namun panjang tersebut sudah cukup untuk mengantarkan seseorang pada derajat yang mulia di sisi Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an Al-Ahzab ayat 70-71,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ 

Hai, orang-orang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan benar,

يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا 

niscaya Allah akan memperbaiki perilakumu dan mengampuni dosa-dosamu. Barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, ia telah mendapat kemenangan agung.

Namun, lisan juga dapat membuat seseorang terjerumus dalam neraka yang dalamnya sejauh “timur dan barat”. 

Bukankah keimanan itu sah karena kita bersyahadat dengan lisan kita, bukankah dengan lisan kita dapat berdzikir, berdoa, dan membaca Al-Qur’an. Dalam hal ini, lisan merupakan salah satu perangkat utama untuk beribadah pada Allah Swt. Karena pentingnya, ulat-ulat yang menggerogoti anggota tubuh Nabi Ayyub As. Allah Swt. “larang” agar tidak menggerogoti lisan, otak, dan hati beliau. Dengan begitu, beliau tetap bisa terhubung dengan Allah Swt. selama sakitnya. 

Kemudian, dengan lisan juga kita dapat membangun rumah tangga yang harmonis lewat pujian dan nasihat pada pasangan. Pun, dengan lisan juga kita dapat membentuk karakter anak-anak kita, dengan mengenalkan mereka pada Allah Swt dan Rasul-Nya, memberi kabar gembira pada mereka soal betapa Allah Swt. Maha Pemurah, memberi peringatan pada mereka bahwa betapa tegasnya Allah Swt. pada mereka yang melanggar ketentuan-Nya.

Namun, dengan lisannya, seseorang juga bisa berdebat untuk hal yang tak bermanfaat, bergunjing, berdusta, memberikan kesaksian palsu, membentak tanpa alasan yang benar, mengumpat, hingga mem-bully (merundung). Akibatnya, orang-orang di sekitarnya merasa tidak nyaman dengan kehadirannya, meski dia hartawan, meski dia rupawan. Sedangkan, lisan merupakan indikator apakah seseorang itu seorang Muslim sejati atau bukan. Sebagaimana hadis dari Abdullah bin Umar Ra. yang berkata, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, 

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya” (HR. Bukhari)

Ada banyak ragam jenis dosa lisan, namun pangkal dari semua dosa lisan adalah kebohongan sebagaimana pangkal dari semua kemuliaan karena lisan, prinsipnya adalah kejujuran. Pantaslah jika bohong atau dusta itu termasuk karakter utama munafik, pun shiddiq atau jujur merupakan karakter utama seora Mukmin. Sebagaimana hadis dari Abdullah bin Amr Ra. Ia berkata, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, 

أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا ، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ

Ada empat tanda, jika seseorang memiliki empat tanda ini, maka ia disebut munafik tulen. Jika ia memiliki salah satu tandanya, maka dalam dirinya ada tanda kemunafikan sampai ia meninggalkan perilaku tersebut, yaitu: (1) jika diberi amanat, khianat; (2) jika berbicara, dusta; (3) jika membuat perjanjian, tidak dipenuhi; (4) jika berselisih, dia akan berbuat zalim.” (HR. Muslim, no. 58)

Kejujuran merupakan akhlak yang dapat mengangkat derajat seseorang di hadapan Allah Swt. maupun di hadapan manusia. Kejujuran berkorelasi dengan integritas seseorang alias sejauh mana seseorang itu bisa dipercaya. Sebagaimana halnya Rasulullah Saw. yang kemudian meraih kepercayaan dari masyarakat Mekah. Saking dipercayanya, bahkan ketika Rasulullah Saw. dipersekusi karena dakwahnya, masyarakat Mekah tetap mempercayakan hartanya untuk dikelola oleh Rasulullah Saw. 

Kisahnya, dapat kita temukan pada saat Rasulullah Saw. hendak hijrah ke Madinah pada malam yang Allah Swt tentukan. Sebelum berangkat, beliau berpesan pada Ali bin Abi Thalib Ra. untuk mengembalikan harta titipan masyarakat Mekah. Rasulullah Saw. dibenci karena dakwahnya, namun tak sedikitpun kepercayaan orang Mekah pada beliau luntur dalam hal pengelolaan harta. 

Pun dalam relasi hubungan rumah tangga. Kejujuran pasangan satu sama lain juga merupakan asas terbangunnya rumah tangga yang sakinah. Ketika seorang suami senantiasa jujur, maka istrinya akan terbebas dari kekhawatiran berlebih saat suaminya tak terjangkau pandangannya. Ketika jiwa istrinya tentram, berkuranglah alasan berprasangka buruk dan terhindarlah sang suami dari “gangguan” istrinya saat dinas di luar kota. 

Rasulullah SAW mengingatkan:

اضمنوا لي ستة أضمن لكم الجنة ، أصدقوا إذا حدثتم ، وأوفوا إذا وعدتم ، وأدّوا إلى ائتمنتم ، واحفظوا فروجكم ، وغضوا أبصاركم ، وكفوا أيديكم

Jaminlah kepadaku enam perkara dari diri kalian, niscaya aku menjamin bagi kalian surga: jujurlah jika berbicara, penuhilah jika kalian berjanji, tunaikan jika kalian dipercaya, jagalah kemaluan kalian, tundukkanlah pandangan kalian, dan tahanlah tangan kalian”. (HR Hakim)

Sebaliknya, kebohongan bisa dikatakan sebagai pangkalnya kejahatan. jika seseorang kerap berbohong atau berdusta, maka dia rentan tidak dipercaya oleh orang lain. Akibatnya, dia akan kesulitan dalam karirnya, pun membuat pasangannya merasa kurang aman. Tidak dikatakan orang beriman mereka yang suka berbohong. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Qur’an, surat An-Nahl ayat 105,

اِنَّمَا يَفْتَرِى الْكَذِبَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰذِبُوْنَ 

Sesungguhnya, orang yang mengada-adakan kebohongan adalah orang yang tidak beriman pada ayat-ayat Allah. Mereka itulah pembohong.

Ketika seseorang terlalu sering berbohong, dia bukan saja akan terkucil secara sosial, namun juga pada akhirnya dapat berkibat buruk pada dirinya sendiri. Pada tertentu, seorang yang terlalu sering berbohong akan mengidap mythomania. Fenomena tersebut terjadi lantaran seseorang akan merasa terbebani secara fisik dan emosional saat berbohong. Tentunya, untuk menutupi satu kebohongan, harus ditutupi dengan kebohongan berikutnya. Hingga pada satu titik, dia tertekan oleh kondisi jiwanya sendiri. Sebagaimana kita tahu, stres merupakan pemicu ragam penyakit pada fisik seseorang, seperti tekanan darah tinggi, obesitas, gangguan kecemasan, depresi, bahkan kanker. 

Maha benar Allah Swt dengan segala firmannya, yang disampaikan melalui lisan Rasul-Nya yang shiddiq, 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).’ (Muttafaqun ‘alaih).

Maka, jagalah lisan kita dari kebohongan dan hiasilah dengan kejujuran. Ingatlah, bahwa Allah Swt. Maha Mengetahui apa yang ada di pojok hati kita. Pun, para Malaikat tak pernah luput mencatat setiap perbuatan maupun perkataan kita. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Qur’an, surat Qaf ayat 16-18,

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهٖ نَفْسُهٗ ۖوَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ 

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang tebersit dalam hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.

اِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيٰنِ عَنِ الْيَمِيْنِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيْدٌ 

Ingatlah, ketika dua malaikat mencatat perbuatannya, yang satu di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri.

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ 

Tidak ada kata yang terucap melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang mencatat.

Wallahu a’lam bi shawwab

_____

Tulisan ini, kami kembangkan berdasarkan materi yang disampaikan oleh guru kita, Dr. Aam Amirudin, M.Si. pada Majelis Percikan Iman (MPI) di Masjid Trans Studio Mall, serial “Manusia Paripurna”, pada Sabtu, 10 Agustus 2024 

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *