Secara harfiah, zuhud berarti tidak berminat kepada sesuatu yang bersifat keduniawian, alias meninggalkan gemerlap kehidupan yang bersifat material.
Zuhud termasuk salah satu ajaran agama yang sangat penting dalam rangka mengendalikan diri dari pengaruh negatif kehidupan dunia. Orang zuhud lebih mengutamakan atau mengejar kebahagiaan hidup di akhirat yang abadi daripada mengejar kehidupan dunia yang fana.
Hal ini dapat dipahami dari isyarat ayat berikut, Katakanlah: Kesenangan dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.(Q.S. An-Nisa 4 : 77).
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Q.S. Al-Anaam 6: 32).
Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) akhirat hanyalah sedikit (Q.S. At-Taubah 9 : 38).
Ayat-ayat di atas memberi petunjuk bahwa kehidupan dunia yang sekejap ini sungguh tidak sebanding bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi. Kehidupan akhirat lebih baik dari kehidupan dunia. Lebih lanjut Allah berfirman, Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal (QS. Al-A’la 87 : 17).
Orang zuhud bukan berarti meninggalkan dunia secara total, mereka menjadikan dunia hanya sebatas genggaman tangannya dan tidak sampai memperbudak hatinya. Inilah hakikat zuhud.
Perhatikan ayat berikut, “Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al Qashash 28 :77)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan agar kita menggunakan segala kenikmatan yang diberikan-Nya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat. Namun Allah swt. menegaskan bahwa kehidupan dunia juga tidak boleh kita lupakan. Merujuk pada ayat ini, kita bisa menyimpulkan bahwa orang zuhud sangat mengutamakan kehidupan akhirat, namun mereka tidak meninggalkan kehidupan dunia, sehingga terjadi keseimbangan antara kebahagiaan dunia dan akhirat.
Wallahu A’lam
Zuhud termasuk salah satu ajaran agama yang sangat penting dalam rangka mengendalikan diri dari pengaruh negatif kehidupan dunia. Orang zuhud lebih mengutamakan atau mengejar kebahagiaan hidup di akhirat yang abadi daripada mengejar kehidupan dunia yang fana.
Hal ini dapat dipahami dari isyarat ayat berikut, Katakanlah: Kesenangan dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.(Q.S. An-Nisa 4 : 77).
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Q.S. Al-Anaam 6: 32).
Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) akhirat hanyalah sedikit (Q.S. At-Taubah 9 : 38).
Ayat-ayat di atas memberi petunjuk bahwa kehidupan dunia yang sekejap ini sungguh tidak sebanding bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi. Kehidupan akhirat lebih baik dari kehidupan dunia. Lebih lanjut Allah berfirman, Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal (QS. Al-A’la 87 : 17).
Orang zuhud bukan berarti meninggalkan dunia secara total, mereka menjadikan dunia hanya sebatas genggaman tangannya dan tidak sampai memperbudak hatinya. Inilah hakikat zuhud.
Perhatikan ayat berikut, “Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al Qashash 28 :77)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan agar kita menggunakan segala kenikmatan yang diberikan-Nya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat. Namun Allah swt. menegaskan bahwa kehidupan dunia juga tidak boleh kita lupakan. Merujuk pada ayat ini, kita bisa menyimpulkan bahwa orang zuhud sangat mengutamakan kehidupan akhirat, namun mereka tidak meninggalkan kehidupan dunia, sehingga terjadi keseimbangan antara kebahagiaan dunia dan akhirat.
Wallahu A’lam