Percikan Iman – Selaku manusia, sudah seyogyanya memiliki harapan. Selaku orang beriman, “kendaraan” untuk mencapainya ialah do’a. Oleh karena itu, Allah S.W.T. yang Maha Pencipta “mengajarkan” kita banyak sekali do’a.
Salah satu yang hendaknya kita senantiasa mohon ialah Husnul Khatimah dan kesehatan. Contohnya, almarhum Mang Oded yang meninggal kala akan khutbah dan dalam kondisi berwudhu. Apa do’anya agar kita meninggal dalam keadaan husnul Khatimah dan sehat? Kita dapat menggunakan do’a dalam surat Al-Ahqaf ayat 15.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandung dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah pula. Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan. Sehingga, apabila anak itu telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, ia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhoi. Berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai anak cucuku. Sesungguhnya, aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang Muslim.”
Sahabat, mari kita lihat penggalan ayat “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhoi..”
Ayat tersebut, di satu sisi sedang mengajarkan kita, apa harapan tertinggi yang hendaknya, kita selaku hamba mohon pada Allah S.W.T. ialah ridho Allah S.W.T.
Kita mungkin berharap ingin punya banyak followers di media sosial. Pernahkah kita bertanya pada diri kita, buat apa banyak followers di media sosial? Jika belum ada tujuan, kita dapat mengarahkannya untuk meraih ridho Allah S.W.T.
Bahkan, dalam konteks kehidupan suami-istri, hendaknya kita mengedepankan harapan atas ridho Allah S.W.T. di atas ridho pasangan kita. Mungkin kita pernah merasa kecewa karena, misal selaku suami, merasa tidak medapatkan perhatian yang selayaknya menurut kita, padahal “saya kan sudah banting tulang untuk menghidupi keluarga, kok begini istri saya?” Mari kita coba perhatikan, harapan tertinggi kita dalam bekerja itu apa? Sudahkah ridho Allah S.W.T. berada di tempat seharusnya?
Ayat ini juga, mengajarkan pada kita rentetan prioritas harapan pada Allah S.W.T. Mulai dari ridho Allah S.W.T. kemudian, harapan agar anak keturunan kita mendo’akan kita yang baik-baik.
Kemudian, hendaknya kita berharap agar meninggal dalam keadaan sedang bertaubat pada Allah S.W.T. Kemudian, kita juga dapat menemukan jika prioritas harapan kita berikutnya ialah kebahagiaan di dunia dan akhirat, sebagai mana Allah S.W.T. ajarkan dalam surat Al-Baqarah ayat 201
وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Di antara mereka juga ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”
Sahabat, yang tadi itu ialah harapan-harapan terkait dengan pribadi kita. Selanjutnya, yang perlu kita panjatkan pada Allah S.W.T. ialah harapan kolektif, harapan terkait dengan kemashlahatan umat dan masyarakat. Misal do’a Nabi Ibrahim A.S. yang meminta Allah S.W.T. menurunkan Nabi di kota Mekah.
Meski membutuhkan beberapa generasi, namun Allah S.W.T. mewujudkan harapannya dengan mengutus Nabi Muhammad S.A.W. ke dunia ini. Ialah penghulu para Nabi dan manusia secara keseluruhan.
Jadi, kita semua harus punya harapan kolektif. Harapan kolektif dan harapan pribadi itu ada hubungannya. Ketahuilah, mereka yang memudahkan urusan orang (salah satunya lewat do’a), maka Allah S.W.T. akan memudahkan urusannya.
Harapan kolektif inilah yang akan menjadi jalan pembuka harapan pribadi kita terwujud. Apalagi, Allah S.W.T. akan melipatgandakan pahala mereka yang membukakan jalan harapan kolektif, meski hanya lewat do’a.
Dalam surat Al-An’am ayat 160-163, Allah S.W.T. berfirman
مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚوَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
Siapa pun yang berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat dari amalnya. Siapa pun yang berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan.
قُلْ اِنَّنِيْ هَدٰىنِيْ رَبِّيْٓ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ ەۚ دِيْنًا قِيَمًا مِّلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًاۚ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Katakan (Muhammad), “Sesungguhnya, Tuhanku telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus. Ibrahim tidak termasuk orang-orang musyrik.”
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Katakan (Muhammad), “Sesungguhnya, salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.
لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚوَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ
Tidak ada sekutu bagi-Nya. Demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang pertama dalam kelompok orang-orang yang berserah diri (Muslim).”
Berdasarkan ayat tersebut, kita dapat mengambil pelajaran jika kita akan memperoleh 10 kali lipat pahala jika kita beramal sholeh, termasuk mewujudkan harapan dalam bentuk do’a.
Tulisan merupakan resume materi utama Majelis Percikan Iman (MPI) yang disampaikan oleh Gurunda, Ustadz Aam Amirudin pada Ahad (20 November 2022) di Masjid Peradaban Percikan Iman, Arjasari