Percikan Iman – Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
Sesungguhnya, jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Di antara bulan yang dua belas itu, ada empat bulan haram. Itulah ketetapan agama yang lurus. Maka, janganlah kamu menzalimi dirimu dalam keempat bulan itu dan perangilah kaum musyrik sebagaimana mereka memerangimu. Ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang bertakwa.
(At-Taubah:36)
Ayat ini, Allah S.W.T. turunkan di kala ilmu pengetahuan belum seberkembang saat ini. Sementara sejarah mencatat, ada masa di mana Gereja di Eropa mengatakan Bumi sebagai pusat orbit (tata surya). Terkorbankan-lah Galileo dan Nicholas Copernicus hingga ilmu berkembang di era rennaisance dan membantah dogma gereja tersebut.
Di kala ilmu berkembang itu-lah sekulerisme berkembang, yakni pemisahan ilmu pengetahuan dan agama. Sementara, Islam selalu selaras dan saling melengkapi dengan science.
Masa rennaisance itu pencerahan di mana kalangan scientifisme menyatakan kemerdekaan-nya dari agaram. Kalangan tersebut bermusuhan sengit dengan agamawan.
Ayat ini juga secara implisit menyampaikan pada kita jika matahari-lah pusat orbit tata surya. Selain itu, Allah S.W.T. menyampaikan satu ketentuan empat bulan haram, di mana Allah S.W.T. melarang kita men-dhalimi diri kita dan melawan berbagai sifat buruk.
Ini-lah sarana ibarat asah-an diri kita. Allah S.W.T. terus mengulang-ngulang setiap tahun karena memang manusia harus terus “diasah”. Sama seperti peringatan yang senantiasa diulang-ulang oleh pramugari/ pramugara di pesawat terbang terkait penggunaan sabuk pengaman.
Mengapa begitu? Karena memang manusia perlu diperingati berulang-ulang. Ketika diulang-ulang saja masih keliru, apalagi tidak diperingati berulang-ulang. Dari dua belas bulan itu, lima bulan Allah S.W.T. jadikan sebagai masa pembinaan.
Muharam sering dihubungkan dengan semangat hijrah. Itu karena penetepan penanggalan hijriah pertama kali di bulan Muharram. Pertama kali berlaku pada masa Umar bin Khathab R.A., pada 17 hijriah.
Hijrah itu bermakna “berpindah atau berubah ke arah yang lebih baik”. Bukan sekadar gerak, bukan sekadar pindah, namun harus termasuk di dalamnya “menjadi atau ke arah yang lebih baik”.
Jadi, ruh di bulan Muharram itu ialah “menjadi lebih baik”. Inilah rahasia pertama sebagaimana terkandung dalam At-Taubah: 105
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ
Katakan, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Allah mengabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Menjadi lebih baik itu tidak bisa diangankan. Tidak cukup wacana, tidak cukup perencanaan. Pada ayat ini, Allah S.W.T. memerintahkan untuk “bermal”, “bekerja-lah kamu!”
Yang Allah S.W.T. lihat itu bukan wacana dan rencana-nya, melainkan kerja-kerja kita. “Buktikan” maka Allah S.W.T., Rasulullah S.A.W., dan orang beriman akan menyaksikan. Laksanakan, nanti evaluasi, susun rencana dengan lebih baik.
Hari-hari kita akan menjadi lebih baik ketika beroritasi pada eksyen. Kalau ada yang kurang-kurang, kita perbaiki dalam perjalanan-nya nanti. Bagaimanapun, yang Allah S.W.T. lihat itu ikhtiar kita, proses belajar kita, hasil hak prerogeratif Allah S.W.T. (Allah mengabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan)
Begitu-pun kita, harus menghargai proses. Allah saja menghargai proses, sudah selayaknya kita selaku hamba-Nya juga menghargai proses.
Tulisan merupakan resume yang kami lakukan berdasarkan penuturan materi yang Ust. Dr. Aam Amirudin M.Si. dalam Majelis Percikan Iman (MPI) pada Ahad, 7 Agustus 2022 di Masjid Peradaban Arjasari