Ibrahim Meletakkan Kerinduan di Lembah Kering

Percikan Iman – Setelah penantian berpuluh tahun menanti momongan, seorang ayah malah harus menyembelihnya ketika usianya telah matang. Bagaimana rasanya jika kita ada di posisi tersebut?

Itulah yang Nabi Ibrahim A.S. alami. Ia seorang nabi, namun juga manusia layaknya kita, yang sudah fitrahnya mengharapkan hadirnya momongan. Sudah fitrahnya juga seorang ayah mencintai anak-nya.

Apalagi setelah penantian berpuluh tahun lamanya.

Sebagaimana kita ketahui bersama, Nabi Ibrahim A.S. baru memiliki anak pertamanya Ismail (A.S.) setelah penantian selama 86 tahun. Usia di mana lazimnya orang sudah menimang cucu ke sekian. Sudah sewajarnya rindu memiliki keturunan memenuhi dadanya.

Kerinduan tersebut tercermin dalam do’a-do’anya yang masyhur, yang Allah S.W.T. abadikan dalam kitab suci-Nya

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ

Ya Tuhanku, anugerahkan kepadaku seorang anak yang saleh.” (QS. As-Saffat:100)

Tanpa bosan, tanpa henti, berpuluh tahun. Bukan semata karena ego “ingin punya anak”, namun dengan alasan yang agung, yakni agar ajaran Islam lestari.

Selain ayah, bagaimana-pun ia juga seorang Nabi yang cintanya pada Allah S.W.T. terpupuk dengan baik hingga tumbuh dengan indahnya. Interaksinya yang intim dengan Allah S.W.T. berpadu padan dengan berbagai rupa pertolongan dalam kebuntuannya.

Kisah berlanjut.. Di mana Allah S.W.T. terus menguji ungkapan cinta hamba-Nya.

Yaitu, ketika anak itu baru saja lahir, Nabi Ibrahim A.S. mendapatkan perintah untuk menyimpan bayi merah tersebut bersama ibunya tercinta, Bunda Hajar di satu lembah nan kering-kerontang. Di tempat yang jangankan sumber air, tanaman pun kesulitan menumbuhkan dedaun-nya.

Setelah sekian lama menanti lahirnya, kerinduan itu kian menggunung karena harus jauh darinya.

Fitrahnya ayah, apalagi setelah penantian yang sekian lama, tentu berat. Namun, cinta butuh pembuktian. Meski berat, ia tetap menuntun tunggangan di mana anak dan istrinya duduk di pelananya.

Tanpa kata tanpa suara, hanya angin gurun pasir.

Setibanya di lembah kering itu, Bunda Hajar sempat bertanya alasan di balik perilaku Ibrahim A.S. Seketika Ibrahim hendak bertolak kembali ke Palestina.

“Wahai Ibrahim, engkau hendak pergi ke mana? Apakah engkau hendak pergi meninggalkan kami sementara di lembah ini tidak ada seorang pun manusia dan tidak ada makanan sama sekali?”

Menanggapi pertanyaan itu, Ibrahim tak mampu berkata-kata. Berkali-kali Ibunda Hajar bertanya, Ibrahim masih tak mampu menjawabnya.

Hingga keluarlah kalimat tanya dari Bunda Hajar, “Apakah Allah memerintah kan hal ini kepada mu?”

Ya,” hanya itu yang Nabi Ibrahim A.S. mempu katakan.

Jika demikian, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami,” sambung Ibunda Hajar.

Setelah itu, Ibunda Hajar tak bertanya lagi dan Ibrahim kembali melanjutkan perjalanannya mengarah ke bumi Palestina.

Ia terus melangkah tanpa berpaling. Langkah demi langkah. Setibanya di Tsaniyah, di mana tak ada satupun orang, sembari menghadap kan wajahnya ke arah lembah di mana anak dan istrinya ia tinggalkan, ia meminta:

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekillah mereka dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur ” (QS Ibrahim:37).

Bersambung

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *