Percikan Iman – Lewat rahim Bunda Hawa, lahirlah anak keturunan manusia hingga saat ini. Dari rahim Ibunda Yukbad lahirlah Nabi Musa A.S., dari Rahim ibunda Hajar lahirlah Nabi Ibrahim A.S., dan dari rahim ibunda Aminah, lahirlah Rasulullah Muhammad S.A.W. rahmat bagi alam semesta.
Bila para aktifis kesetaraan gender berbicara ingin setara dengan laki-laki, nampaknya mereka belum mengenal “ibu” di dalam Islam. Pasalnya, mereka belum benar-benar mengetahui beruntungnya mereka karena dapat menjadi seorang ibu. Betapa Allah S.W.T. memuliakan sosok perempuan ketika mereka menjadi Ibu.
Allah S.W.T. menetapkan dari rahim para perempuan-lahir para lelaki hebat. Dengan darahnya, Allah S.W.T. hantarkan wujudnya ke alam dunia. Dengan air susunya, Allah S.W.T. kokohkan pijakannya dan cengkramannya, Allah S.W.T. hantarkan cerdas-akalnya.
Karena darah yang mengalir dan rasa sakit yang menghancurkan tulang belulang, Allah S.W.T. kokohkan kemuliaan bagi para perempuan. Tanpa mempersyarakatn iman pada-Nya, dengan Islam yang tersulam dalam dada seorang sahabat Rasul, tak se-kata-pun terucap kalimat dari mulut Sa’ad bin Abi Waqqash yang menyakitkan ibunda-nya
Begitulah ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi para perempuan:
وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖوَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada ilmunya, janganlah kamu menaati keduanya. Tetapi, bergaullah secara baik dengan keduanya di dunia dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku tempat kembalimu. Lalu, akan Kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Luqman:15)
Dengan kehamilannya, dengan melahirkannya, dengan menyusuinya, Allah S.W.T. wajibkan seorang lelaki berbuat baik padanya tiga kali lebih harus didahulukan dari pada ayahnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang sangat lemah dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu. Hanya kepada-Ku, kamu kembali. (QS. Luqman:14)
Wajarlah, jika Allah S.W.T. meletakkan ridho-Nya pada ridho-nya, juga meletakkan surga di telapak kakinya. Selama jalan ridho-nya masih dalam koridor ridho-Nya, selama di lisan-nya ia letakan surga, surga di telapak kakinya, perjuangan untuk meraihnya tak dapat seorang lelaki tawar.
Ialah ibunda Muhammad bin Idris membesarkan seorang diri anaknya. Membesarkannya, mengantarkannya dari pintu-ke pintu ulama di zamannya. Tak ada niat lain melainkan mengantarkannya menjadi manusia yang Allah S.W.T. muliakan. Nama anaknya, tergaungkan dalam lisan dan pena, menjadi hujjah para ulama masa kini.
Ialah Imam Syafi’i, salah satu ulama madzhab, menjadi rujukan dalam bersujud pada-Nya, menghantarkan banyak lelaki menjadi mulia dari zaman ke zaman. Tak lain, karena washilah lisan surgawi ibunda-nya.
Agar segel surga di telapan kaki ibu terbuka, pesan guru kita, Ustadz Aam Amirudin, “Letakkan surga di mulut Anda, alih-alih, berkata-kata yang melaknat anak kita mengiringi amarah, tahan dan bersabarlah seraya ucapakan kalimat lembut yang menyuburkan harapan mulia pada jiwa anak Anda.”
Wahai perempuan, mari jaga kemuliaan yang Allah S.W.T. telah tanamkan sebagai fithrah pada setiap diri Anda, agar para lelaki tak mampu beralasan tuk menyakiti Anda, malah menghormati dan memuliakan Anda. Selamat memaknai hari ibu