Percikan Iman – Membuang sampah pada tempatnya, itu syi’ar. Anggrek di kamar mandi, itu syi’ar. Masjid indah, itu syi’ar. Dakwah itu, syi’ar itu manfaatnya akan kembali pada kita sendiri yang rajin melakukannya.
Syi’ar akan mengangkat derajat kita menjadi manusia terbaik. Kabar gembira ini, dapat kita temukan pada firman Allah S.W.T. surat Fussilat ayat 33-35
وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Orang paling baik perkataannya adalah orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan serta berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”
وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۗاِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ
Kebaikan tidak sama dengan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik sehingga orang yang memusuhimu akan seperti teman setia.
وَمَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْاۚ وَمَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا ذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ
Sifat-sifat yang baik tidak akan dianugerahkan, kecuali kepada orang-orang sabar dan orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.
Kalau kita mau ber-syi’ar, menunjukkan keindahan Islam, kita akan masuk kategori manusia terbaik. Sahabat, dari ayat ini, kita dapat mengambil pelajaran, jika baik-buruk seseorang itu dapat terlihat mulai dari perkataannya; jauh dari julid, jauh dari menyebar permusuhan.
Kemudian, sebaik-baik perkataan ialah “menyeru kepada Allah S.W.T.” dan sebaik-baiknya ialah ketika perkataan itu ditindaklanjuti dengan perbuatan (kebajikan). Kemudian, kita men-syi’ar-kannya, dengan “berkata, ‘Sungguh, aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’”
Pada ayat berikutnya, yakni konteks berkaitan dengan orang lain. Ketika orang lain berbuat zalim pada kita, berbuat buruk pada kita, sikap terbaik (yang juga dapat menjadi syi’ar kebaikan) ialah “dengan cara yang lebih baik”.
Hebatnya ketika kita membalas keburukan dengan kebaikan, minimal orang pelit itu akan menahan level pelitnya. Bahkan, bisa jadi dia berubah. Orang pendedam, bila kita maafkan, setidaknya dia ada di level yang sama. Semoga orang tersebut dapat menjadi baik layaknya kita, dia “akan seperti teman setia.”
Ketahuilah, akhlak ini hanya akan Allah S.W.T. berikan pada “orang-orang sabar dan orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” Dengan catatan, keberuntungan itu akan kita peroleh ketika kita membalas keburukan dengan kebaikan. Kemudian, kita akan mampu membalas keburukan dengan kebaikan ialah ketika kita berjiwa sabar.
Jadi, kalau keburukan kita dibicarakan oleh orang lain, tak perlu kita membalas dengan membicarakan keburukannya juga. Maafkan dan do’akan. Kalau memang betul keburukan yang diobrolkan itu benar ada pada diri kita, mohonlah pada Allah S.W.T. agar diampuni.
Inilah indahnya syi’ar.
Kalau kita hidup terllau banyak memikirkan kritik, kita akan sulit maju. Jadi, dalam hidup jangan biarkan omongan toxic mempengaruhi jiwa kita. Jika kita sampai terpengaruh, kita akan berhenti berproses.
Kedua, syi’ar itu akan membuat hidup kita bahagia atau beruntung.
Sahabat pasti pernah merasakan nikmatnya ketika suatu ketika ajakan kita bersambut baik. Karena itu, bersemangatlah mengajak orang pada kebaikan, mengajak orang ke majelis ta’lim sehingga membahagiakan kita. Jangan berhenti mengajak karena yakinlah suatu saat ajakan itu akan bersambut.
Apalagi kegiatan “mengajak” itu berpotensi menjadi amal jariyah, yakni amal yang pahalanya terus mengalir, meski kita sudah tidak melakukannya, ketika kita sudah meninggal sekalipun. Ketika kita pernah mengajak seseorang datang ke majelis ta’lim, kemudian dia datang dan terus menerus datang, kita akan memperoleh pahala sebagaimana dirinya meski kita sendiri sudah tidak melakukannya.
Inilah, amal jariyah, bisa dari ilmu, bisa dari anak kita, bisa juga dari harta yang kita infaq-kan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Hendaklah di antaramu ada segolongan orang yang menyeru pada kebajikan, menyuruh berbuat yang ma‘ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Kenapa beruntung? Karena akan mendapatkan pahala jariyah. Karena itu, dalam melakukannya, kita akan menemukan tantangan. Tak melulu ajakan kita memperoleh respon sesuai dengan yang kita inginkan. Ketika seorang ayah melakukan tugasnya mencari nafkah dengan niat memperoleh harta halal. Kemudian, harta tersebut kita gunakan untuk membiayai pendidikan anaknya, sungguh dia beuntung.
Ketika anak tersebut memperoleh keberuntungan, memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat, maka ayahnya beruntung karena amalnya menjadi jariyah.
Ketiga, indahnya syi’ar ialah berlimpah do’a.
Dalam salah satu hadits-nya, Rasulullah S.A.W. bersabda, “Sesungguhnya Allah, Malaikat-Nya serta penduduk langit dan bumi, bahkan semut yang ada di dalam sarangnya sampai ikan paus, mereka akan mendoakan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (H.R. Tirmidzi)
Sahabat, jangan berpikir, untuk menjadi pendakwah itu hanya mereka yang alumni pesantren. Dengan Anda mengajak orang-orang ke majelis ta’lim, itu juga sudah dakwah.
Tulisan merupakan resume materi kajian utama Majelis Percikan Iman (MPI) yang disampaikan oleh guru kita, Utadz Aam Amirudin di Masjid Peradaban Percikan Iman, Arjasari pada Ahad, 25 Desember 2022.