Siapa sangka, dua jam sebelumnya Annisa masih bisa diajak bicara dan bercanda. Tetapi, dua jam kemudian ia mengerang kesakitan dan membutuhkan pertolongan gawat darurat sebuah rumah sakit untuk kesembuhannya. Ketika itu satu-satunya tempat bergantung/mengadu hanyalah Rabbnya. Dengan sadar, tak henti-hentinya asma Allah ia agungkan dengan lirih di sela-sela rintihan sakitnya.
Kala diuji dengan rasa sakitnya itu, Annisa tak tahu apakah ini akhir dari hidupnya ataukah kelak masih punya kesempatan untuk meneruskan perjalanannya di dunia dengan beragam pengalaman baru. Ia sempat berpamitan dengan orang terdekatnya dan meminta maaf atas segala kesalahannya, ia sadar perlu mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan dilaluinya. Lalu, bagaimanakah kabarnya ia sekarang? Alhamdulillah! Lima hari kemudian Annisa dapat keluar dari rumah sakit. Ternyata, ia masih diberikan umur untuk kembali beraktifitas, berkumpul dengan keluarga dan teman-temannya.
Memang, dalam hidup ini perubahan-perubahan datang silih berganti dengan cepat, apa yang terjadi detik kemudian dari sejak kita bangun, berdiri untuk beraktifitas/merencanakan sesuatu, hasil akhir yang didapat antara tercapai atau tidak, kondisi sehat atau sakit, pengalaman senang atau sedih, masihkah kita diberi waktu/tidak oleh Allah swt, dll keadaan/keinginan yang diharapkan seseorang sangat tipis batas kemungkinan sehingga peluang itu bisa berjalan sesuai rencana semula, hilang, atau berbalik arah, berubah 180 derajat.
Dengan demikian semakin yakinlah kita bahwa dibalik ini ada yang Maha Mengatur, Maha Kuasa dan Memiliki kehidupan. Maha benar Allah swt yang telah mengingatkan semua manusia untuk senantiasa mengucapkan insya Allah apabila kita akan melakukan sesuatu, “Jangan sekali-kali berkata menyangkut sesuatu: “Aku akan lakukan hal itu esok,” kecuali dengan (berkata) jika dikehendaki Allah (QS 18: 23-24).
Bukan berarti kita tidak boleh berencana dan bekerja keras untuk suatu tujuan, hanya harus selalu diimbangi keyakinan bahwa selain upaya usaha manusia, hasil akhir dapat terjadi atas keridhoan-Nya semata, serta kita harus ikhlas menjalani hal-hal tak terduga/perubahan-perubahan yang mungkin saja terjadi dari rencana semula.
Alangkah indahnya kehidupan seorang mukmin, apabila ia tertimpa musibah ia bersabar dan apabila mendapat nikmat ia bersyukur. Semuanya membuahkan hikmah dan ibrah (pelajaran) sehingga tidak dihadapi dengan stress. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan” (QS Alam Nasyrah: 94:5-6).
Selama bumi dan tata surya masih berputar di porosnya masing-masing, selama siang dan malam silih berganti, selama hayat dikandung badan, berjuanglah! optimislah! masih ada harapan untuk mempelajari/memperbaiki kesalahan, kegagalan, kelalaian yang kerap dilakukan.
Bukankah kita mengakui/menyadari memiliki aib/kelemahan bahkan yang dominan (sering dilakukan) oleh diri kita masing-masing? Sesungguhnya seluruh manusia tak akan tahu apa isi hati dan pikiran kita, tapi Dia Maha Tahu, tak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Tidak ada satu pun yang luput dari pengawasan-Nya.
Lalu, akankah kita mendekat kepada Allah swt hanya saat detik-detik menegangkan dalam hidup kita ataukah pada waktu banyak keperluan/permintaan pada-Nya? Tak inginkah kita membina hubungan yang sangat dekat dengan si Dia yang Maha Memiliki kehidupan dan kematian? Agendakan program meningkatkan frekwensi (jumlah pertemuan) “kencan” dengan-Nya, jangan ditunda-tunda hingga esok hari sebab sangat mungkin esok bukan milik kita lagi.
Oleh karena itu, jangan lewatkan saat-saat privacy/pribadi yang akan didapat/telah Allah sediakan setiap malam tiba, untuk berkencan dengan sang Khalik (sang Pencipta). Salah satu sarananya adalah shalat malam (Shalat Tahajud dan Shalat Witir). Jadikanlah pertemuan ini waktu yang selalu dinanti-nanti, dirindukan oleh sang hamba yang merasa dirinya sangat dhaif/penuh kekurangan dan kelemahan.
Indahnya suasana saat itu, orang-orang sekeliling umumnya terlelap tidur, kita dapat dengan leluasa curhat/konsultasi pada-Nya. Sebelum shalat, sejenak menatap ke langit dibalik jendela atau langsung melihat suasana malam, kadang awan kelam menutupi, adakalanya bertabur bintang, dan dihiasi bulan. Kerlap-kerlip lampu di jalan, dinginnya malam, sunyi senyapnya malam, alangkah nikmatnya saat berkencan setiap sepertiga atau dua pertiga malam.
Dari Abu Hurairah r.a.: Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Tuhan kita Azza wa Jalla (Yang Maha Gagah dan Yang Maha mulia) turun setiap malam ke langit dunia ketika masih tersisa sepertiga malam akhir (sekitar pukul 02.00-04.00 subuh). Ia berfirman, Siapa yang berdoa kepada-Ku, tentu Aku akan mengabulkannya. Siapa yang memohon kepada-Ku, tentu Aku akan memberinya, dan siapa yang meminta pengampunan kepada-Ku, tentu Aku akan memberikan pengampunan kepadanya.” (H.R. Al- Jama’ah).
Tetapi, ikhwan/akhwat harus waspada di setiap malam, sesungguhnya syaithan pun tak menghendaki kita bangun untuk mengerjakan shalat malam: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. pernah bersabda, “Pada saat kamu tidur, syaithan mengikatkan tiga simpul pada bagian belakang kepalamu. Pada setiap simpul ia membacakan kata-kata berikut: Malam masih panjang, maka teruskanlah tidurmu. Apabila orang itu bangun dan mengingat Allah, satu simpul lepas, apabila orang itu berwudhu, simpul kedua lepas, dan apabila ia mengerjakan shalat, simpul yang ketiga lepas, dan pada pagi harinya (waktu subuh) ia akan bangun dalam keadan penuh semangat dan dengan suasana hati yang baik, sebaliknya jika tidak melakukan hal itu, ia akan bangun dalam suasana hati yang buruk dan malas.” (H.R. Bukhari).
Usahakan melewati rintangan-rintangan yang diuraikan dalam hadits di atas, supaya Ikhwan/akhwat tetap bisa berdua-duan dengan Rabb Maha Pencipta, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Keras Siksanya, Maha Adil, dan Maha Kaya untuk mencurahkan segenap rasa yang dialami, diharapkan, disyukuri, dan diintrospeksikan. Ibarat baterai yang sudah lemah, maka kita perlu mencass ulang tenaga untuk hari berikutnya, untuk mendapatkan sumber energi baru/tambahan menyongsong hari esok.
Shalat malam sebagai sarana bersyukurnya Rasulullah saw. kepada Allah swt. Diriwayatkan dari Al-Mughirah bin Syu’bah r.a., “Nabi Muhammad saw. berdiri (dalam shalat) hingga kedua kakinya bengkak. Nabi saw. ditanya tentang hal itu dan menjawab, “Aku tidak ingin menjadi hamba (Allah) yang tidak bersyukur.” (H.R. Bukhari).
Juga dalam QS. Al-Muzzammil 73: 1-9 disebutkan, shalat malam dipakai untuk membaca Al-Qur’an dengan tartil (ayat 4), Allah akan memberikan pada kita perkataan yang berat (berbobot) (ayat 5), lebih khusyu, dan bacaan di waktu itu lebih berkesan (ayat 7), sesungguhnya kita pada siang hari mempunyai urusan yang banyak (ayat 7), kita mengambil Allah swt sebagai pelindung (ayat 9).
Keutamaan lainnya orang yang bangun malam hari dan mengerjakan shalat, Diriwayatkan dari ‘Ubadah (bin Ash-Shamit) r.a.: Nabi Muhammad saw. bersabda, “Siapa pun yang bangun pada malam hari dan mengatakan, tidak ada Tuhan selain Allah,tidak ada sekutu baginya, Dia pemilik kerajaan dan segala puji hanya untuk-Nya. Dia Maha kuasa. Segala puji hanya untuk Allah. Seluruh keagungan hanya untuk Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah Maha Besar. Tidak ada daya dan kuasa kecuali dengan izin Allah.
Kemudian mengatakan, Allahumaghfirli (Ya, Allah Ampunilah aku!) atau berdoa (kepada Allah), maka doanya akan dikabulkan dan apabila ia berwudhu (dan mengerjakan shalat malam (tahajud), maka shalatnya akan diterima Allah.”
Tak tertarikkah kita untuk meraih sarana ini? Bukankah komitmen kita “Hanya kepadaMu lah kami menyembah dan hanya kepadaMulah kami minta tolong.” (QS. Al-Fatihah:5)? Terlalu banyak hal yang kita alami selama hidup ini, tak mungkin kita selesaikan semata dengan kekuatan sendiri, manusia adalah mahluk yang memerlukan sandaran, memiliki naluri cemas (khauf) dan berharap (roja’).
Bersandar pada makhluk, betapapun tinggi kedudukan, kekuatan, dan kekuasaanya, tetap saja ia mahluk (yang diciptakan) dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sebenar-benarnya yang mampu menolong tanpa kekurangan sedikitpun, karena ia Maha Adil dan tidak pernah menganiaya mahluknya, hanyalah Allah swt semata.
Dalam Al Qur’an diterangkan, “…Allah tidak menganiaya mereka tetapi mereka menganiaya diri sendiri.” (QS. Ali Imran 3 : 117). Selanjutnya, “Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaanNyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu…” ( QS. Fathir 35 : 13-14).
Antara Dia dan hamba yang sedang berkencan ini tentunya telah tumbuh/dilanda cinta (mahabbah), dengan syarat kita tetap taat pada aturan-Nya, seperti digambarkan dalam Al Qur’an, “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun dan Penyayang.” Kemudian, Katakanlah: “Taatilah Allah dan RasulNya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (QS. Ali Imran 3: 31-32). Semoga kita senantiasa dimudahkan dalam meraihnya. Wallahu A’lam Bishshawab.
Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, tiada Tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup dan Yang Berdiri sendiri, serta aku bertaubat kepada-Nya.
Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan selain-Mu, Engkaulah yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu, dan aku pun dalam ketentuan-Mu dan dalam janjimu, sesuai dengan ketentuan-Mu dan dalam janji-Mu, sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari sejahat-jahat kelakuan.
Aku mengakui kenikmatan yang Kau limpahkan kepadaku dan aku mengakui pula akan dosa-dosaku. Maka ampunilah aku, karena tak ada yang dapat menerima taubat atas dosa-dosaku selain Engkau. Ya Tuhan kami, karuniakanlah kami kebaikan di dunia dan akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
Ya Allah, bagiMu puja dan puji. Engkaulah Penguasa langit dan bumi dan apa-apa yang ada di dalam keduanya. Dan bagi-Mu pula puja dan puji, pancaran cahaya langit dan bumi. Bagi-Mu lah puja dan puji itu, karena hanya Engkau-lah Yang Maha Besar, janjiMu pun benar pula. Firman-Mu benar dan surga-Mu pun benar pula. Neraka benar dan para Nabi juga benar serta Nabi Muhammad saw. juga benar dan hari kiamat itu benar.
Ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri dan dengan-Mu aku percaya. Kepada-Mu aku bertawakal dan kepada-Mu aku akan kembali serta dengan-Mu aku rindu dan kepadaMu aku berhukum. Ampunilah dosa-dosaku, apa yang telah aku lakukan sebelumnya maupun yang terdahulu, atau yang kemudian, yang kusembunyikan dan yang kunyatakan dengan terang-terangan. Engkaulah Tuhan yang terdahulu dan yang kemudian. Tiada Tuhan selain Engkau, tak ada daya dan upaya melainkan dengan-Mu, ya Allah. (H.R. Bukhari Muslim).
Ya Tuhanku, masukkanlah aku melalui tempat masuk yang benar/baik, dan keluarkanlah aku melalui tempat keluar yang benar. Dan jadikanlah bagiku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong. (Al-Isra, 17:80).
Aamiin.
Oleh: Teh Sasa Esa Agustiana