Percikan Iman – Jembatan ketaatan memang lurus, tapi tidak berarti mulus. Kadang menanjak, kadang curam, kadang licin karena kerikil. Karena “kerikil” itu keniscayaan, meski kita meminta agar Allah menghindarkan kita, namun ujian dan godaan akan tetap mendera kita. Sisanya, kita harus berupaya menampilkan sikap terbaik.
Dalam konteks kehidupannya, ada dua jenis manusia, begitu menurut penerjemah Al-hikam, D.A. Pakih Sati Lc. dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya. Yang pertama ialah, orang yang rajin menjalankan semua perintah Allah SWT. Namun, hidupnya tetap berada di kubangan penderitaan, seperti miskin, fakir, kesempitan, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, kenikmatan yang mereka rasakan bersama Sang Khaliq akan mengobati semua penderitaan ini.
Tipe kedua ialah, yang rajin menjalankan semua perintah Allah SWT. Mereka mendapatkan balasan kenikmatan yang tidak terhingga, baik balasan materi maupun rohani. Jenis ini lebih beruntung dari jenis pertama, karena mereka merasakan dua kenikmatan, yaitu kenikmatan di dunia dan akhirat. Allah SWT memberikan karunia-Nya kepada siapapun yang diinginkan-Nya.
Di samping itu, ada juga orang yang tergelincir akibat tak mampu menanggung jeram godaan duniawi. Ada mereka yang Allah Swt. ingatkan dengan kesempitan dan kembali. Namun, ada juga yang Allah Swt. biarkan sehingga ia “tertimpa” siksa sekaligus di akhirat, naudzubillahi min dzaalik.
Maksiat, ibarat jurang, sekalinya kita terperosok ke dalamnya, kita akan sulit kembali ke atas. Pasalnya, siapa yang melakukan kebaikan, maka akan diikuti oleh kebaikan-kebaikan lainnya. Sebaliknya, siapa yang melakukan satu kemaksiatan, akan diikuti oleh gerbong kemaksiatan lainnya. Maka, enyahkan pikiran “pengen nyoba”.
Kondisi akan lebih buruk jika kita melihat bagaimana dampak maksiat menurut Ibnu Qayyim, bahwa akal pelaku maksiat akan tumpul. Kata beliau dalam bukunya Ad-Daa wad Dawaa’, “Jika ada dua orang berakal, salah satunya taat kepada Allah sementara yang lainnya pelaku maksiat, maka akal orang yang taat lebih sempurna, pikirannya lebih benar, pendapatnya lebih lurus, dan kebenaran selalu menjadi pendampingnya.”
Pernyataan beliau merujuk pada Al-Qur’an yang dalam ayat-ayat seputar keataatan selalu bersanding dengan “akal sehat”, misal dalam Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 197 dan Al-Maidah ayat 100.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُ ۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
Musim haji itu pada bulan-bulan yang telah dimaklumi. Siapa saja yang mengerjakan haji dalam bulan-bulan tersebut, ia tidak boleh berkata jorok (rafaš), berbuat maksiat, dan bertengkar dalam melakukan ibadah haji. Allah mengetahui semua kebaikan yang kamu kerjakan. Bawalah bekal karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku, hai orang berakal! (QS. Al-Baqarah:197)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ لَّا يَسْتَوِى الْخَبِيْثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ اَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيْثِۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ࣖ
Katakan (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu. Maka, bertakwalah kepada Allah, hai orang-orang yang mempunyai akal sehat, agar kamu beruntung.” (QS. Al-Ma’idah:100)
Bila ketaatan itu adalah jalan meraih kenikmatan, maka setan yang dengki pada kita akan selalu mengajak kita menjadi temannya, terjerumus dalam maksiat dan berakhir pada kesengsaraan. Maka, tugas kita adalah menjaga “pintu-pintu” masuknya.
Imam Ibn Qayyim menyebutkan bahwa, senjata syetan ada dua. Yang pertama adalah syubhat dan yang kedua adalah syahwat.
- Syubhat berkaitan dengan pemikiran. Dimana seseorang menganggap sesuatu sebagai ilmu atau kebaikan sedang sesuatu itu bukan bagian dari syariat. Penyakit syubhat ini misalnya: keraguan, kemunafikan, bid’ah, kekafiran, dan kesesatan lainnya.
- Adapun syahwat, adalah masuk dalam perkara nafsu. Penyakit syahwat ini bisa berupa rakus terhadap jabatan, tamak terhadap harta, menginginkan posisi dan popularitas, menyenangi perkara-perkara keji, seperti zina, meminum khamr, berjudi, serta berbagai kemaksiatan lainnya.
Dengan dua senjata itu, ternyata setan juga sudah menarget empat pintu yang bisa dimasuki olehnya lewat maksiat syahwat, yakni pandangan mata, lintasan pikiran, ucapan, dan perbuatan
- Pandangan
Dalam Qur’an, surat An-Nur ayat 30-31, Allah Swt. berfirman,
قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ
Katakan kepada laki-laki beriman agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Hal itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.
وَقُلْ لِّلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوْبِهِنَّۖ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اٰبَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اٰبَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ نِسَاۤىِٕهِنَّ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُنَّ اَوِ التَّابِعِيْنَ غَيْرِ اُولِى الْاِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفْلِ الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَاۤءِ ۖوَلَا يَضْرِبْنَ بِاَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّۗ وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Katakan kepada para perempuan beriman agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Janganlah menampakkan auratnya, kecuali yang biasa terlihat. Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya dan janganlah menampakkan auratnya, kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka, saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara perempuan mereka, para perempuan sesama Islam, hamba sahaya yang mereka miliki, para pelayan laki-laki tua yang tidak mempunyai keinginan terhadap perempuan, atau anak-anak yang belum mengerti aurat perempuan. Janganlah mereka menghentakkan kakinya agar orang- orang mengetahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Hai, orang-orang beriman! Bertobatlah kepada Allah agar kamu beruntung.
Dari Jarir bin Abdullah R.A, ia berkata,
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.
“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai pandangan yang tidak di sengaja. Maka beliau memerintahkanku supaya memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim, no. 2159)
“Bersabar dalam menahan pandangan mata (bebannya) lebih ringan dibanding harus menanggung beban penderitaan yang ditimbulkannya”
— Ahli Hikmah
Pandangan akan melahirkan lintasan dalam hati, kemudian lintasan akan melahirkan pikiran, dan pikiran akan melahirkan syahwat, dan syahwat akan membangkitkan keinginan, kemudian keinginan itu menjadi kuat dan berubah menjadi tekad yang bulat.
2. Lintasan Pikiran
Siapa yang mampu mengendalikan pikiran–pikiran yang melintas di hatinya, niscaya dia akan mampu mengendalikan diri dan menundukkan hawa nafsunya. Dan orang yang tidak bisa mengendalikan pikiran–pikirannya, maka hawa nafsunya akan berbalik menguasainya
Dalam Qur’an surat An-Nur ayat 39, Allah Swt. berfirman,
وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍۢ بِقِيْعَةٍ يَّحْسَبُهُ الظَّمْاٰنُ مَاۤءًۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَهٗ لَمْ يَجِدْهُ شَيْـًٔا وَّوَجَدَ اللّٰهَ عِنْدَهٗ فَوَفّٰىهُ حِسَابَهٗ ۗ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَابِ ۙ
Amal perbuatan orang-orang kafir seperti fatamorgana di tanah datar. Orang dahaga menyangka itu adalah air. Tetapi, apabila air itu didatangi, tidak ada apa pun di sana. la mendapatkan ketetapan Allah baginya. Lalu, Allah memberikan perhitungan amal-amal kepadanya dengan akurat. Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
Khatrah atau lintasan pikiran itu terbagi dalam banyak macam, namun pada pokoknya ada empat;
- Pikiran yang mengarah pada keuntungan dunia/ materi
- Pikiran yang mengarah pada mencegah kerugian dunia/ materi
- Pikiran yang mengarah untuk mencari kemashlahatan akhirat
- Pikiran yang mengarah untuk mencegah kerugian akhirat
Dalam Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadis dijelaskan, setan Qarin mengeluarkan suara yang serupa dengan suara hati manusia baik dalam intonasi, aksen, hingga bahasa yang dipergunakannya.
Tiga macam bisikan:
- Pikiran negatif,
- Pikiran kotor,
- dan ide ketuhanan.
Maka dalam diri seseorang akan terdengar suara yang serupa suara hatinya sendiri. Dia pun meyakini bahwa hatinyalah yang sedang berbicara dan memunculkan ide-ide itu.
Dalam Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 169, Allah Swt. berfirman,
اِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوْۤءِ وَالْفَحْشَاۤءِ وَاَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Setan hanya menyuruhmu untuk berbuat jahat dan keji serta mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah.
- Ucapan
Cara menjaganya adalah dengan mencegah keluarnya kata – kata atau ungkapan yang tidak bermanfaat dari lidahnya
“Hati itu laksana panci yang sedang menggodok isinya, dan lidah bagaikan gayungnya, maka perhatikanlah seseorang saat dia berbicara, sebab lidah orang itu sedang menciduk untukmu apa yang ada di dalam hatinya, manis atau asam, tawar atau asin, dan sebagainya. Ia menjelaskan kepada anda bagaimana ‘rasa’ hatinya, melalui ucapan lidahnya,”
— Yahya bin Mu’adz
Dalam Qur’an surat Al-Ahzab ayat 70-71, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ
Hai, orang-orang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan benar,
يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Niscaya Allah akan memperbaiki perilakumu dan mengampuni dosa-dosamu. Barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, ia telah mendapat kemenangan agung.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang diridhoi Allah dan tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.”
(HR. Bukhari no. 6478)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak maka diamlah.”
(HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47).
- PerbuatanUntuk pintu ini, kita bisa menyegelnya dengan cara kita tidak menggerakkan kakinya kecuali untuk perbuatan yang bisa diharapkan mendatangkan pahala dari Allah. Bila ternyata langkah kakinya itu tidak akan menambah pahala, maka menyurutkan langkah tersebut tentu lebih baik.
Dalam Al-Qur’an, Surat Al-Furqan ayat 63, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا
Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati. Apabila orang- orang bodoh menyapa mereka dengan kata-kata yang menghina, mereka menjawab dengan bijak.
Sahabat, di jalan yang lurus ini, mari kita waspada, perhatikan “pintu” pintu pada diri kita, jangan sampai setan berhasil menyusupkan godaan yang akhirnya menggelincirkan kita. Ketahuilan, jembatan lurus bernama ketaatan itu akan menentukan nasib kita saat meniti shiraathal mustaqim. Bersegeralah beramal sholeh seketika bersitan melakukannya muncul atau mungkin akan tergantikan oleh bisikan buruk.
Wallahu a’lam bi shawwab
_____
Tulisan ini merupakan pengembangan dari materi yang disampaikan oleh guru kita, Ustadz Aam Amiruddin pada Safari Dakwah Percikan Iman, Masjid Agung Cianjur, pada Jum’at, 26 Januari 2024