Ketika Nabi Daud A.S. Ditegur Melalui Dua Penyusup

Percikan Iman – Satu ketika, seorang raja agung, Nabi Daud A.S. kedatangan dua “penyusup” ke dalam ruang pribadinya. Menaggapi kondisi tersebut, Nabi Daud kaget luar biasa. “Ke mana para pengawal? Kok bisa-bisanya mereka masuk ke dalam ruang khusus-ku?”

Kisah ini, Allah S.W.T. wahyukan pada Nabi Muhammad S.A.W. dalam surat Shad ayat 21 – 26

وَهَلْ اَتٰىكَ نَبَؤُ الْخَصْمِۘ اِذْ تَسَوَّرُوا الْمِحْرَابَۙ

Apakah telah sampai kepadamu berita orang-orang yang berselisih ketika mereka memanjat dinding mihrab? (Q.S. Shad : 21)

Sebelum kita masuk ke inti cerita, izinkan penulis mengunkap sedikit “karir” Nabi Daud A.S. yang awalnya hanya penggembala kambing hingga menjadi Raja.

Nabi Daud A.S. satu ketika, berkesempatan menjadai salah satu anggota pasukan Raja Thalut yang harus berhadapan dengan raja yang lalim, Jalut.

Singkat cerita, tibalah pasukan di medan Jihad. Hingga peristiwa itu tiba. Jalut, pimpinan musuh nan perkasa, berbadan besar serta jagoan bertarung menantang tanding satu- lawan satu pasukan Thalut. Tahu yang dihadapi Jalut, pasukan Thalut berpikir cukup panjang.

Menghadapi kondisi pasukannya, Thalut membuat sayembara, barang siapa dapat menaklukkan Jalut, ia akan mendapatkan sebagian kerjaan sekaligus dinikahkan dengan salah satu puterinya. Di sanalah panggung terbuka bagi Daud muda. Bersenjatakan katapel dan pedang, ia mampu menumbangkan Jalut yang perkasa.

Sesuai janji, Nabi Daud A.S. memperoleh kekuasaan. Nantinya, kita ketahui bersama, Nabi Daud A.S. akan Allah S.W.T. karuniai anak yang bernama Sulaiman A.S. Penguasa setengah setengah dunia, dengan pasukan dari berbagai kalangan, binatang, jin, dan tentunya manusia-manusia terhebat di zamannya.

Kembali ke potongan kisah di ruang pribadi Nabi Daud A.S. yang sejatinya merupakan mihrab atau tempat khusus ibadah Nabi Daud A.S. Kita sedang menyaksikan adegan Nabi Daud A.S. yang kaget sekaligus heran dengan kedatangan dua pria asing. Itu lantaran, keduanya dapat menembus pertahanan kerajaan hanya untuk menanyakan persoalan.

اِذْ دَخَلُوْا عَلٰى دَاوٗدَ فَفَزِعَ مِنْهُمْ قَالُوْا لَا تَخَفْۚ خَصْمٰنِ بَغٰى بَعْضُنَا عَلٰى بَعْضٍ فَاحْكُمْ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَلَا تُشْطِطْ وَاهْدِنَآ اِلٰى سَوَاۤءِ الصِّرَاطِ

Ketika mereka masuk menemui Daud, lalu ia terkejut karena kedatangan mereka. Mereka berkata, “Jangan takut! Kami berdua sedang berselisih. Sebagian kami berbuat zalim kepada yang lain, maka berilah keputusan yang adil di antara kami dan jangan menyimpang dari kebenaran serta tunjukkan kepada kami jalan yang lurus,” (Q.S. Shad : 22)

Salah satu dari dua orang tersebut kemudian mengadukan persoalan yang sedang mereka berdua hadapi,

اِنَّ هٰذَآ اَخِيْ ۗ لَهٗ تِسْعٌ وَّتِسْعُوْنَ نَعْجَةً وَّلِيَ نَعْجَةٌ وَّاحِدَةٌ ۗفَقَالَ اَكْفِلْنِيْهَا وَعَزَّنِيْ فِى الْخِطَابِ

“Sesungguhnya, saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja, lalu ia berkata, Serahkanlah kambingmu itu kepadaku!’ Ia mengalahkanku dalam perdebatan.” (Q.S. Shad : 23)

Menanggapi aduan tersebut,

قَالَ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ اِلٰى نِعَاجِهٖۗ وَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ الْخُلَطَاۤءِ لَيَبْغِيْ بَعْضُهُمْ عَلٰى بَعْضٍ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَقَلِيْلٌ مَّا هُمْۗ

Daud berkata, “Sungguh, ia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Memang banyak di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Hanya sedikit di antara mereka yang berbuat begitu.” (Q.S. Shad : 24)

Namun, di akhir adegan, Allah S.W.T. menyampaikan justru Nabi Daud A.S. sujud menyungkur pada Allah S.W.T. seraya bertaubat.

۩ وَظَنَّ دَاوٗدُ اَنَّمَا فَتَنّٰهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهٗ وَخَرَّ رَاكِعًا وَّاَنَابَ

Daud menduga bahwa Kami mengujinya. Ia pun memohon ampunan kepada Tuhannya, lalu menyungkur sujud dan bertobat.” (Q.S. Shad : penggalan terakhir ayat 24)

Barangkali sahabat heran, “Bukankah yang bersalah adalah salah satu dari dua penyusup? Mengapa malah Nabi Daud A.S. yang akhirnya memohon ampun pada Allah S.W.T.?”

Mengenai hal ini, mari kita buka tafsir Jalalain karya Imam Jalaluddin al-Mhalli dan Jalaluddin al-Suyuthi. Pada kitab tersebut, kita akan menemukan jika sejatinya permasalahan yang diadukan kedua penyusup tadi sejatinya nasihat dari Allah S.W.T. dan dua penyusup tersebut sejatinya merupakan perwujudan Malaikat.

Jalaludin Syuyuthi, dalam tafsir Jalalain memulai penjelasan mulai dari Nabi Daud yangmemiliki 99 istri. Nantinya, Nabi Sulaiman A.S., puteranya akan memiliki istri 100. Kala itu, syari’at belum melarang atau membatasi.

Kemudian, di satu kesempatan, ada istri dari salah satu anggota pasukan Nabi Daud A.S. yang menarik hatinya. Inilah sisi manusia dari seorang Nabi. Juga punya ketertarikan pada lawan jenis. Bedanya dengan kita, Allah S.W.T. menjaganya langsung. Salah satu bentuk penjagaannya ialah dengan langsung menegur lewat malaikat saat itu juga. Kemudian, kisahnya Allah S.W.T. beberkan pada kita agar menjadi hikmah.

Karena teratrik, terbersitlah, dalam hati Nabi Daud A.S.untuk memiliki perempuan tersebut. Caranya, Nabi Daud A.A. mengirimkan komandan perang tersebut dengan harapan syahid. Qadarullah, di medan jihad, terjadilah apa yang “Nabi Daud inginkan”.

Di kala persiapan meminang sudah serba ada, di saat itulah datang “dua penyusup” pada Nabi Daud A.S. Di akhir cerita, setelah Nabi Daud A.S. menyadari kesalahannya, Allah S.W.T. mengampuninya.

فَغَفَرْنَا لَهٗ ذٰلِكَۗ وَاِنَّ لَهٗ عِنْدَنَا لَزُلْفٰى وَحُسْنَ مَاٰبٍ

Lalu, Kami mengampuni kesalahannya. Sungguh, ia mempunyai kedudukan yang sangat dekat di sisi Kami dan tempat kembali yang baik.

يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۢبِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِ ࣖ

Allah berfirman, “Hai, Daud! Sesungguhnya, Kami menjadikanmu penguasa di bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapatkan azab yang berat karena mereka melupakan Hari Perhitungan.”

Dari kisah ini, kita akan dapat banyak mengambil pelajaran. Salah satunya, betapa Islam merupakan ajaran yang transparan. Benar-salah yang pernah terlalui dalam timeline sejarah perjalanan dengan pemeran utama Nabi-Nya, Allah S.W.T. bentangkan seluasnya.

Dengan begitu, kita selaku umatnya dapat mengambil banyak hikmah darinya.

Penulis sendiri dapat mengambil pelajaran, jika suka pada lawan jenis ialah suatu bentuk fitrah dari Allah S.W.T. Namun, cara melabuhkan rasa pada lawan jenis itu ada caranya. Ada adabnya.

Nah, bagaimana dengan sahabat, apa pelajaran yang dapat sahabat ambil dari kisah ini? Sampaikan di kolom komentar ya.


Tulisan merupakan pengembangan dari resume kajian Tafsir Tematik yang Ustadz Dadang Khaerudin sampaikan pada rangkaian MPI 11 September 2022 di Masjid Peradaban Percikan Iman Arjasari.

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *