Ketika Pengorbanan Kita Berakhir Sia-sia

Ketika Pengorbanan Kita Berakhir Sia-sia

Percikan Iman – Sahabat, ketahuilah setiap pengorbanan yang kita lakukan, bisa jadi hasilnya sia-sia di mata kita, namun belum tentu sia-sia di hadapan Allah S.W.T.

Misal, ketika kita menghafal Qur’an, berbulan-bulan kita lakukan. Namun, pada saat kita setorkan di hadapan ustadz, lupa. Bisa jadi, kita menilai upaya kita berbulan-bulan tersebut sia-sia. Namun, yakinlah, Allah S.W.T. punya caranya tersendiri dalam menilai.

Atau.. Ketika Ibu sudah berjam-jam memasak, hasilnya tidak enak. Ibu mungkin menilai jika hasil masakan ibu tersebut layaknya hanya untuk kucing, namun sadarilah Allah S.W.T. punya caranya sendiri dalam menilai semua proses yang Ibu lalui.

Lantas, bagaimana agar pengorbanan yang kita lakukan agar tidak sia-sia di hadapan Allah S.W.T.?

Pertama dan paling utama, berkorbanlah untuk meraih ridho Allah S.W.T.

Mari kita berlatih dan membiasakan berkorban bukan untuk mencari ridho manusia. Ibu memasak, berdandan, lakukan demi ridho Allah S.W.T. kalau Ibu lakukan karena suami, kebanyakan pasti direspon dengan no comment. Lakukanlah karena demi memenuhi perintah Allah S.W.T. untuk mendapatkan ridho-Nya.

Mari kita lihat Q.S. Al-An’am: 160 – 163

مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚوَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

Siapa pun yang berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat dari amalnya. Siapa pun yang berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan.

قُلْ اِنَّنِيْ هَدٰىنِيْ رَبِّيْٓ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ ەۚ دِيْنًا قِيَمًا مِّلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًاۚ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

Katakan (Muhammad), “Sesungguhnya, Tuhanku telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus. Ibrahim tidak termasuk orang-orang musyrik.”

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

Katakan (Muhammad), “Sesungguhnya, salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.

لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚوَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ

Tidak ada sekutu bagi-Nya. Demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang pertama dalam kelompok orang-orang yang berserah diri (Muslim).”

Melalui ayat-ayat tersebut, Allah S.W.T. mengabarkan pada kita, barangsiapa berbuat kebaikan karena Allah S.W.T. tidak ada yang sia-sia karena setiap perbuatan Allah S.W.T. balas sepuluh kali lipat.

Ibarat, kalau kita keluar ongkos ke majelis ilmu 30.000, maka Allah S.W.T. akan balas sepuluh kali lipatnya. Kalau jarak yang ditempuh 10 km, maka Allah S.W.T. akan balas senilai 100 km. Kalau Anda belajar selama 2,5 jam selama majelis ta’lim, artinya Anda akan Allah S.W.T. balas dengan pahal setara 25 jam.

Bila bapak bekerja sampai lembur, perbulan Anda mendapatkan gaji misal Rp 5 juta. Ketahuilah, jika Anda meniatkan kerja Anda sebagai pemenuhan kewajiban mencari nafkah dan demi ridho Allah S.W.T. sejatinya Allah S.W.T. membalas segala jenis pengorbanan yang Anda keluarkan untuk bekerja tersebut sepuluh kali lipatnya

Sahabat, bila kita mencari penghargaan dari manusia, dari orang lain, misal dalam bekerja, hanya untuk pemenuhan kewajiban pada bos, maka sesuai gaji-lah yang kita dapatkan. Namun, di mata Allah S.W.T. nilainya 10 kali lipatnya.

Sayangnya, terkadang, kita lebih mendahulukan penghargaan manusia. Padahal yang sudah pasti memberikan balasan, bahkan berkali lipat, itu hanya Allah S.W.T.

Contoh lainnya; misal, kita posting di instagram, kita malah mendahulukan mendapatkan like dari follower kita. Kalau kita dahulukan itu, kalau pun kita memperolehnya, sebatas itu-lah yang kita peroleh.

Kalau tidak dapat, bisa jadi kita kecewa. Nah, berbeda kalau kita mendahulukan ridho dari Allah S.W.T., dengan keyakinan penuh balasan-Nya, hati relatif akan lebih tenang. Jumlah like itu mengikuti.

Kemudian, Allah S.W.T. juga mengajarkan kita agar kita berkorban dengan orientasi akhirat. Artinya, kita memperhatikan niat dan jalan yang kita tempuh agar tidak sampai melanggar batas-batas yang menimbulkan resiko di akhirat. Allah S.W.T. mengajarkannya pada kita melalui Q.S. Al-Isra’: 18-20

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهٗ فِيْهَا مَا نَشَاۤءُ لِمَنْ نُّرِيْدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهٗ جَهَنَّمَۚ يَصْلٰىهَا مَذْمُوْمًا مَّدْحُوْرًا

Barang siapa menghendaki kehidupan duniawi, maka akan Kami segerakan baginya di dunia ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami inginkan. Kemudian, Kami sediakan baginya Neraka Jahanam di akhirat. la akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.

وَمَنْ اَرَادَ الْاٰخِرَةَ وَسَعٰى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَّشْكُوْرًا

Barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, juga beriman, mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.

كُلًّا نُّمِدُّ هٰٓؤُلَاۤءِ وَهٰٓؤُلَاۤءِ مِنْ عَطَاۤءِ رَبِّكَ ۗوَمَا كَانَ عَطَاۤءُ رَبِّكَ مَحْظُوْرًا

Kepada setiap golongan, baik golongan yang menginginkan dunia maupun golongan yang menginginkan akhirat, Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.

Ayat tersebut mengandung ajaran, jika kita berkorban untuk dunia (yang sebentar), pasti Allah S.W.T. beri. Namun, bagi mereka yang bersungguh-sungguh mengejar kebaikan akhirat, maka Allah S.W.T. akan balas “dengan baik” (balasan 10 kali lipat)

Lewat ayat-ayat tersebut, Allah S.W.T. juga memberi tahu kita, bahwa sadar atau tidak, orang yang ingin bermaksiat maupun ke majelis ta’lim, sejatinya sama-sama butuh pengorbanan; harus keluar biaya, membutuhkan waktu tempuh, dan juga harus menempuh jarak tertentu.

Bahkan, Allah S.W.T. akan berikan fasilitas bagi kedua golongan: yang menginginkan hanya kesenangan dunia maupun yang menghendaki kebahagiaan akhirat, sama-sama akan Allah S.W.T. kemurahan; kesehatan maupun fasilitas.

Allah S.W.T. Maha Adil dan bijaksana, memberikan kita pilihan. Namun, ketehuilah, akhir yang terbaik itu Allah S.W.T. siapkan hanya bagi mereka yang cermat memperhatikan konsekuensi dari tujuan akhirnya.


Tulisan merupakan resume dari materi yang Ustadz Aam Amirudin sampaikan pada Majelis Percikan Iman (MPI) 19 Juni 2022 lalu di Masjid Peradaban Percikan Iman, Arjasari

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

slot mahjong
slot mahjong
slot pragmatic
gambolhoki
slot pragmatic