Ustadz Ibnu Katsir dalam Tafsir Al Qur’an Al A’dhiim, jilid IV, hal 565-571, mencantumkan tidak kurang dari tiga puluh hadits yang berkaitan dengan surat Al Ikhlas, di antaranya hadits berikut,
Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab r.a., Rasulullah saw. Bersabda , “Siapa yang membaca Qulhuwalllahu Ahad, seolah-olah ia membaca sepertiga Al Qur’an. (H.R. An-Nasai)
Abu Darda r.a. berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kalian mampu membaca sepertiga Al Qur’an setiap malam?” Mereka menjawab, “Ya Rasulullah , kami tidak akan mampu melakukannya.” Nabi saw. bersabda, “ Sesungguhnya Allah swt. membagi Qur’an menjadi tiga bagian, dan Qulhuwallahu Ahad itu sepertiganya.” (H.R. Ahmad, Muslim, dan Nasai)
Para ahli menyebutkan, yang dimaksud “Sesungguhnya Allah swt. membagi Qur’an menjadi tiga bagian” adalah sebagai berikut. Pertama, Al Aqaid (masalah-masalah yang berkaitan dengan ketauhidan dan ketuhanan, termasuk di dalamnya meluruskan penyimpangan-penyimpangan konsep ketuhanan). Kedua, Asy Syara’i (masalah-masalah yang berkaitan dengan peribadatan dan hukum). Ketiga, Al Qasas (masalah-masalah yang berkaitan dengan kisah-kisah kehidupan para Rasul ataupun orang-orang shaleh, bahkan riwayat orang-orang durhaka pun dibicarakan sebagai bahan pelajaran hidup).
Al Ikhlash artinya kemurnian keesaan atau ketauhidan Allah swt. Hadits yang menyatakan Al Ikhlas itu sepertiga Al Qur’an mengandung makna bahwa surat Al Ikhlash mewakili sepertiga pembicaraan Al Qur’an yaitu tentang ketauhidan.
Jadi, maknanya bukan satu kali baca Al Ikhlash sama dengan membaca sepertiga Qur’an, sehingga dengan tiga kali baca Al Ikhlash sama dengan menamatkan tiga puluh juz. Jelas ini pemahaman yang kurang tepat. Maaf, saya tegaskan demikian karena masih banyak umat Islam yang tidak pernah membaca Al Qur’an, kemudian saat kita mengingatkannya, dia menjawab, “Tiap hari saya menyelesaikan tiga puluh juz Al Qur’an dengan cara membaca Al Ikhlas tiga kali.” Tragis kan? Wallahu A’lam.
Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab r.a., Rasulullah saw. Bersabda , “Siapa yang membaca Qulhuwalllahu Ahad, seolah-olah ia membaca sepertiga Al Qur’an. (H.R. An-Nasai)
Abu Darda r.a. berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kalian mampu membaca sepertiga Al Qur’an setiap malam?” Mereka menjawab, “Ya Rasulullah , kami tidak akan mampu melakukannya.” Nabi saw. bersabda, “ Sesungguhnya Allah swt. membagi Qur’an menjadi tiga bagian, dan Qulhuwallahu Ahad itu sepertiganya.” (H.R. Ahmad, Muslim, dan Nasai)
Para ahli menyebutkan, yang dimaksud “Sesungguhnya Allah swt. membagi Qur’an menjadi tiga bagian” adalah sebagai berikut. Pertama, Al Aqaid (masalah-masalah yang berkaitan dengan ketauhidan dan ketuhanan, termasuk di dalamnya meluruskan penyimpangan-penyimpangan konsep ketuhanan). Kedua, Asy Syara’i (masalah-masalah yang berkaitan dengan peribadatan dan hukum). Ketiga, Al Qasas (masalah-masalah yang berkaitan dengan kisah-kisah kehidupan para Rasul ataupun orang-orang shaleh, bahkan riwayat orang-orang durhaka pun dibicarakan sebagai bahan pelajaran hidup).
Al Ikhlash artinya kemurnian keesaan atau ketauhidan Allah swt. Hadits yang menyatakan Al Ikhlas itu sepertiga Al Qur’an mengandung makna bahwa surat Al Ikhlash mewakili sepertiga pembicaraan Al Qur’an yaitu tentang ketauhidan.
Jadi, maknanya bukan satu kali baca Al Ikhlash sama dengan membaca sepertiga Qur’an, sehingga dengan tiga kali baca Al Ikhlash sama dengan menamatkan tiga puluh juz. Jelas ini pemahaman yang kurang tepat. Maaf, saya tegaskan demikian karena masih banyak umat Islam yang tidak pernah membaca Al Qur’an, kemudian saat kita mengingatkannya, dia menjawab, “Tiap hari saya menyelesaikan tiga puluh juz Al Qur’an dengan cara membaca Al Ikhlas tiga kali.” Tragis kan? Wallahu A’lam.