Percikan Iman – Bicara soal dosa, siapa sih manusia yang bersih dari dosa? Tidak ada.. Bila ada orang yang mengaku dirinya steril dari dosa, justru bisa jadi pengakuan itulah sebentuk dosa itu sendiri, begitu kata Ustadz Aam Amirudin dalam salah satu ceramahnya di Chanel YouTube Aam Amirudin Official berjudul “Lebih Dekat Dengan Ramadhan”.
Itu karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
“Setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat.” (HR. At-Tirmidzi (no. 2499), Ibnu Majah (no. 4251), Ahmad (III/198), al-Hakim (IV/244), dari Anas z, dan dihasankan oleh al-Albani dalam kitab Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 4391).
Karena itulah Allah S.W.T. Yang Maha Penyayang menyediakan kita fasilitas untuk kita dapat membersihkan diri dari dosa. Yakni dengan mensyaria’atkan berbagai macam jenis ibadah. Itu karena, kata Ustadz Aam, setiap jenis ibadah mempunyai fungsi tazkiyah.
Misalnya zakat, dapat membersihkan harta kita. Kemudian, shalat fardhu yang Allah S.W.T. jadikan sebagai sarana penghapus dosa. Termasuk di dalamnya ialah shaum di bulan Ramadhan ini.
Melalui lisan nan mulia Rasulullaah S.A.W. mengabarkan pada kita
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan penuh mawas diri, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari [38, 1901, 2014] dan Muslim [760] dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
Bicara soal shaum, sebagaimana dapat temui dalam berbagai ceramah, shaum itu ada beberapa dimensi, yang pertama ialah aspek jasmani dengan cara menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Pada asepek jasmani, di dalam tubuh kita ini boleh jadi ada setetes darah yang terbentuk dari yang haram meski kita sudah berupaya memakan makanan yang halal dari sumber halal. Namun, kita sulit memastikan jika 100% darah dalam tubuh kita ini bersih dari yang haram.
“Memang tidak mendapat sangsi, namun tetap saja darah itu mengandung dosa. Nah, dibersihkannya itu dengan shaum, menahan lapar dan dahaga,” terang Ustadz Aam.
Untuk itu, hendaknya kita benar-benar memperhatikan kualitas shaum kita. Termasuk di dalamnya soal takaran dan jenis makanan yang kita konsumsi, khususnya saat waktu berbuka tiba
Karena itu, kala berbuka hendaknya tidak berlebihan. Berbukalah layaknya Nabi Muhammad S.A.W. Dengan begitu, ada lemak kotor, darah kotor yang terbuang.
Selanjutnya ialah aspek jiwa. Di sinilah poin “Ihtisab” menemukan salah satu perannya. Ustadz Aam Amirudin menyampaikan jika yang dimaksud dengan “Ihtisab” ialah mawas diri atau waspada, “Saya sedang shaum harus menjaga lisan, saya sedang shaum maka saya harus meninggalkan dosa.”
Manahan diri dari makan dan minum bisa jadi mudah bagi sebagian besar orang. Namun, yang berat itu “ihtisabnya”. Menjaga lisan dari gosip, menjaga mata dari pandangan yang terlarang, pikiran yang terlarang, ini yang butuh perjuangan.
Sahabat, oleh karena itu, agar kita bisa memperoleh keutamaan shaum Ramadhan, hendaknya kita memperhatikan shaum kita. Jangan sampai shaum kita rusak karena kita kurang bisa menjaga lisan, kurang bisa menjaga pikiran, kurang bisa menjaga hati.
Jaga hati, jaga pikiran, juga lisan dengan menyibukkan diri kita dengan berbagai ibadah lainnya. Bisa dengan dzikir, tilawah Al-Qur’an, atau dengan mendengarkan ilmu di berbagai media.
Disarikan dari Ceramah Ustadz Aam Amirudin berjudul “Lebih Dekat Dengan Ramadhan – Hikmah Ramadhan 1443 H” di kanal YouTube Aam Amirudin Official yang tayang perdana pada 4 Apr 2022 .