Melukis Jembatan Do’a-nya Anak

Percikan Iman – “Ayah saya. Bagi saya dia adalah penghancur hidup saya. Setiap hari saya berharap dia mati.” begitulah kata salah satu “akun” media sosial sebagai jawaban atas pertanyaan “Mengapa ada anak yang bisa membenci orang tuanya?”. Membaca berbagai jawaban dengan bubuhan kisahnya, penulis yang saat ini sudah menjadi orang tua, tak tahan melanjutkan. Hanya dapat membatin, naudzubillahi min dzaalik

Di belahan dunia lain, kita dapat menemukan anak yang begitu menghormati dan menyayangi orang tuanya. Senantiasa mendahulukan orang tuanya, menemani hari tuanya, merawat masa-masa melemahnya, menjadi teman mengobrol di waktu senjanya. Ketika meninggal, sang anak mewarisi kebiasaan baik orang tuanya dan tak lupa mengirimkan teman, cahaya, dan kelapangan di alam barzakh

Seorang anak dalam masa pulang kampungnya, tiba-tiba meneteskan air matanya ketika mengetuk dan memasuki rumah masa kanak-kanaknya. Memasuki ruang tamu, melihat foto, kian deras air mata itu mengucur. Memasuki ruang keluarga, melihat kursi kumal, kian tak kuasa diri menahan derasnya aliran air mata. Sayangnya, sesaknya rindu tak mampu lagi terluruhkan dengan pelukan, kecupan kasih. 

Yang tersisa hanya do’a. Lantunan do’a dengan melodi kerinduan berpadu, dijembatani rindu pada kasih, sayang, dan kebanggaan pada kedua orang tuanya. “Lukisan nuansa” yang dibuat ayahnya yang begitu sabar menemani sepulang kerjanya, dan “lukisan nuansa” ibu yang senantiasa memaafkan dalam masa ketidakmengertian kita terlalu indah. 

Betapa indah Islam mengajarkan kita agar kita menghantarkan ajaran dan didikan pada anak kita dengan kasih sayang. Bukan hanya soal mengajarkan sholat, namun juga memperhatikan bagaimana melandaskannya pada titik kasih sayang pada setiap elusan dan bisikan. 

Islam betul mewajibkan shalat pada setiap waktunya, namun jika dihantarkan dengan pukulan, apakah mungkin anak kita akan mencintai shalat? “Saat usia 5th saya ditonjok oleh ayah saya di pipi, karena saya tidak hafal doa iftitah solat 🙂 iya saya diajarkan doa solat dan usia segitu saya tidak hafal dan dia menonjok saya.” 

Mengajarkan shalat itu kebenaran, namun mengajarkannya pada waktu yang tepat, dengan sentuhan yang tepat di jiwa dan setiap indera-nya, merupakan bagian tak terpisahkan dari ajaran. Kasih sayang lagi-lagi harus menjadi titik beranjaknya ajakan sehingga memuara pada lisan yang lembut dan elusan, bukan cercaan, apalagi pukulan. 

Ketika pun kita “memaksa diri” mengirimkan anak kita ke pesantren, demi memenuhi harapan dirinya menjadi pribadi yang sholeh. Jangan lupa, hantarkan ia ketika kita sudah meletakkan pijakan pada sisi kasih sayang di hati kita sehingga do’a-do’a kita nyeplos dan tulus menembus arasy-Nya. Berjuang memenuhi waktu jenguk dengan apresiasi, bukan hanya evaluasi.

Sahabat, mendidik dan menyekolahkan, ialah bentuk tanggung jawab orang tua, namun seutuhnya tugas orang tua ialah dengan melandaskan setiap tahapnya dari kasih sayang. Dengan begitu, ekspresi yang lahir ialah tutur nasihat yang lembut yang melunturkan ego dan ketegasan yang menyegat membangkitkan semangat.

Jika anak kita masih belum tujuh tahun, kata Ali bin Abi Thalib R.A., “Perlakukanlah anak kita layaknya seorang raja”. Penuhi setiap ruang interaksi kita dengan kasih sayang. Kenalkan ia dengan Maha Kasih-Sayang-Nya lewat lisan, perbuatan, dan perlakuan. 

Biarkan ia berlarian di masjid dengan riangnya, biarkan ia tertidur di pangkuan selama majelis ta’lim berlangsung, pegangi ia dalam tiap langkah gontainya dengan dzikir-dzikir usai shalat kita, biarkan ia menaiki kuda dalam sujud kita, biarkan ia memberantakan mainan pada usai beberes kita. Nasihati dengan senyuman terlukis, berbahan sabar dan harapan terbaik. 

Jangan lupa, hiasi ia dengan do’a terbaik yang diracik oleh sang khalilullah, ayahnya para Nabi, Ibrahim A.S. 

رَبِّ هَبْ لِيْ حُكْمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ ۙ

“Ya Tuhanku, berikan ilmu kepadaku dan masukkan aku ke golongan orang-orang saleh,

رَبِّ هَبْ لِيْ حُكْمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ ۙ

Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, berikan ilmu kepadaku dan masukkan aku ke golongan orang-orang saleh,

وَاجْعَلْنِيْ مِنْ وَّرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيْمِ ۙ

jadikan aku orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan,

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *