Sahabat Percikan Iman, Tafakur secara luas dimaknai sebagai sikap kita dalam merenungi dan memahami ayat-ayat Allah di muka bumi dengan tujuan untuk meningkatkan dan menambah keimanan kita. Ayat tentang perintah untuk tafakur dalam Al-Quran lebih dari 50 ayat. Salah satunya dapat kita baca dan sering kita dengar adalah Q.S Al-Imron ayat 190-191:
“Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini sia sia, Maha suci engkau, lindungilah kami dari azab neraka”.
Dalam surat tersebut disebutkan Ulul albab yaitu orang yang mengingat Allah saat berjalan duduk berbaring. Maksudnya, setiap langkah dan jalan hidupnya selalu dibimbing oleh Allah. Orang-orang beriman itu selalu berzikir saat berbaring, berjalan, berdiri ataupun duduk. Semisal, Mahasiswa yang berjuang sungguh-sungguh untuk kuliahnya, sampai orang tuanya menjadi senang , itu bisa dikatakan berzikir, berzikir secara prilaku.
Tafakur intinya memikirkan secara mendalam tanda-tanda kekuasaan Allah. Tanda-tanda kekuasaan Allah di bumi, langit, dan di antara keduanya.
Rasulullah SAW bersabda, “Tafakur satu jam lebih baik ketimbang ibadah 60 tahun lamanya.” (Antara lain termaktub dalam kitab Nashaih al-Ibadkarya an-Nawawi al- Bantani).
Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Tidak ada ibadah yang semisal dengan tafakur. ”
Al-Hifni berkata, “Tafakur mengenai ciptaan Allah seperti mengerikannya detik-detik sakarat al-maut, beratnya siksa di alam kubur/barzah, dan mencekamnya suasana pada hari kiamat jauh lebih baik dari ibadah lantaran di dalamnya terkandung banyak kebaikan.”
Tafakur Ayat-Ayat Allah
Metode tafakur itu terbilang banyak. Tetapi, yang paling baik adalah tafakur tentang ayat-ayat Allah. Dengan pengertian, memikirkan secara mendalam keajaiban-keajaiban ciptaan Allah di bumi, langit, dan di antara keduanya. Banyak firman Allah yang menyeru kita untuk memikirkan secara mendalam ciptaan-Nya.
Allah SWT berfirman,
“Maka, apakah mereka tidak memerhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Dan langit, bagai mana ia ditinggikan? Dan gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?” (QS al-Ghasiyah [88]: 17-20).
Tafakur Diri Sendiri
Allah juga menyeru kita untuk memikirkan secara mendalam tentang diri kita sendiri. Sang Khalik berfirman,
“Dan di bumi itu terdapat tanda- tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada diri kalian. Maka, apakah kalian tidak memerhatikan?” (QS adz-Dzariyat [51]: 20?21).
Maka, perhatikanlah sesering mungkin organ tubuh kita seluruhnya dengan fungsinya masing-masing.
Lahirnya ilmu-ilmu itu dihasilkan dari proses tafakur. Karena tafakur itu proses mengasah intelektual sehingga orang yang banyak tafakur akan menjadi orang berilmu pada bidangnya masing-masing.
Dengan demikian ia cerdas secara intelektual memahami ayat Allah dengan akal sehingga melahirkan ilmu pengetahuan. Juga cerdas secara spiritual dimana keimanan dan ketakwaannya kepada Allah semakin tinggi. Manusia itu dimuliakan karena akalnya, sehingga akal harus kita sesuaikan dengan minat dan potensi kita untuk bertafakur, sehingga dari tafakur akan lahir kemuliaan dan peradaban.
Menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya’ UlumuddinIdealnya. Seorang Muslim harus membiasakan diri bertafakur dengan model sebagai berikut.
Pertama, apakah sesuatu yang saya akan lakukan diridhoi Allah atau tidak?
Kedua, jika ternyata suatu jalan itu tidak disukai Allah, bagaimana cara kita menjauh dan terhindar darinya?
Oleh karena itu, insan beriman mesti selektif terhadap dirinya agar terlepas dari segala hal yang tidak mengundang keridhoan-Nya.
Dalam Ihya’ Ulumuddin Imam Ghazali juga memberikan kita panduan, bahwa seorang Muslim patut berpikir kemudian mengevaluasi pada setiap aktivitas anggota tubuhnya.
Terhadap lisan misalnya, “Sesungguhnya lisan itu menghadap kepada mengumpat, berdusta, menyucikan diri, menertawakan orang lain, berbantah-bantahan, berenda-gurau dan terjun pada apa yang tidak penting dan lain-lainnya dari yang disukai.”
Buya Hamka dalam bukunya Pribadi Hebat menegaskan bahwa “Lidah mewakili kebatinan kita.” Oleh karena itu kendalikan lidah dengan tafakur. Al-Jahiz berkata, “Sebaik-baik perkataan adalah sedikit, tetapi bermanfaat daripada banyak bicara, tetapi kosong.”
Pada akhirnya, tafakur memang benar-benar kita butuhkan untuk selamat dunia-akhirat. Ibn al-Jauzi dalam bukunya Shaid al-Khatir menuliskan, “Orang yang memikirkan akhir kehidupan pasti akan menaruh kewaspadaan, dan orang yang meyakini lamanya perjalanan tentu akan melakukan persiapan.”
Tafakur sesuai Ahlinya
Cara tafakur juga harus dikembalikan kepada bidangnya masing-masing. Orang yang ahli kedokteran harus tafakur di bidang tersebut, juga berlaku bagi bidang lainnya.
Sebagai contoh ketika telinga kita terbatas untuk mendengar, dengan tafakur lahirlah alat telekomunikasi yang bisa menghubungkan orang dari belahan dunia, dan mengatasi pendengaran kita yang terbatas tadi. Karena kita bisa mendengar suara dari jarak jauh, yang sebelumnya belum terpikirkan.
Orang yang tafakur akan perilaku burung kemudian melahirkan dan tercipta pesawat terbang. Orang tafakur akan perilaku ikan maka akan melahirkan kapal laut dan kapan selam. Demikian juga dengan lahirnya ilmu pengetahuan dan tenologi lainnya.
Jadi tafakur itu bagaimana cara kita mengarahkan seluruh pikiran kita untuk menemukan ilmu, setelah menjadi orang berilmu yang harus dimunculkan adalah kerendahan hati. Orang-orang yang beriman (kaum muslim) seharusnya mampu melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebanyak-banyak karena ia mengimani ayat-ayat Allah dan memikirkannya.
Buah dari Tafakur
Tafakur dengan benar tinggi harganya. Lantaran dengannya akan menghasilkan beragam buah.
Di antaranya, Menumbuhkan benih-benih ketauhidan dan memperkokoh keyakinan kepada Allah.
(1) Buah dari keyakinan kepada Allah akan memunculkan hati yang tenang karena Dia pasti akan mewujudkan janji-janji-Nya.
(2) Buah dari keyakinan kepada Allah akan melahirkan perasaan cinta kepada-Nya karena Dia pasti akan mencintai orang-orang yang mencintai-Nya.
(3) Buah dari keyakinan kepada Allah akan memunculkan perasaan takut kepada-Nya karena Dia pasti akan menjatuhkan sanksi kepada orang-orang yang durhaka kepada-Nya dengan seadil-adilnya.
(4) Buah dari keyakinan kepada Allah akan memunculkan perasaan malu kepada-Nya karena Dia pasti akan mengamati gerak-gerik orang- orang yang taat dan orang-orang yang maksiat kepada-Nya secara saksama.
(5) Buah tafakur, kita bisa melihat potensi bahaya hawa nafsu yang tersembunyi di dalam diri kita, mengetahui tipu daya setan, serta kelengahan dan kelalaian diri yang merasa benar dalam ketidakbermanfaatan sepanjang hari seumur hidup.
Oleh karena itu, Tafakur itu wajib dilakukan. Kenali diri dan kenali ciptaan Allah Swt sehingga menjadi muslim yang shalih. Selalu membaca dan memahami Al Qur’an agar hidup selamat dunia dan akherat.
Semoga kita termasuk didalamnya
Wallahu `alam.