Memaknai Setiap Pengorbanan (2)

Percikan Iman – Sebagaimana kita telah bahas pada MPI pekan lalu, pijakan utama bahasan soal pengorbanan berula dari surat At-taubah: 36. Ayat ini mengnadung larangan agar kita tidak melakukan dosa yang disengaja. Sebagai bentuk latihan bagi kita untuk menghadapi bulan-bulan lainnya.

Pengorbanan yang paling banyak dibahas ialah momen yang terangkum dalam prosesi lebaran Haji. Sebagaimana kita ketahui bersama, dalam ibadah haji kita akan mendatangi titik-titik yang pernah dilalui Nabi Ibrahim A.S.

Di antaranya, ada Hijr Ismail yang merupakan tempat main Nabi Ismail A.S. yang “ditinggal” Nabi Ibrahim A.S. padahal masih bayi merah. Di sana juga ada sumur zam-zam yang terkait erat dengan pengorbanan Bunda Hajar. Momen di mana beliau bukit Shafa dan Marwa demi memperoleh sumber air. Jangan bayangkan lintasan yang seperti sekarang ada. Dulu tananhnya berbatu serta agak menanjak.

Jadi, kalau kita bicara pengorbanan kita harus belajar dari keluarga Nabi Ibrahim. 86 tahun-an tidak memiliki anak. Yang karena itu, istri pertama-nya, Bunda Sarah berkorban dengan mempersilahkan Nabi Ibrahim menikah lagi.

Dengan kuasa Allah S.W.T. berselang tak lama dari kelahiran Nabi Ismail, Bunda Hajar mengandung Nabi Ishaq A.S.

Sebagian bisar kisahnya, Allah S.W.T. abadikan dalam surat Ibrahim ayat 37 sampai 40:

 

رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ

Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan, yang demikian itu agar mereka melaksanakan salat. Ya Tuhan, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berikanlah rezeki dari buah- buahan kepada mereka. Mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim:37)

رَبَّنَآ اِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِيْ وَمَا نُعْلِنُۗ وَمَا يَخْفٰى عَلَى اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاۤءِ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan yang kami tampakkan. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun di langit. (QS. Ibrahim:38)

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ وَهَبَ لِيْ عَلَى الْكِبَرِ اِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَۗ اِنَّ رَبِّيْ لَسَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ

Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan Isma‘il dan Ishaq kepadaku di hari tuaku. Sungguh, Tuhanku benar-benar Maha Mendengar dan memperkenankan doa. (QS. Ibrahim:39)

رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاۤءِ

Ya Tuhanku, jadikan aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat. Ya Tuhan kami, perkenankan doaku. (QS. Ibrahim:40)

Dalam rangkaian ayat tersebut, kita dapat melihat jika hal pertama yang Nabi Ibrahim minta, ialah menjadikan anaknya sebagai orang yang melaksanakan shalat. Shalat adalah benteng. Sebejad-bejadnya orang, kalau pernah shalat, taubatnya lebih gampang. Itu merupakan jalan.

Sahabat, yang perlu kita sadari terkait perilaku berkorban ialah, pengorbanan itu membutuhkan pengetahuan/ kesadaran kalau Allah S.W.T. Maha Melihat apa yang kita lakukan. Kalau bapak-ibu berlelah-lelah, berkorban, tidak ada yang melihat, ketahuilah Allah S.W.T. apa yang kita lakukan.

Tidak ada yang luput dari penglihatan Allah S.W.T. karena itu jangan berharap, kecuali hanya pada Allah S.W.T. Kalau mencari pujian orang, capek. Allah S.W.T. Maha Tahu setiap tetes keringat kita dan hanya ia yang membalasnya.

Kalau bicara pengorbanan, jangan lelah berdo’a dan yakinlah Allah S.W.T. Maha Melihat.

Yang kedua, bicara pengorbanan dalam konteks hubungan dengan sesama, jangan hanya melihat pengorbanan “kita untuk mereka”, namun pahami bagaimana pengorbanan mereka (untuk kita). Sebagian dari kita lebih cenderung memikirkan pengorbanan kita, namun lupa dengan pengorbanan orang lain pada kita.

Kuncinya, kalau Anda melihat sesuatu, lihat di baliknya. Sebagai suami jangan hanya melihat makanan yang sudah tersaji di meja, namun coba bayangkan bagaimana berjam-jam proses istri ke sana-kemari, hingga berjam-jam memasak bagi Anda.

Bagi seorang istri, jangan hanya melihat jumlah rupiah yang suami Anda bawa, namun coba bayangkan setiap tetes keringat, mental yang terkuras karena perilaku atasa dan rekannya.

Bagi orang tua, jangan hanya melihat nilai akhir sekolah anak. Namun, coba lihat juga bagaimana upaya yang anak-anak kita lakukan. Bagaimana kesulitannya mengakses fasilitas, bagaimana ia harus bergadang demi memperoleh sumber dengan internet gratisan.


Tulisan merupakan resume dari materi yang Ustadz Aam Amirudin sampaikan di Majelis Percikan Iman (MPI) Ahad, 12 Juni 2022 di Masjid Peradaban Percikan Iman, Arjasari

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *