Memilih Berjuang

Percikan Iman – Ketika niat baik terbentur dengan keterbatasan dan gangguan, ada dua pilihan; menyerah atau tetap berbuat dengan kondisi yang ada. Kita mungkin belum bisa membantu saudara kita di P4l35t1n4 sana dengan uang yang cukup, apalagi membantu dalam bentuk militer. Yang tersisa “hanya do’a”. Kita mungkin merasa itu tak cukup, namun apakah kita akan memilih diam?

Mari kita buka kembali akhir surat Al-Zalzalah (7-8). Di sana kita akan menemukan, bahwa Allah Swt. takkan sedikitpun meremehkan amal kita, meski sebesar biji sawi, setiap perbuatan kita akan menemui balasannya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ


Maka, barang siapa mengerjakan kebaikan seberat żarrah, niscaya ia akan melihat balasannya,

وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ 


dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat żarrah, niscaya ia akan melihat balasannya.

Ayat ini, seharusnya menjadi landasan bersikap bagi kita. Selain kita harus waspada dengan amal salah karena semua tercatat. Namun, di sisi lain nilai perbuatan baik di mata kita, tidak akan luput dari perhitungan Allah Swt. Ingat, setiap satu kebaikan, akan Allah Swt. balas dengan sepuluh kebaikan, sementara setiap keburukan, balasannya senilai. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Al-An’am ayat 160

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚوَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

Siapa pun yang berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat dari amalnya. Siapa pun yang berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan.

Beruntungnya kita, bahwa betapa Allah Swt. menghargai orang yang mampu konsisten berproses, meski jumlahnya sedikit. Dalam satu lafadz hadits riwayat Muslim, Rasulullah Saw. mengabarkan pada kita, “Amalah yang paling Allah Swt. cintai ialah amalan yang kontinyu walaupun sedikit”. 

Ayat-ayat tadi juga hadits di atas, sejatinya sudah cukup menjadi landasan bagi kita, agar tidak mengecilkan setiap upaya yang kita lakukan, apalagi ketika memang sebatas itulah kemampuan kita. Namun, sebagai penguat, kita juga dapat menemukan begitu banyak hikmah dalam kebudayaan kita. Pesannya sama, yakni agar kita tidak mengecilkan dan tidak meremehkan. 

Sahabat, terkait bangunan, bukankah semakin halus pasir yang menjadi bahan pembangunan, maka akan semakin kokoh dan tahan lama satu bangunan? Namun, di sisi lain, kita juga dapat menemukan, yang membuat orang tergelincir itu bukan hadangan batu besar, melainkan kerikil. 

Kemudian, dalam konteks berproses, kita juga dapat menemukan bahwa tetesan air nan lembut-lah yang dapat membuat cekungan indah pada satu batu. Karena itu, dalam sastra Sunda, kita dapat menemukan istilah, “Cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok”.

Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan amalan yang sedikit, tidak ada yang salah dengan amalan yang kecil. Yang masalah itu ialah ketika kita mengecilkan kemampuan kita sehingga kita putus asa, merasa tak mampu, merasa takkan berdampak. Padahal, betapa yang kecil itu Allah Swt. hargai dengan cinta-Nya. 

Sekarang, mari kita coba praktikan ilmu tersebut dalam menyikapi isu yang saat ini sedang menghangat. Yakni, dalam konteks perjuangan sahabat-sahabat kita di P4l35t1n@. Kita bersyukur, ketika pengorbanan saudara-saudara kita di Palestina dapat menyentuh hati kita. Muncul rasa iba yang kemudian mendorong akal kita untuk berpikir “Apa yang dapat saya perbuat?”. Kalau itu sudah ada, mari kita bersyukur. Itu pertanda jika hati kita masih hidup. 

Namun, ketika kita mulai berpikir untuk berbuat, di sinilah kita akan menemukan persoalan. “Emangnya do’a aja cukup?” Mulai muncul bisikan yang meragukan diri kita sendiri. “Emangnya donasi kita akan sampai?”, “Emangnya repost-repost IG bisa ngefek gitu?”. Kemudian, niat membantu itu kian menciut akibat nyinyiran dari netizen, “Daripada bacot, mending loe semua ke Palestina utk bantu berperang”. Inilah titik kritis yang mungkin sebagian kita alami. 

Terus kepikiran, “Pengennya mah bantuin ke sana, mikul senjata bantuin perang”, mulai overthinking. Akhirnya, kita sibuk dengan kemelut di hati kita sendiri. Akhirnya, upaya yang sedikit pun tak kita lakukan.

Jangan sampai seperti itu! Mari kita berbuat sekemampuan kita, “Meski dengan do’a paling sederhana”, “Ya Allah, tolonglah saudara kami di Palestina”.

Sahabat, mari kita belajar dari seekor burung pipit. 

Ketika Nabi Ibrahim As. telah dimasukkan dalam kobaran api yang membumbung angkasa, kita akan menemukan makhluk kecil tersebut. Ada keterangan yang mengatakan, burung itu mematuk-matukkan paruhnya, ada juga yang mengatakan jika burung pipit itu memercikkan air dari paruhnya pada kobaran api tersebut.

Melihat itu, respon awal kita mungkin, “Emang, api tersebut bisa padam dengan cipratan air tersebut?”, “Emang dia kuat bawa tubuhnya Nabi Ibrahim?”. Wajar kita kepikiran begitu. Namun, sebelum terucap, mari kita dengar narasi penuh keimanan dari burung pipit tersebut.

Memang aku tak dapat memadamkan api dengan kapasitas paruhku yang kecil ini, namun setidaknya Allah Swt. tahu aku berpihak pada siapa” 

Ketika satu perbuatan kita lihat dengan kacamata iman, sejatinya, tidak ada yang tidak berarti, melainkan kita yang mengecilkannya, kita yang meremehkannya. 

Pada akhirnya, kita dapat menemukan, betul orang Palestina membutuhkan do’a-doa kita, postingan kita, atau dua rupiah dari kantong kita. Namun, lebih jauh, sejatinya kita yang membutuhkan mereka. Kehadiran mereka menghadirkan begitu banyak hikmah ayat-ayat Allah Swt. Mereka adalah wujud keimanan yang begitu tinggi nan kokoh, bertakhta-kan akhlak yang mulia, berpondasikan pemahaman yang mendalam. 

Di akhir zaman nanti, setidaknya kita bisa berhujjah dengan postingan kita, dengan do’a-do’a kita, dua ribu rupiah kita, bahwa kita pernah turut berjuang melawan kedzaliman, melawan kemunkaran.

Laa haulaa wa laa quwata illaa billah. Wallahu a’lam bi shawwab

*Tulisan merupakan pengembangan dari materi Majelis Percikan Iman yang disampaikan oleh guru kita, Ustadz Aam Amirudin pada Kamis (19 Oktober 2023) di Masjid Trans Studio Bandung

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

slot mahjong
slot mahjong
slot pragmatic
gambolhoki
slot pragmatic