“Tidaklah Kami ciptakan langit-langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya kecuali dengan kebenaran (al-haqq) dan ajal yang tertentu, dan orang orang kafir berpaling terhadap apa apa yang telah diperingatkan.” (Q.S. Al-Ahqaaf [46]: 3)
Dalam kitab Tafsir Al-Nukti wal-‘Uyun karya Abul-Hasan Ali al Mawardy disebutkan bahwa ada empat maksud frasa illa bil-haqq dalam ayat tersebut; illa bi-s’shidqi atau kecuali dengan kebenaran (ini menurut Ibnu Ishaq), illa bil-‘adli atau kecuali dengan keadilan (ini menurut yang Mawardy), illa lin-nahqi atau kecuali untuk menyelimuti (ini menurut al-Kalbi), dan illa lil-ba’atsi atau kecuali untuk hari kebangkitan (ini menurut Yahya). Sedangkan, frasa ila ajalin musamma memiliki dua macam tafsiran; ajalil-qiyamah atau batas hari kiamat (ini menurut Ibnu Abbas) dan ajalil-maqduri likulli makhluq atau batasan takdir setiap makhluk (ini menurut Mawardy).
Frasa illa bil-haqq menyatakan bahwa alam semesta (langit, bumi dan yang ada di antara keduanya) diciptakan dengan kebenaran yang bisa ditafsirkan sebagai alam diciptakan dengan tujuan tertentu. Bahwa, alam semesta yang diciptakan dalam peristiwa big-bang dan dipersiapkan selama 10-20 milyar tahun untuk menyambut munculnya kehidupan yang puncaknya adalah hadirnya manusia di muka bumi.
Hal ini selaras dengan teori tentang ketertalaan alam semesta (fine tuned universe), yakni bahwa alam semesta mengembang dengan kecepatan dan kerapatan awal yang sangat akurat dengan proses yang akhirnya memungkinkan terbentuknya galaksi-galaksi, lalu tatasurya-tatasurya dan akhirnya planet-planet. Salah satu planet tersebut adalah bumi yang setelah empat milyar tahun cocok untuk makhluk hidup yang berujung dengan manusia.
Apabila kecepatan awal lebih lambat sedikit saja, maka akan menyebabkan alam semesta runtuh kembali seperti sebelum proses terwujudnya. Dan sebaliknya, bila terlalu cepat sedikit saja, maka akan berakibat alam mengembang cepat dan menjadi kosong karena tidak sempat terbentuk apapun.
Adapun frasa ila ajalin musamma bisa diartikan sampai waktu yang ditentukan. Dalam kosmologi modern, ada beberapa skenario tentang akhir alam semesta.
Pertama, Closed Universe. Alam semesta mengembang sejak titik awal ledakan big-bang dengan perlambatan dan sampai titik tertentu berhenti dan kembali mengkerut akhirnya sampai ke titik nol yang sangat rapat dan hancur (big-crunch).
Kedua, Open Universe. Alam semesta mengembang sejak ledakan awal big-bang dengan percepatan, sehingga meluas semakin cepat terus sampai tak terhingga sehingga menjadi semakin jarang dan hampa dan musnah. Dan ketiga, Flat Universe. Alam semesta mengembang dengan kecepatan makin lambat, mendekati nol, tetapi tidak sampai berhenti sama sekali.
Walhasil, yang manapun dari skenario tadi yang akan terjadi, alam beserta manusia tetap saja akan berakhir. Kita harus beriman tentang adanya hari kiamat, tetapi detail tentang bagaimana proses hancurnya masih bisa di teliti dengan ilmu astrofisika. Wallahu a’lam.