Menangkup Manisnya Brownies Bu Syukur pada Senyum Ceria Anak-anak

Percikan Iman – “Mendidik anak sedari kecil ibarat mengukir di atas batu,” begitu seorang ahli hikmah mengungkapkan. Sayangnya tak semua anak beruntung dapat mengakses pendidikan layak sedini mungkin. Begitulah nampaknya semangat Almh. Bu Sumi Wiludjeng Syukur (Owner Brownies “Amanda”) yang kemudian ia wujudkan dengan mewakafkan aset dari hasil penjualan browniesnya.

Tahukah sahabat, UNICEF mengungkapkan, populasi anak di Indonesia pada tahun 2020 berada pada posisi keempat terbanyak di dunia. Jumlahnya mencapai 80 juta jiwa. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun yang sama, Indonesia “menanggung” 32,96 juta anak usia dini (0-6 tahun) alias 12,19 persen total populasi. 

Menurut UNICEF, pengasuhan dan pendidikan yang anak-anak alami sejak dini, hingga usia 6 tahun memberikan pengaruh yang “istimewa” bagi pertumbuhan, perkembangan, dan kemampuan pembelajaran di masa depan. Untuk itu, pemerintah menggalakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sayangnya, mengutip ketikunpad, hanya satu dari empat (¼) anak-anak di Indonesia yang dapat mengikuti PAUD. 

Betul jika tanggung jawab pendidikan anak, apalagi usia dini, merupakan tanggung jawab kedua orang tuanya. Isyarat perintahnya Allah S.W.T. sampaikan melalui kalam-Nya. Salah satunya, tertuang dalam surat An-Nisa ayat 9,

Allah S.W.T. berfirman:

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا

Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka dan khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan berbicara dengan tutur kata yang benar.

Sayangnya, mengutip Nadwa*, mayoritas orang tua belum mengetahui bagaimana konsep pendidikan keluarga seperti apa. Padahal sejatinya, keluarga berperan penting dalam menanamkan budi pekerti, sosial, kewarganegaraan, pembentukan kebiasaan dan pendidikan intelektual anak. 

Karena itu, seyogyanya pendidikan anak mendapatkan perhatian besar dari sebanyak mungkin pihak. Salah satunya ialah Bu Syukur. Masya Allah, Allah S.W.T. yang Maha Mengenggam Hati setiap hamba, yang menggerakan hati Bu Syukur perhatian pada pendidikan anak. 

Bu Syukur rela melepaskan salah satu asetnya untuk kepentingan pendidikan, salah satunya pendidikan anak. Tak hanya itu, bentuk perhatiannya ia tunjukkan dengan turut hadir melihat kegiatan, bahkan memberi beberapa brownies dan eskrim untuk anak-anak yang hadir.

Bertempat di daerah Arcamanik, kini aset tersebut telah bertransformasi menjadi Baitul Qur’an. Bu Syukur berharap, jika rumah tersebut dapat menjadi wahana bagi anak-anak dapat berinteraksi dengan Al-Qur’an, dapat mengenal Allah S.W.T. dan Rasul-Nya.

Harapan tersebut, Alhamdulillah, sedikit demi sedikit dapat terwujud dengan washilah divisi Pendidikan Yayasan Percikan Iman. Bu Rizkarima, selaku Kepala Divisi Pendidikan mengungkapkan jika harapan tersebut berkelindan dengan harapan warga sekitar Baitul Qur’an Percikan Iman. 

“Kegiatan ini juga semoga mewujudkan harapan warga sekitar, juga dari kader Posyandu di RT setempat,” kata Bu Rizka. “Mereka sangat berharap ada kegiatan untuk anak usia Dini di tengah-tengah masyarakat sehingga membantu menstimulasi perkembangan anak-anak.”

Mengusung nama “Ahad Ceria”, setiap hari Ahad (pukul 10-12 siang), anak-anak sekitar Baitul Qur’an memperoleh materi pengantar ibadah (wudhu, shalat, dan sebagainya), pengenalan huruf hijaiyah dengan metode tilawati, setimulasi perkembangan anak usia dini, dan pra membaca untuk anak usia dini. Semuanya dikemas dengan nuansa permainan. Tujuannya kegiatan ini, sejalan dengan tujuan pendidikan anak usia dini, yakni stimulasi perkembangan anak.


“Seperti yang kita ketahui bersama, anak usia 3-6 tahun berada pada periode emas (Golden Age), dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yg pesat sehingga kita harus memanfaatkan moment ini dengan stimulasi yang baik dan tepat sesuai dengan kebutuhannya,” terang Bu Rizka. 

Lengkap rasanya ketika harta yang kita miliki dapat bermanfaat bagi orang lain. Apalagi, mereka merupakan anak-anak generasi penerus. Siapa tahu, mereka pada saatnya nanti menjadi pewaris amal sholeh kita, terutama ketika kita sudah meniggalkan jasad kita. 

Begitu nampaknya yang dirasakan oleh mereka yang dapat mewakafkan hartanya, mengembalikan harta kepada Allah S.W.T. semata-mata. Membuka jalan sehingga kebermanfaatan dapat terus bergulir. 

Beruntungnya Bu Syukur yang telah mengabadikan hartanya menjadi fasilitas untuk memperkenalkan anak-anak pada Allah S.W.T. Semoga menjadi jariyah bagi beliau di alam barzakh sana. Menjadi cahaya di gelapnya alam kubur, meluaskan tempat peristirahatannya di sesempit-sempitnya tempat, dan menjadi teman di sepinya alam barzakh.

Ketika kita sudah tahu kematian bisa datang kapan saja, sungguh beruntung mereka yang tak menunda-nunda beramal sholeh.

Mari kita “abadikan harta kita” dengan sadaqah melalui Yayasan Percikan Iman


————

* Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 8, Nomor 2, Oktober 2014, Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini oleh M. Syahran Jailani (IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi)

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *