“Olmert umumkan penghentian secara sepihak sejak ahad (18/1/09) pukul 02.00 waktu setempat., namun, tetap menempatkan pasukannya di Gaza.” ( Al Jazeera, 19/1/09).
Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengklaim bahwa Israel telah mencapai target agresinya ke Jalur Gaza yang telah ditetapkan oleh kabinetnya sehingga gencatan senjata secara sepihak oleh Israel dilakukan.
Namun, menurut Osama Hamdan, pejabat Hamas di Lebanon, Ia mengatakan.
“Satu-satunya keberhasilan mereka adalah membunuh warga sipil dan mereka tidak berhasil menghancurkan sasaran yang mereka inginkan,”
“Sasaran mereka adalah mengubah situasi di Gaza, menghancurkan Hamas di Gaza dan menghentikan serangan roket. Semua itu tidak tecapai. Kemarin 39 roket ditembakkan ke arah pemukiman Yahudi.”
Apa sebenarnya tujuan Israel menyerang Gaza?
Sejak pertama kali Israel menyerang Gaza di permulaan tahun 1430 H, pertanyaan ini terus beranak pinak, selain sifat asal bangsa kera yang suka membuat kerusakan, Apa sebenarnya tujuan Israel menyerang Gaza?
Kalau tujuannya adalah untuk menghancurkan Hamas, maka jelas Israel telah gagal. Pernyatan gencatan senjata secara sepihak oleh Israel dan penegasan Hamas itu, membuktikan bahwa Israel tidak mampu menumbangkan Hamas, apalagi sampai hari ke-23 pasukan Zionis juga masih belum bisa menguasai Gaza sepenuhnya. Bisa jadi Israel sudah memprediksikan bahwa mereka akan bernasib sama seperti saat Israel mlawan Hizbullah di Libanon, yaitu kalah telak.
Karenanya, genjatan senjata sepihak ini bisa disebut sebagai ‘exit strategi’ Israel untuk keluar dari medan pertempuran tanpa tanpa kehilangan muka.
Untuk itu Israel menunjukkan seolah-olah tindakannya adalah hasil perundingan dengan Mesir dan Amerika Serikat. Dengan genjatan senjata ini juga seolah-olah Israel mematuhi resolusi PBB 1860 yang meminta kedua belah pihak melakukan genjatan senjata.
Kalau tujuannya adalah untuk menguatkan posisi Mahmud Abbas dengan Fatahnya untuk menggantikan posisi Hamas di Gaza, juga bisa disebut gagal. Realitas yang terbangun justru sebaliknya, pamor Abbas dimata rakyat Palestina dan dunia islam semakin semakin menurun dan dukungan rakyat Palestina serta dunia Islam kepada Hamas justru semakin menguat.
Sembari terus menggali argumentasi rasional untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya kira ada tiga hal yang bisa saya tarik dari mundurnya Israel dari jalur Gaza :
1. Ini bukti kegagalan dan kekalahan Israel meski jumlah korban rakyat sipil di pihak Palestina sangat besar, tapi kekuatan Mujahidin tidak berkurang sedikitpun
2. Ini bukti kemenangan mujahidin
3. Sekaligus bukti kekalahan penguasa pengecut dan pengkhianat seperti Saudi, Mesir, dll.
* * *
[Ibnu Khaldun, 20/1/09]
Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengklaim bahwa Israel telah mencapai target agresinya ke Jalur Gaza yang telah ditetapkan oleh kabinetnya sehingga gencatan senjata secara sepihak oleh Israel dilakukan.
Namun, menurut Osama Hamdan, pejabat Hamas di Lebanon, Ia mengatakan.
“Satu-satunya keberhasilan mereka adalah membunuh warga sipil dan mereka tidak berhasil menghancurkan sasaran yang mereka inginkan,”
“Sasaran mereka adalah mengubah situasi di Gaza, menghancurkan Hamas di Gaza dan menghentikan serangan roket. Semua itu tidak tecapai. Kemarin 39 roket ditembakkan ke arah pemukiman Yahudi.”
Apa sebenarnya tujuan Israel menyerang Gaza?
Sejak pertama kali Israel menyerang Gaza di permulaan tahun 1430 H, pertanyaan ini terus beranak pinak, selain sifat asal bangsa kera yang suka membuat kerusakan, Apa sebenarnya tujuan Israel menyerang Gaza?
Kalau tujuannya adalah untuk menghancurkan Hamas, maka jelas Israel telah gagal. Pernyatan gencatan senjata secara sepihak oleh Israel dan penegasan Hamas itu, membuktikan bahwa Israel tidak mampu menumbangkan Hamas, apalagi sampai hari ke-23 pasukan Zionis juga masih belum bisa menguasai Gaza sepenuhnya. Bisa jadi Israel sudah memprediksikan bahwa mereka akan bernasib sama seperti saat Israel mlawan Hizbullah di Libanon, yaitu kalah telak.
Karenanya, genjatan senjata sepihak ini bisa disebut sebagai ‘exit strategi’ Israel untuk keluar dari medan pertempuran tanpa tanpa kehilangan muka.
Untuk itu Israel menunjukkan seolah-olah tindakannya adalah hasil perundingan dengan Mesir dan Amerika Serikat. Dengan genjatan senjata ini juga seolah-olah Israel mematuhi resolusi PBB 1860 yang meminta kedua belah pihak melakukan genjatan senjata.
Kalau tujuannya adalah untuk menguatkan posisi Mahmud Abbas dengan Fatahnya untuk menggantikan posisi Hamas di Gaza, juga bisa disebut gagal. Realitas yang terbangun justru sebaliknya, pamor Abbas dimata rakyat Palestina dan dunia islam semakin semakin menurun dan dukungan rakyat Palestina serta dunia Islam kepada Hamas justru semakin menguat.
Sembari terus menggali argumentasi rasional untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya kira ada tiga hal yang bisa saya tarik dari mundurnya Israel dari jalur Gaza :
1. Ini bukti kegagalan dan kekalahan Israel meski jumlah korban rakyat sipil di pihak Palestina sangat besar, tapi kekuatan Mujahidin tidak berkurang sedikitpun
2. Ini bukti kemenangan mujahidin
3. Sekaligus bukti kekalahan penguasa pengecut dan pengkhianat seperti Saudi, Mesir, dll.
* * *
[Ibnu Khaldun, 20/1/09]