Mengatur Keuangan Selama Ramadhan

Rasulullah Saw. menyunahkan bergembira saat Idul Fitri. Ya, bersuka cita menyambut datangnya Idul Fitri sama sekali tidak dilarang. Allah Swt. bahkan mengisyaratkan agar kita menikmati kebahagiaan di dunia (baca: bergembira merayakan Idul Fitri) dalam salah satu firman-Nya.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash [28]: 77)

Bagi sebagian besar orang, sunah Rasulullah tersebut di atas diartikan dengan menghabiskan uang untuk belanja berbagai barang yang dianggap wajib ada di hari Lebaran; entah kue, pakaian, perangkat shalat, parsel, bahkan perabot serta kendaraan baru. Tak heran kalau kemudian Idul Fitri menjelma menjadi momen yang dapat memaksa kita menghabiskan uang dengan cepat. Istilah kerennya, ngeborong.

Dalam menghadapi momen tersebut, kita harus cerdas mengatur pengeluaran; mulai dari belanja kebutuhan makanan di bulan puasa, kewajiban memberikan Tunjangan Hari Raya atau THR kepada orang-orang yang bekerja di rumah, mudik, membeli hantaran, membeli baju baru, dan lain sebagainya. Hal ini ditambah dengan sale (obral hari raya) yang bertebaran di pusat-pusat perbelanjaan serta harga-harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi.

Pengaturan keuangan di bulan Ramadhan ini menjadi penting karena tergolong dalam katagori pengendalian diri. Banyak yang berhasil mengendalikan diri dan menahan hawa nafsu di bulan Ramadhan, tetapi justru gagal menahan hawa nafsu untuk tidak boros menjelang Idul Fitri. Memang tidak ada patokan ideal untuk pengeluaran belanja Lebaran. Menurut Safir Senduk (konsultan keuangan pribadi dan rumah tangga), umumnya di bulan Ramadhan sampai lebaran, satu keluarga mengeluarkan anggaran belanja 2-3 kali lebih banyak dibanding bulan-bulan di luar Ramadhan. Menurutnya, pengeluaran ini masih termasuk wajar.

Lalu bagaimana kita mengelola keuangan agar bisa melewati momen Ramadhan dan Idul Fitri dengan ‘selamat’? Perencana Keuangan Ahmad Gozali menganjurkan agar agenda belanja yang akan dilakukan selama Ramadhan direncanakan dengan baik. Perencanaan yang baik di sini paling tidak harus dilakukan dua bulan sebelum hari H untuk menghidari pengeluaran belanja yang tidak perlu. Ada banyak cara untuk menghindari pemborosan saat belanja untuk keperluan Ramadhan dan Lebaran. Namun demikian, kunci utamanya ada pada pengendalian diri. Puasa bukan sekadar mengendalikan lapar dan haus, tapi juga mengontrol nafsu belanja. Bagi kaum hawa, mungkin ini agak sedikit berat untuk dilakukan. Karena itu, diperlukan strategi khusus untuk mengubah tradisi boros ini di dua kesempatan tersebut.

Langkah utama yang perlu dilakukan adalah dengan memisahkan antara kebutuhan rutin sehari-hari dengan kebutuhan tidak rutin saat Ramadhan dan Lebaran. Kemungkinan naik atau turunnya harga barang kebutuhan saat Ramadhan dan Lebaran juga harus diantisipasi. Selain itu, menu santapan sahur dan buka puasa juga harus diatur dengan bijak.

Saat belanja kebutuhan Ramadhan dan Idul Fitri, upayakan agar tidak dilakukan saat sedang shaum. Menurut penelitian yang dilakukan sebuah universitas terkemuka di Indonesia, keinginan belanja seseorang akan meningkat tajam ketika sedang lapar. Untuk itu, belanja kebutuhan shaum hendaknya dilakukan sebelum Ramadhan tiba supaya jumlahnya lekas diketahui dan pengadaan dananya juga dapat dipenuhi sejak dini. Dengan cara ini, banyak keuntungan yang akan didapat, diantaranya irit tenaga, memperoleh harga yang relatif lebih murah, serta akan membuat kita bisa lebih khusyuk beribadah tanpa terbebani urusan belanja.

Saat mengatur keuangan untuk belanja berbagai keperluan Ramadhan dan Lebaran, satu yang tidak boleh kita lupakan adalah sedekah. Bukankah sebaik-baiknya sedekah adalah yang dikeluarkan pada bulan Ramadhan? Rasulullah Saw. pernah bersabda: “Sebaik-baik sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan.” (HR. Tirmizi)

Menyikapi penawaran dari Allah Swt. tersebut, kita harus mempersiapkan dana yang cukup sehingga kita dapat meraih pahala sedekah yang berlipat ganda di bulan Ramadhan ini. Selain sedekah, kita juga diperintahkan untuk mengeluarkan zakat fitrah sehingga harus dipersiapkan jauh-jauh hari anggaran untuk hal itu. Semua itu lebih baik ketimbang memesan makanan yang berlebihan atau membeli barang yang tidak benar-benar dibutuhkan.

***

TIPS:

Lebih lengkap, berikut dijabarkan cara mengatur keuangan saat Ramadhan dan Idul Fitri agar pasca momen-momen tersebut kondisi keuangan tetap aman.

1. Susun anggaran.
Perencanaan anggaran sangat penting sebagai pedoman untuk belanja selama satu bulan penuh. Dengan anggaran yang rapih, kita bisa terhindar dari belanja yang tidak perlu sehingga pemborosan dapat ditekan. Dalam perencanaan anggaran, Anda dapat memilah mana belanja yang harus diprioritaskan dan mana yang dapat ditangguhkan. Hitunglah berapa anggaran yang diperlukan untuk belanja rutin dan pos-pos tambahan untuk keperluan Ramadhan dan Lebaran. Pos rutin belanja rumah tangga bisa dipenuhi oleh pemasukan rutin bulanan, dan pos belanja keperluan Lebaran bisa di-cover oleh THR. Kunci dalam menyusun anggaran tentunya harus disesuaikan dengan pemasukan yang ada, dan tidak dilebih-lebihkan.

2. Analisa anggaran.
Setelah anggaran tersusun dengan baik, lakukan analisa terhadap pengeluaran tersebut dan tetapkan strategi keuangan selanjutnya dengan melihat skala prioritas dan prosentase pengeluaran.

3. Bijak dalam berbelanja.
Setelah menyusun anggaran, patuhi anggaran tersebut. Saat berbelanja, jangan keluar dari yang sudah dianggarkan. Sebenarnya akan lebih baik jika Anda mempersiapkan keperluan Ramadhan dan Lebaran jauh-jauh hari sebelum Ramadhan untuk mendapatkan barang dengan harga yang masih stabil. Sayangnya, tradisi perusahaan di negara kita adalah memberikan THR mendekati hari Lebaran. Belanja jauh-jauh hari sebelum Ramadhan juga membuat kita tidak disibukkan dengan aktivitas tersebut saat-saat terakhir Ramadhan yang mengharuskan kita beribadah secara khusyuk.

4. Cari tempat belanja yang lebih murah.
Berbelanjalah di grosir agar Anda bisa berbelanja dalam jumlah banyak dengan harga lebih murah. Kiat belanja hemat yang layak dicoba adalah dengan belanja secara beramai-ramai dan patungan dengan sejumlah tetangga ketika hendak membeli produk yang sama dalam partai besar. Selan itu, berbelanjalah pada saat yang tepat. Upayakan tidak berbelanja menjelang sore karena akan banyak orang berbelanja dan membuat kita tidak nyaman. Berbelanja pagi biasanya paling nyaman. Belanja malam pun layak dipertimbangkan jika memang sedang berhalangan mengerjakan shalat Tarawih sehingga Anda memiliki kelonggaran waktu berbelanja.

5. Bijak dalam menggesek kartu kredit.
Jangan pernah menganggap kartu kredit sebagai penghasilan tambahan. Kartu kredit memang bisa membantu keuangan tapi kartu kredit pun bisa membuat bangkrut keuangan Anda. Bersikaplah bijak dan menyadari bahwa kartu kredit sama dengan utang yang harus Anda bayar keesokan hari. Gunakanlah kartu kredit hanya pada saat-saat kritis.

6. Dana taktis.
Bila sudah pandai menyesuaikan atau membedakan antara kebutuhan dan keinginan, Anda akan bisa menyisihkan sebagian uang untuk ditabung di rekening atau disimpan di amplop terpisah sebagai dana taktis atau darurat. Cara ini akan meminimalkan kemungkinan tergerogotinya rekening tabungan. Nah, saat-saat seperti Ramadhan dan Idul Fitri seperti inilah Anda membutuhkan dana taktis. Maka pergunakankanlah dana tersebut meski Anda juga harus tetap berhati-hati menggunakannya. Jangan habiskan dana taktis dalam satu bulan saja mengingat bulan depan sangat mungkin Anda juga memerlukan dana tersebut.

7. Jauhi boros, pamer, dan gengsi.
Jika tak mampu menyelenggarakan open-house bagi keluarga besar di rumah saat Lebaran, Anda tidak usah gengsi untuk mengakui. Alihkan saja acara tersebut ke rumah kerabat lain yang dinilai lebih mampu menyelenggarakannya. Lebaran bukan berarti harus membeli pakaian baru. Dengan sedikit kreativitas mix and match pakaian, maka Anda pun dapat tampil gaya di hari Lebaran. Selain itu, mudik bisa menghabiskan dana yang sangat besar. Jika tak ada dana, mengapa memaksa harus mudik? Lakukan alternatif lain seperti patungan antara sesama saudara untuk mendatangkan orangtua yang tinggal di luar kota. Cara ini mungkin akan lebih ekonomis bila dibandingkan dengan beramai-ramai mudik ke kampung halaman.[Ali]

 

Sumber : MAPI Spesial 1431H

 

Humas PI

Humas PI

PERCIKAN IMAN ONLINE DIGITAL - Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667 | info@percikaniman.org

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

slot mahjong
slot mahjong
slot pragmatic
gambolhoki
slot pragmatic