Mengawal Syawwal Dengan Tawakkal (part 1)

Percikan Iman – Alhamdulillaah, bersykur kita pada Allah S.W.T. karena jatah usia kita masih sampai hingga penghujung Ramadhan 1443 Hijriah. Setelah sebulan penuh kita Allah S.W.T. karantina di Madrasah Ramadhan, selanjutnya saatnya kita kembali pada hari-hari yang lain, dimulai dengan syawwal.

Sawwal merupakan titik fundamental untuk kita dapat membuktikan kesuksesan Pasca Ramadhan. Untuk itu, kita perlu perangkat agar kita dapat menjadikan Syawwal sebagai momentum menjaga spirit. Salah satu perangkat itu bernama tawakkal.

Membicarakan tawakkal, kita akan menemukannya dalam Qur’an surat Ali-Imron ayat 159-160 yang berbunyi

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Karena rahmat Allah, kamu (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentu mereka menjauhkan diri darimu. Karena itu, maafkan mereka, mohonkan ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah mencintai orang yang bertawakal.

اِنْ يَّنْصُرْكُمُ اللّٰهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۚ وَاِنْ يَّخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِيْ يَنْصُرُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِهٖ ۗ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ

Jika Allah menolongmu, tidak ada yang dapat mengalahkanmu. Namun, jika Allah tidak menolongmu, siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karenanya, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal

“Karena rahmat Allah, karena cinta Allah, kamu (Muhammad) berlaku lemah-lembut”. Meski ayat ini ditujukkan pada Nabi kita, bukan berarti ayat ini berlaku hanya pada Nabi, melainkan kita selaku umatnya harus mengikuti beliau, berlaku lemah lembut.

Kalau (hati) kita kasar, maka orang menjauh dari kita. Kalau orang dekat di sekitar kita, istri kita, suami kita, anak kita menjauh dari kita, saatnya kita introspeksi diri, bisa jadi kita berperilaku kasar.

Selanjutnya, jika mereka berbuat salah, bertoleransi-lah, maafkan mereka, jadilah pemaaf!, Tak hanya memaafkan, namun Allah S.W.T. juga memandu kita agar kita “memohonkan ampun” (pada Allah S.W.T.). Panjatkan do’a yang baik-baik, apalagi terhadap mereka yang menjadi keluarga kita.

Jika kita membuka sejarah, Rasulullah S.A.W. begitu dihinakan selama di Makkah, namun ketika Fathu Makkah, Rasul membebaskan mereka semua.

Ayat ini kemudian diakhir dengan perintah, “Kalau kamu berazzam, ber-tawakkal-lah pada Allah S.W.T.”

Pada ayat berikutnya, ayat 160, Allah S.W.T menguatkan kita dengan kalimat “Jika Allah S.W.T. menolongmu, tidak ada yang dapat mengalahkan”. Yakinlah Allah S.W.T. akan menolong ketika kita berperilaku, bersikap, sesuai dengan kehendak Allah S.W.T. dan bergantung (tawakkal) pada Allah S.W.T.

Jangan berputus asa dari pertolongan Allah S.W.T., misal ketika kita menghadapi anak kita. Teruslah bergantung pada Allah S.W.T. tetaplah berlaku lemah lembut, maafkan, dan mohonkan ampun pada Allah S.W.T. Kita tidak tahu, kapan persisnya anak kita akan menggamit hidayah.

Dari ayat-ayat tersebut, kita dapat mengetahui jika tawakkal itu dipupuk dengan keimanan dan amal sholeh.

Lantas, apa itu tawakkal? Agar lebih mudah memahaminya, alangkah baiknya jika kita bahas dulu apa itu unsur-unsur pembangun tawakkal:

  1. Memiliki cita-cita mulia atau agung (azzam)

Orang yang bertawakkal cita-citanya pasti bagus. Tercermin dari do’a-do’a yang mereka panjatkan. Pertama, do’a yang menurut Ummu Salamah sering dipanjatkan oleh Rasulullah S.A.W. Do’a tersebut ialah do’a yang terkandung pada Qur’an, Surat Al-Baqoroh ayat 201 dan Al-Furqon ayat 74

وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Di antara mereka juga ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” Al-Baqarah:201

Apakah ada cita-cita yang lebih tinggi, yang lebih agung ketimbang mendapatkan kebahagiaan? Dalam hal ini, bukan hanya di akhirat, namun juga bahagia selama menempuhi perjalanan selama di dunia.

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

orang-orang yang berdoa, “Ya Tuhan, anugerahkan kepada kami pasangan dan keturunan yang menjadi penyejuk hati kami dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang- orang bertakwa. Al-Furqan:74

Bukti kalau di situ mengandung cita-cita agung (ideal) ialah pada kalimat“jadikan aku imam bagi orang-orang yang bertaqwa”. Kalau sulit ktia raih, do’akan anak keturunan kita (agar dapat menjadi penerus atau dapat memperbaiki kurangnya).

Ustadz Aam sering dibawa bapak ngaji ke Pajagalan. Beliau selalu mendo’akan Ustadz Aam menjadi Ustadz, membina majelis ilmu. Bapak sering dan suka menjadi panitia keberangkatan haji. Bapak ngado’a agar anak-anaknya bisa haji. Ini cita-cita orang tua.

Mari kita kawal syawal kita dengan tawakkal, dimulai dengan memiliki cita-cita agung (azzam).

  1. Ahsanu ‘amala, menapaki hidup dengan amalan terbaik (Beramal/ bekerja/ belajar dengan kualitas sebaik-baiknya. ed)

Dalam Al-Qur’an surat Al-Mulk ayat 1-2, Allah S.W.T. berfirman,

 

تَبٰرَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُۖ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌۙ

Mahasuci Allah yang menguasai segala kerajaan dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

Allah S.W.T. yang menciptakan mati dan hidup, untuk mengujimu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya. Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.

Pada ayat tersebut, Allah S.W.T. mengawalinya dengan kalimat “Allah yang Maha Suci yang Menguasai dan Segala Sesuatau)”

Kita diciptakan oleh Allah S.W.T. dengan takdir satu zaman. Salah satu hikmahnya ialah untuk menguji siapa yang terbaik di antara kita.

Kemudian, bagaimana bentuk implementasinya?

Ketika kita meminta menjadi imam bagi orang bertaqwa, maka kita harus berupaya berperilaku, beramal dengan kualitas dan kuantitas terbaik di antara sesamanya.


Tulisan merupakan resume materi Ustadz Aam Amirudin pada acara Majelis Percikan Iman (MPI) Ahad, 15 Mei 2022 di Masjid Peradaban Percikan Iman Arjasari

Media Dakwah Percikan Iman

Media Dakwah Percikan Iman

Yayasan Percikan Iman | Ruko Komplek Kurdi Regency 33A Jl. Inhoftank, Pelindung Hewan Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40243 Telp. 08112216667

Related Post

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

slot mahjong
slot mahjong
slot pragmatic
gambolhoki
slot pragmatic