Percikan Iman – Seorang anak pintar di Kanada tega membunuh orang tua-nya lantaran dituntut untuk menjadi siswi berprestasi. Kemudian, seorang anak berusia 23 tahun di Depok tega membacok orang tuanya lantaran merasa tertekan oleh kata-kata orang tuanya. Anak pada dasarnya, lahir ke dunia membawa potensi baik. Hanya, ketika orang tua-nya salah menyikapi kehadirannya, alih-alih menjadi pendorong ke surga, malah sebaliknya.
Maksud orang tua Jennifer mungkin baik, sebagai pengungsi dari Vietnam, mereka ingin anaknya hidup lebih layak di tempat barunya. Hanya, pendekatan yang terlalu menekan mengakibatkan mental anak tertekan hingga melewati batasnya. Selama menempuh pendidikan dasar dan menengah, Jennifer berhasil mengikuti dorongan orang tuanya, dan akhirnya dia pun berhasil sebagai sarjana farmasi dengan mudah di Universitas Toronto, Kanada. Namun, pada akhirnya, Jennifer tak mampu lagi dorongan emosinya yang berpuluh tahun terpendam.
Pun niat orang dari seorang anak di Depok. Kami meyakini, maksud orang tuanya baik, yakni untuk memotivasi anaknya, namun nadanya terdengar merendahkan. “Lo tuh dari lahir sampai detik ini coba sebutin satu aja apa yang membuat orang tuamu bangga?”. Bisa jadi bukan sekali anak tersebut mendengar perkataan tersebut. Namun, emosi yang selama ini terpendam tak mampu lagi ia bendung. ia sulit mengendalikan dirinya. Marah dan bingung bersatu menutup kesadarannya, dan akhirnya gelap mata, dan pada akhirnya membunuh orang tuanya.
Fitrahnya, tak ada satupun orang tua yang mau kehidupan anak-nya lebih buruk darinya. Meski orang tua berprofesi pada “industri” haram, pasti dia tetap ingin anaknya menjadi orang sholeh; baik akhlaknya, tinggi pencapaiannya. Dalam menyikapi dorongan tersebut, ada orang tua yang terjebak pada sikap terlalu mengekang anak. Namun, di sisi lain, ada juga orang tua yang berlarut merasakan anak sebagai beban yang pada akhirnya menjadi orang tua permisif, membiarkan anak tumbuh tanpa pendampingan
Alhamdulillah, di zaman ini, ilmu parenting dapat diakses dengan mudah. Hanya, paradigma yang berkembang membuat orang tua berpikir kalau ilmu parenting itu adalah ilmu untuk memperbaiki anak. Padahal, yang benar, parenting adalah ilmu untuk memperbaiki sikap orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak. Yang paling utama, kita harus menerima bagaimana pun kondisi anak kita. Di dalam Al-Qur’an, kita dapat menemukan, setidaknya, empat tipe anak.
Yang pertama ialah tipe penyejuk hati. Tipe pertama ini, tentu tipe yang paling kita inginkan. Anak tumbuh menjadi hamba yang bertakwa, sholeh, serta berbakti pada orang tuanya. Dalam Qur’an, surat Al-Furqan ayat 74, Allah Swt. berfirman,
وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
orang-orang yang berdoa, “Ya Tuhan, anugerahkan kepada kami pasangan dan keturunan yang menjadi penyejuk hati kami dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang- orang bertakwa.”
Tipe kedua ialah tipe “perhiasan dunia”. Tipe ini adalah tipe anak yang bisa dibanggakan di hadapan orang lain. Apakah karena jabatannya, pekerjaannya, atau karena keilmuan alias gelar akademiknya. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Qur’an, surat Al-Kahf ayat 46,
اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. Namun, amal kebajikan yang dilakukan terus-menerus lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
Orang tua manapun tentu ingin anaknya bisa hidup mandiri, berprestasi, hingga diterima oleh orang lain secara luas. Namun, selaku orang tua yang beriman, alangkah baiknya, jika kita juga memperhatikan aspek-aspek keagamannya karena yang berprestasi belum tentu berbakti, dan pada akhirnya malah meninggalkan masa tua Anda dalam sepi. Idealnya, semua orang tua ingin anaknya berprestasi sekaligus berbakti. Hanya, tak ada yang dapat mengakomodasi semua kebutuhan tersebut kecuali dengan pendidikan Islami.
Tipe berikutnya, anak yang menjadi fitnah atau ujian bagi orang tuanya. Sebagai pribadi, Anda tumbuh menjadi pribadi yang sholeh. Taat pada Allah Swt, berprestasi, bahkan Anda pun diterima oleh banyak orang. Namun, anak Anda justru tumbuh menjadi anti-tesis Anda. Dia tak sampai menentang Anda, namun perilakunya tak mencerminkan imajinasi orang lain bagaimana seharusnya menjadi anak dari orang tua seperti Anda. Kondisi tersebut tentu akan cukup melelahkan bagi Anda karena memerlukan energi ekstra untuk kesabaran yang ekstra. Karena itu, Allah Swt. memberi kita peringatan lewat Qur’an, surat At-Taghabun ayat 15,
اِنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
Sesungguhnya, hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan bagimu, dan di sisi Allah ada pahala besar.
Tipe terakhir adalah tipe yang akan sangat melelahkan bagi Anda selaku orang tua. Yakni tipe anak yang menentang perjuangan Anda. Dia memilih berhadapan dengan keyakinan dengan yang Anda perjuangkan. Padahal, Anda ada di sisi yang benar, sebagaimana salah satu dari empat anak dari Nabi Nuh As, Kan’an. Dia bukan saja tidak mencerminkan ajaran yang dibawa oleh orang tuanya, bahkan dia terang-terangan menentang perjuangan ayahnya. Bahkan, meski dia sudah tak bisa selamat, Ka’an, tetap menentang ayahnya. Dalam Qur’an, surat At-Taghabun ayat 14, Allah Swt. berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ مِنْ اَزْوَاجِكُمْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْۚ وَاِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Hai, orang-orang beriman! Sesungguhnya, di antara pasangan-pasanganmu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Pada dasarnya, tidak ada anak yang nakal, kecuali ada peran serta orang tua dalam pengasuhan maupun pendidikan anaknya. Betul, hidayah-taufik itu hak prerogatif Allah Swt., namun selaku orang tua, kita pun berkewenangan untuk memilih sikap terbaik, sebagaimana prinsip-prinsip yang digariskan oleh Allah Swt. dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Faktanya, tidak semua orang tua berkesempatan menimba ilmu dari sumber yang paling jernih. Orang tua terpaksa mengambil hikmah dari ilmu yang ada di sekitar mereka. Pada akhirnya, muncullah, tipe-tipe orang tua di tengah-tengah masyrakat.
Yang pertama adalah tipe authoritarian parents. Tipe orang tua ini adalah orang tua yang selalu menggunakan otoritasnya dalam mendidik anak. Ciri-cirinya, lebih banyak mengancam atau menakut-nakuti anak daripada memotivasi atau mengedukasi anak. Pun ia memberlakukan aturan yang sangat ketat tanpa mempedulikan pendapat anaknya.
Selanjutnya, adalah tipe orang tua yang permissiv. Bisa jadi alasannya karena sayang, akhirnya segala yang diminta anaknya diberi tanpa mempedulikan prinsip-prinsip kebaikan atau manfaat. Orang tua tipe ini cenderung sangat longgar dalam aturan, bahkan cenderung membiarkan.
Ketiga, adalah tipe yang ideal, yakni tipe authoritative. Orang tua tipe ini bisa menyikapi anaknya sesuai usia atau perkembangan mental dan fisik anak. Orang tua tipe ini, mengasuh anak dan mendidiknya berdasarkan prinsip-prinsip dan pendekatan yang disesuaikan dengan anaknya. Ada masanya anak diberikan keleluasaan, ada fes di mana anak harus belajar disiplin dengan aturan yang jelas.
Terakhir adalah tipe uninvolved parents. Jika orang tua permissive memberikan segalanya karena sayang, tipe ini sebaliknya, bisa jadi menganggap anaknya sebagai beban. Akibatnya, orang tua tipe ini cenderung tidak begitu peduli dengan anaknya. Apakah alasannya karena karir atau mungkin karena memang tidak mau punya anak pada awalnya.
Karakter orang tua pada tipe-tipe tersebut merupakan karakter yang kita temukan di tengah-tengah masyarakat kita. Namun, kita juga dapat menjadikannya sebagai cerminan. Setelah itu, mungkin kita menemukan ada di sebagian dari karakter tersebut ada pada diri kita. Jika itu sudah baik, maka adanya karakter tersebut dapat menjadi pijakan untuk kita terus bertahan dan bersabar. Namun, jika ada karakter yang kurang baik, kita bisa memperbaikinya.
Dalam perkembangannya, seiring perkembangan zaman, para ilmuan juga merumuskan karakteristik spesifik yang ditemukan di zaman ini. Yang pertama, adalah tiger parents. Mereka orang tua yang mendorong anak-anak untuk unggul secara akademis dengan segala cara. Secara spesifik orang tua yang menerapkan pola asuh tiger parenting cenderung mengatur kehidupan anak secara mikro. Hal ini bertujuan untuk memastikan kalau anak memenuhi harapan orang tua yang tinggi.
Selanjutnya, adalah tipe strawberry. Orang tua tipe ini, adalah sisi ekstrem yang berlawanan dengan tipe tiger. Mirip dengan gaya pengasuhan permisif, strawberry parents menggambarkan pendekatan yang penuh perhatian dan kasih sayang. Hanya, saking “sayangnya”, segala apa yang anak inginkan dipenuhi, tidak diperkenalkan dengan tujuan hidup yang benar, dan tidak ada penegakkan disiplin, akhirnya mental anaknya lembek layaknya strawberry.
Menurut Prof. Rhenald Kasali, strawberry parents menghasilkan generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati. Mereka cenderung bergantung pada orang lain dan rentan terhadap tekanan maupun stres yang dirasakan.
Selanjutnya, dengan ragam karakter anak dan potensinya, bagaimana sikap kita selaku orang tua? Insya Allah, akan kita bahas pada artikel berikutnya.
Wallahu a’lam bi shawwab
_____
Tulisan ini, kami kembangkan berdasarkan materi yang disampaikan oleh guru kita, Dr. Aam Amirudin, M.Si. pada Majelis Percikan Iman (MPI) di Masjid Al-Irsyad, Kota Baru Parahyangan, serial “Wonderfull Parents”, pada Kamis, 15 Agustus 2024