Percikan Iman – Siapa yang tidak lelah ketika harus berangkat kerja pagi-pagi sekali, menerobos kemacetan, di kantor harus menghadapi bos yang cerewet beserta tugas kantor yang tak habis-habis.
Belum lagi ketika pulang ke rumah, ayah-ibu yang bekerja harus menghadapi rumah yang berantakan karena anak-anak. Diajak beres-beres bersama untuk mengajari tanggung-jawab pun, anak malah berpaling.
Siapa yang tidak berat ketika sedang nikmat-nikmatnya tidur ditambah dengan udara yang dingin, harus bangun dan mengambil air wudhu. “Pemenuhan hak tubuh sepenuhnya, baru tidur tiga jam, padahal kan harusnya minimal enam jam”.
Lain soal bagi para pencari ilmu. Bagi yang di pesantren, begitu banyak kandungan kitab yang harus dihafalkan, belum lagi harus membaca berbagai sumber untuk memahaminya.
Sedangkan para penghuni kampus, harus berhadapan dengan tugas kuliah an berjibun. Belum selesai tugas satu mata kuliah, dosen lain dengan ‘tega’-nya memberi tugas kelompok.
Kelelahan-demi kelelahan mau tak mau harus kita hadapi selama kita hidup. Rasanya kok tak habis-habis ya?
Tahukah sahabat, jika di titik lelah itulah cinta Allah S.W.T. turun kepada kita?
Guru kita, Ustadz Aam Amirudin memberikan bocorannya pada kita. Pada saat berkegiatan apa saja, Allah S.W.T. akan menurunkan cinta-Nya pada kita.
“Lelah itu manusiawi,” kata Ustadz Aam,”karena pada dasarnya, kita dihadirkan ke dunia ini untuk menghadapi ujian demi ujian, tugas kita ialah berlapang hati menerimanya.”
Beliau melanjutkan, jika di dalam Al-Qur’an, Allah S.W.T. memberikan kita kabar gembira dengan menurunkan cinta-Nya ketika kita berlelah-lelah. Pada saat melakukan apa sajakah Allah S.W.T. akan menurunkan cintanya?
Berikut penulis rangkumkan dari sesi kuliah malam di momen I’tikaf perdana Masjid Peradaban Percikan Iman, tanggal 22 Ramadhan lalu.
Yang pertama, ialah lelah karena ibadah.
Allah S.W.T. mengabarkan pada kita melalui Al-Muzammil: 1-6
يٰٓاَيُّهَا الْمُزَّمِّلُۙ
Hai, orang yang berselimut (Muhammad)!
قُمِ الَّيْلَ اِلَّا قَلِيْلًاۙ
Bangun untuk salat pada malam hari, dan sisakan sedikit waktu malam untuk tidur,
نِّصْفَهٗٓ اَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلًاۙ
yaitu separuhnya atau kurang dari itu,
اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ
atau lebih dari separuhnya, dan bacalah Al-Qur’an dengan perlahan-lahan.
Dalam ayat pertama, Allah S.W.T. menyeru Nabi Muhammad S.A.W. dan kita untuk bangun di waktu istirahat. Untuk apa? Yakni untuk melaksanakan shalat malam. Kita shalat di kala manusia lainnya tertidur pulas, mengurangi jatah waktu istirahat kita.
Bukan hanya untuk shalat, melainkan juga untuk kita “menyantap” ayat-ayat-Nya dengan perlahan, dengan tartil.
Ketika kita memenuhi seruan tersebut, shalat malam, membaca Qur’an, di titik itulah cinta Allah S.W.T. akan turun pada kita. Beberapa bentuk cinta Allah S.W.T. itu berupa peningkatan derajat di sisi Allah S.W.T.
Allah S.W.T. akan memberikan kita “kualitas” diri di atas rata-rata manusia lainnya.
اِنَّا سَنُلْقِيْ عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيْلًا
Sesungguhnya, Kami akan menurunkan perkataan berkualitas kepadamu.
اِنَّ نَاشِئَةَ الَّيْلِ هِيَ اَشَدُّ وَطْـًٔا وَّاَقْوَمُ قِيْلًاۗ
Sesungguhnya, bangun malam itu lebih kuat untuk mengisi jiwa; dan bacaan pada waktu itu lebih berbekas.
Dalam konteks berlelah-lelah dalam ibadah, yang terlingkup di dalamnya tentu bukan hanya shalat malam dan membaca Al-Qur’an. Sebagaimana sebagian sahabat pernah alami dalam ibadah haji dan umroh, pelaksanaanya bukan hanya menuntut keluarnya materi, namun juga mengakibatkan kelelahan.
Ketahuilah ketika Allah S.W.T. menakdirkan kita untuk memenuhi panggilan beribadah padanya, di tangah waktu istirahat kita, di tengah keterbatasan kita, atau hingga kita merasakan lelah, sejatinya Allah S.W.T. berkehendak agar kita memperoleh cinta dari-Nya.
Kedua, lelah karena mencari nafkah
Apakah sahabat pernah merasakan begitu lelah setelah bekerja? Sepulang kerja, rasanya badan begitu letih, rasanya ingin langsung merebahkan badan di kasur. Apakah lelah karena pekerjaan itu sendiri atau karena perjalanannya.
Ketahuilah sahabat, bisa jadi di saat itu-lah Allah S.W.T. menurunkan cinta-Nya pada sahabat.
Apapun peran Anda, apakah sebagai bos yang pusing memikirkan THR anak buahnya, apakah sebagai manajer yang pusing karena memikirkan strategi demi memenuhi target dari bos, atau pun pedagang yang pusing karena dagangnnya sulit laku, padahal semua modal semuanya “dipertaruhkan” pada produk Anda.
Setiap pekerjaan ada pintu lelahnya tersendiri. Ada yang lelah fisiknya, ada yang lelah mentalnya, ada juga yang lelah pikirannya. Semua sama-sama lelah.
Bergembiralah, dalam proses mencari harta halal dan thoyyib tersebut, Allah S.W.T. membuka peluang agar kita dapat meraih cinta-Nya.
Dalam surat Al-Jumu’ah ayat 9-10, Allah S.W.T. berfirman
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Hai, orang-orang beriman! Apabila diseru untuk menunaikan salat Jumat, segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah perdaganganmu. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Apabila salat telah dilaksanakan, bertebaranlah kamu di bumi. Carilah karunia Allah dan banyaklah mengingat Allah agar kamu beruntung.
Al-Jumu’ah: 9-10
Dua ayat tersebut mengandung pesan, agar setelah beribadah, hendaknya kita bekerja hingga lelah. Lelah fisik, mental, intelektual. Meski punya anak buah, kita capek mikir, capek mental.
Namun, tanpa melupakan Allah S.W.T. hingga Ia menurunkan cintanya, ia turunkan keberuntungan.
Yang ketiga ialah lelah karena mencari ilmu
Ketika menempuhi perjalanan yang jauh, sulit untuk datang ke majelis ta’lim atau mejlis ilmu, ketika kita duduk berlama-lama di dalamnya higga kesemutan atau mengantuk, atau ketika kita selaku penulis memikirkan formula gagasan, juga mahasiswa yang memikirkan satu teori sebagai upaya memahaminya, hingga lelah hingga kantuk datang.
Bergembira-lah, di titik itu-lah cinta Allah S.W.T. turun.
Ada sebagian kita yang mudah menghafal, mudah memahami ilmu, bersyukurlah dengan karunia tersebut. Artinya, kita dapat belajar banyak hal dan membaginya pada yang lain.
Namun, ada juga sebagian dari kita yang begitu sulit meski untuk hafal satu ayat dari Al-Qur’an. Apakah sulit karena waktu yang sempit atau sulit karena faktor intelektual. Ketika kita tidak berputus asa, terus berupaya, hingga kelelahan itu datang, di saat itu-lah cinta Allah S.W.T. turun.
Ketika seseorang itu beriman pada Allah S.W.T., memenuhi adab majelis dan adab pada guru, ilmu yang kita peroleh akan mengangkat derajat kita di mata Allah S.W.T. “beberapa derajat”.
Sebagaimana firman Allah S.W.T. dalam surat Al-Mujadilah ayat 11,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Hai, orang-orang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis.” Maka, lapangkanlah, pasti Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah kamu.” Maka, berdirilah, pasti Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.